tag:blogger.com,1999:blog-71228929124419679892024-03-14T01:07:33.689+07:00Blog Ansori OKAssalamu'alaikum Wr. Wb.
Ini adalah blog yang dibuat untuk mempublikasikan pemikiran pribadi tentang dakwah Islamiyah, bertujuan untuk mengembangkan dakwah Islam linaili Ridhollah.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.Isa Ansorihttp://www.blogger.com/profile/06952454540005742749noreply@blogger.comBlogger27125tag:blogger.com,1999:blog-7122892912441967989.post-68284183038027969402019-06-02T06:06:00.000+07:002019-06-02T06:24:21.456+07:00MERAJUT KEMBALI TALI SILATURRAHIM YANG TERKOYAK<br />
<div align="center" style="text-align: center;">
<b><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">MERAJUT KEMBALI TALI SILATURRAHIM YANG TERKOYAK</span></b><br />
<b><span style="font-family: "times new roman" , serif;">(Khutbah Idul Fitri 1440 H./2019 M.)</span></b></div>
<b></b><span style="font-family: "times new roman" , serif;"></span><br />
<div align="center" style="text-align: center;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Oleh: Isa Ansori</span></div>
<br />
<div align="center" style="text-align: center;">
<br /></div>
<br />
<b><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Hadirin jamaah salat ‘Idul Fitri
Rahimakumullah</span></b><br />
<br />
<div style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Hari ini, kita bersama seluruh umat Islam di seluruh dunia
merayakan Idul Fitri 1440 H. Ini adalah perayaan bahwa kita telah berhasil
menyelesaikan rangkaian ibadah bulan Ramadhan. Ibadah satu bulan penuh yang
melatih dan mendidik kita untuk menjadi orang mukmin yang bertakwa, sebagaimana
firman Allah:</span></div>
<br />
<div dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; text-indent: 1.0cm; unicode-bidi: embed;">
<span lang="AR-SA" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%;">يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ
عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ
تَتَّقُونَ</span><span dir="LTR" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%;"></span></div>
<br />
<div style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<i><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.</span></i><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"> (al-Baqarah: 183).</span></div>
<br />
<div style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Disebutkan dalam kitab tafsir Ibnu Kasir bahwa menurut Ibnu Mas’ud,
orang mukmin yang bertakwa adalah orang mukmin yang selalu taat kepada Allah
dan tidak mendurhakai-Nya, orang yang selalu mengingat Allah dan tidak
melupakan-Nya, serta orang yang selalu bersyukur kepada Allah dan tidak mengufuri
nikmat-Nya.</span></div>
<br />
<div style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Mudah-mudahan kita semua dapat meraih takwa sebenarnya yang menjadi
tujuan dari ibadah puasa Ramadhan ini, dengan selalu menaati segala perintah
Allah dan menjauhi segala larangan-Nya, selalu mengingat Allah dalam keseharian
kita dan tidak lagi pernah melupakan-Nya, serta selalu bersyukur terhadap
segala nikmat yang Allah berikan kepada kita dan tidak mengufuri nikmat-nikmat
Allah yang telah Allah anugerahkan kepada kita. Amin.</span></div>
<div style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><br /></span></div>
<b><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Hadirin jamaah
salat Idul Fitri Rahimakumullah</span></b><br />
<br />
<div style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Bagi kita kaum Muslimin di Indonesia, puasa Ramadhan tahun ini
adalah salah satu puasa Ramadhan yang penuh dengan ujian dan cobaan. Allah
menguji dan mencoba apakah kita mampu mewujudkan nilai-nilai takwa dalam diri
kita. Allah SWT menguji kita sebagai sesama orang beriman yang menghuni dan
menjadi mayoritas penduduk Indonesia apakah mampu menjaga persatuan dan
kesatuan. Allah SWT menguji apakah kita mampu tetap menjadi orang-orang beriman
yang bersaudara, saling tolong menolong dan bekerja sama dalam mewujudkan
kemakmuran dan kesejahteraan sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah SWT.
Kita juga diuji dan dicoba oleh Allah SWT apakah kita mampu mensyukuri nikmat
dan rahmat Allah yang banyak Allah curahkan kepada bangsa kita.</span></div>
<br />
<div style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Persatuan dan persaudaraan kita sebagai orang beriman tidak
seharusnya terkoyak gara-gara beda paham mazhab fikih. Persatuan dan
persaudaraan kita sebagai orang beriman tidak seharusnya terkoyak karena beda
suku dan bangsa. Persatuan dan persaudaraan kita sebagai orang beriman tidak
seharusnya terkoyak karena beda pilihan pandangan politik. Kita adalah manusia,
diciptakan oleh Allah sebagai makhluk sempurna yang dianugerahi nafsu dan akal.
Nafsu mendorong kita untuk terus berubah dan berkembang ke arah baik atau
buruk. Akal membimbing kita membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.
Dorongan nafsu dan kemampuan akal yang berbeda-beda di antara manusia,
memungkinkan manusia menghasilkan pikiran, pendapat dan tindakan berbeda. Seharusnya,
perbedaan pemikiran, pemahaman dan tindakan ini, selama satu tujuan dalam upaya
bertakwa kepada Allah, tidak menyebabkan kita saling bermusuhan, saling
membenci, saling sikut, saling menghina, saling menyakiti bahkan menghilangkan
nyawa orang lain, serta tidak saling memaksakan kehendak agar orang lain satu
pemikiran, sepaham dan satu tindakan dengan kita. Sebab menurut Rasul SAW,
perbedaan umatku yakni para mujtahid dalam penetapan pemahaman keagamaan adalah
rahmat.</span></div>
<br />
<div style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Allah telah mengingatkan kepada kita agar cinta dan benci kepada
orang atau kelompok lain cukuplah sekadarnya, sehingga tidak menjadikan cinta
dan benci kita membabi-buta. Sebab cinta dan benci yang membabi buta adalah
cerminan manusia yang tunduk kepada hawa nafsu, dan mengesampingkan akal sehat.
Padahal Allah menyuruh kita untuk menggunakan akal dan menahan hawa nafsu. Allah
SWT berfirman:</span></div>
<br />
<div dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; text-indent: 1.0cm; unicode-bidi: embed;">
<span lang="AR-SA" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%;">يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَسْخَرْ
قَوْمٌ مِّن قَوْمٍ عَسَىٰ أَن يَكُونُوا خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلَا نِسَاءٌ مِّن
نِّسَاءٍ عَسَىٰ أَن يَكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّ ۖ </span><span dir="LTR" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%;"></span></div>
<br />
<div style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<i><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Hai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum mengolok-olok
kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari
mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok)
wanita-wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan)
lebih baik dari wanita (yang mengolok-olok).. </span></i><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">(al-Hujurat: 11)</span></div>
<br />
<div dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<span lang="AR-SA" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%;">وَعَسَىٰ أَن تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ
ۖ وَعَسَىٰ أَن تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ
وَأَنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ </span></div>
<br />
<div style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<i><span style="font-family: "times new roman" , serif;">Boleh jadi kamu membenci sesuatu,
padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu,
padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui</span></i><span style="font-family: "times new roman" , serif;">. (al-Baqarah: 216).<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></span></div>
<br />
<div style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Rasulullah SAW bersabda:</span></div>
<br />
<div dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; text-indent: 1.0cm; unicode-bidi: embed;">
<span lang="AR-SA" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%;">عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ
اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَحْبِبْ حَبِيْبَكَ هَوْنًا مَا عَسَى
أَنْ يَكُوْنَ بَغِيْضَكَ يَوْمًا مَا، وَأَبْغِضْ بَغِيْضَكَ هَوْنًا مَا عَسَى
أَنْ يَكُوْنَ حَبِيْبَكَ يَوْمًا مَا</span><span dir="LTR" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%;"></span></div>
<br />
<div style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<i><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Dari Abu Hurairah ia berkata, Rasulullah saw bersabda :<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Cintailah orang yang kamu cintai sekedarnya
saja, boleh jadi orang yang sekarang kamu cintai suatu hari nanti kamu akan
membencinya. Dan bencilah orang yang kamu benci sekedarnya saja, boleh jadi
orang yang sekarang kamu benci suatu hari nanti kamu akan mencintainya.</span></i><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"> (H. R. Thabrani no. 643, Tirmidzi no. 2128).</span></div>
<br />
<div style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Tentang keharusan menggunakan akal sehat, Allah berfirman:</span></div>
<br />
<div dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; text-indent: 1.0cm; unicode-bidi: embed;">
<span lang="AR-SA" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%;">وَمَا كَانَ لِنَفْسٍ أَن تُؤْمِنَ إِلَّا
بِإِذْنِ اللَّهِ ۚ وَيَجْعَلُ الرِّجْسَ عَلَى الَّذِينَ لَا يَعْقِلُونَ</span><span dir="LTR" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%;"></span></div>
<br />
<div style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<i><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Dan tidak ada seorangpun akan beriman kecuali dengan izin Allah;
dan Allah menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan
akalnya.</span></i><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"> (Yunus: 100).</span></div>
<br />
<div style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Tentang larangan memperturut hawa nafsu, Allah berfirman: </span></div>
<br />
<div dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; text-indent: 1.0cm; unicode-bidi: embed;">
<span lang="AR-SA" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%;">وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ
رَبَّهُم بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ ۖ وَلَا تَعْدُ عَيْنَاكَ
عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا
قَلْبَهُ عَن ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا</span><span dir="LTR" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%;"></span></div>
<br />
<div style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<i><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru
Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah
kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan
dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan
dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu
melewati batas.</span></i><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"> (al-Kahfi: 28)</span></div>
<br />
<div style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Jelas sekali, ayat dan hadis di atas memerintahkan kita untuk
selalu menggunakan akal sehat, dan menjauhi memperturut hawa nafsu setiap
menghadapi dan menyikapi segala persoalan yang ada. Kecintaan kita kepada orang
atau kelompok cukuplah sekedarnya, begitu pula kebencian kita kepada orang atau
kelompok lain juga sekadarnya, karena boleh jadi orang atau kelompok yang
sekarang kita dukung dan cintai justru besok jadi musuh, sedangkan orang atau kelompok
yang sekarang kita musuhi justru pada masa akan datang adalah kawan dan
penolong kita. Segala informasi yang masuk kepada kita, hendaklah kita periksa
dan pikirkan kebenarannya. Informasi itu kita teliti dan uji kebenarannya dengan
akal sehat, melakukan tabayun dan konfirmasi kepada berbagai pihak terkait.
Kita pikirkan apakah respons yang akan kita ambil terhadap informasi itu akan
memberi manfaat berupa rasa aman, tenteram, nyaman dan berkeadilan bagi orang
lain, dan bukan justru sebaliknya memberi mudarat, menyakitkan hati, merusak ketenteraman
dan kedamaian orang lain dan masyarakat. Cinta buta yang kita pupuk, rawat dan
jaga pada satu orang atau kelompok tertentu tanpa menggunakan akal sehat, dapat
menggelorakan hawa nafsu untuk membela mati-matian pemahaman orang atau
kelompok yang kita cintai, dan menutup akal sehat kita dari menerima kebenaran dan
kebaikan orang atau kelompok lain yang kita benci. Akibatnya, fitnah, kebencian
dan kekejian kepada sesama saudara Muslim semakin merajalela. Kita tidak sibuk
menghargai kebaikan orang atau kelompok lain, tapi justru asyik mencari-cari
kesalahan dan kejelekan serta menghilangkan kebaikan dan kehormatan orang atau
kelompok lain yang telah dilakukan terhadap kita. Padahal Allah SWT jelas
berfirman:</span></div>
<br />
<div dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; text-indent: 1.0cm; unicode-bidi: embed;">
<span lang="AR-SA" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%;">يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا
كَثِيرًا مِّنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا
يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ
مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَّحِيمٌ</span><span dir="LTR" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%;"></span></div>
<br />
<div style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<i><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka,
sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari
kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang
lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah
mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. </span></i><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">(al-Hujurat: 12)</span></div>
<br />
<div style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Rasulullah SAW bersabda:</span></div>
<br />
<div dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: right; unicode-bidi: embed;">
<span lang="AR-SA" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%;">عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ
الْحَدِيثِ وَلَا تَحَسَّسُوا وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا تَحَاسَدُوا وَلَا
تَدَابَرُوا وَلَا تَبَاغَضُوا وَكُونُوا عِبَادَ اللَّهِ إِخْوَانًا </span></div>
<br />
<div style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<i><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Dari
Abu Hurairah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda:
"Jauhilah prasangka buruk, karena prasangka buruk adalah ucapan yang
paling dusta, janganlah kalian saling mendiamkan, janganlah suka mencari-cari
isu, saling mendengki, saling membelakangi, serta saling membenci, tetapi,
jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara."</span></i><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">
(HR. Bukhari, hadis No. 5604)</span></div>
<div style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><br /></span></div>
<b><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Hadirin jamaah
salat Idul Fitri Rahimakumullah</span></b><br />
<br />
<div style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Dengan telah datangnya Idul Fitri hari ini, mari kita sudahi
perdebatan dan pertentangan yang tidak bermanfaat yang telah terjadi di antara
kita, apa pun penyebabnya. Banyak hal yang menyebabkan kita berbeda dan
bertentangan, seperti perbedaan pemahaman fikih, suku, agama, budaya, dan
terutama perbedaan pilihan politik. Janganlah perbedaan pilihan politik yang
telah menjadi agenda rutin lima tahunan memisah dan menceraikan persaudaraan di
antara kita. Janganlah perbedaan ijtihad politik menyebabkan koyaknya persatuan
dan kesatuan bangsa. Bukankah kita tahu, mayoritas pendukung kedua pasangan
adalah sama-sama Muslim, Bukankah di antara mereka banyak ulama dan ahli agama
yang mengerti tentang pentingnya persatuan dan persaudaraan Islam. Jangan
biarkan negara kita terkoyak gara-gara berebut kepentingan dan adu domba yang
dilakukan sekelompok orang. Percayalah memelihara permusuhan dan perpecahan di
kalangan kita sebagai umat mayoritas di Indonesia, hanya akan menyenangkan
orang-orang yang tidak menghendaki kita bersatu. Padahal Allah menyuruh kita
untuk bersatu padu dan berpegang teguh kepada agama Allah. </span></div>
<br />
<div style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Allah berfirman:<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></span></div>
<br />
<div dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; text-indent: 1.0cm; unicode-bidi: embed;">
<span lang="AR-SA" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%;">وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا
تَفَرَّقُوا ۚ وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ أَعْدَاءً
فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنتُمْ
عَلَىٰ شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنْهَا ۗ كَذَٰلِكَ
يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ</span><span dir="LTR" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%;"></span></div>
<br />
<div style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<i><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan
janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan ni'mat Allah kepadamu ketika
kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu,
lalu menjadilah kamu karena ni'mat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu
telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya.
Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat
petunjuk.</span></i><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"> (Ali Imran: 103).</span></div>
<br />
<div style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Kita sesama muslim adalah bersaudara, yang oleh Rasul diumpamakan
persaudaraan itu ibarat satu tubuh, saling bantu dan tolong menolong antara
satu anggota badan dengan anggota badan lainya, tidak saling memusuhi dan menyakiti.
Allah juga memerintahkan kita untuk berdamai saat kita bertikai. </span></div>
<br />
<div style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Rasulullah
SAW bersabda:</span></div>
<br />
<div dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; text-indent: 1.0cm; unicode-bidi: embed;">
<span lang="AR-SA" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%;">قَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَرَى الْمُؤْمِنِينَ فِي تَرَاحُمِهِمْ
وَتَوَادِّهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ كَمَثَلِ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى عُضْوًا
تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ جَسَدِهِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى</span><span dir="LTR" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%;"></span></div>
<br />
<div style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<i><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Kamu akan melihat orang-orang
mukmin dalam hal saling mengasihi, mencintai, dan menyayangi bagaikan satu
tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya
akan ikut terjaga dan panas (turut merasakan sakitnya)."</span></i><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">
(HR.: Bukhari hadis No. 5552)</span></div>
<br />
<div dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; text-indent: 1.0cm; unicode-bidi: embed;">
<span lang="AR-SA" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%;">أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
قَالَ الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لَا يَظْلِمُهُ وَلَا يُسْلِمُهُ وَمَنْ
كَانَ فِي حَاجَةِ أَخِيهِ كَانَ اللَّهُ فِي حَاجَتِهِ وَمَنْ فَرَّجَ عَنْ
مُسْلِمٍ كُرْبَةً فَرَّجَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرُبَاتِ يَوْمِ
الْقِيَامَةِ وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ</span><span dir="LTR" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%;"></span></div>
<br />
<div style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<i><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Seorang
muslim adalah saudara bagi muslim lainnya, dia tidak menzaliminya dan tidak
membiarkannya untuk disakiti. Siapa yang membantu kebutuhan saudaranya maka
Allah akan membantu kebutuhannya. Siapa yang menghilangkan satu kesusahan
seorang muslim, maka Allah menghilangkan satu kesusahan baginya dari
kesusahan-kesusahan hari kiamat. Dan siapa yang menutupi (aib) seorang muslim
maka Allah akan menutup aibnya pada hari kiamat".</span></i><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"> (HR. Bukhari. Hadis No. 2262)</span></div>
<br />
<div dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; text-indent: 1.0cm; unicode-bidi: embed;">
<span lang="AR-SA" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%;">عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ
وَالْمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ مَا نَهَى اللَّهُ عَنْهُ</span><span dir="LTR" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%;"></span></div>
<br />
<div style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<i><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, bersabda: "Seorang
muslim adalah orang yang Kaum Muslimin selamat dari lisan dan tangannya, dan
seorang Muhajir adalah orang yang meninggalkan apa yang dilarang oleh
Allah".</span></i><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"> (HR. Bukhari. Hadis No- 9).</span></div>
<br />
<div dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; text-indent: 1.0cm; unicode-bidi: embed;">
<span lang="AR-SA" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%;">قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ انْصُرْ أَخَاكَ ظَالِمًا أَوْ مَظْلُومًا قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ
هَذَا نَنْصُرُهُ مَظْلُومًا فَكَيْفَ نَنْصُرُهُ ظَالِمًا قَالَ تَأْخُذُ فَوْقَ
يَدَيْهِ</span><span dir="LTR" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%;"></span></div>
<br />
<div style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<i><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: 'Tolonglah
saudaramu yang berbuat zalim (aniaya) dan yang dizalimi". Mereka bertanya:
"Wahai Rasulullah, jelas kami paham menolong orang yang dizalimi tapi
bagaimana kami harus menolong orang yang berbuat zalim?" Beliau bersabda:
"Pegang tangannya (agar tidak berbuat zalim)"</span></i><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">. (HR. Bukhari. Hadis No. 2264)</span></div>
<br />
<div dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; text-indent: 1.0cm; unicode-bidi: embed;">
<span lang="AR-SA" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%;">عَنْ الْأَحْنَفِ بْنِ قَيْسٍ قَالَ ذَهَبْتُ
لِأَنْصُرَ هَذَا الرَّجُلَ فَلَقِيَنِي أَبُو بَكْرَةَ فَقَالَ أَيْنَ تُرِيدُ
قُلْتُ أَنْصُرُ هَذَا الرَّجُلَ قَالَ ارْجِعْ فَإِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِذَا الْتَقَى الْمُسْلِمَانِ
بِسَيْفَيْهِمَا فَالْقَاتِلُ وَالْمَقْتُولُ فِي النَّارِ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ
اللَّهِ هَذَا الْقَاتِلُ فَمَا بَالُ الْمَقْتُولِ قَالَ إِنَّهُ كَانَ حَرِيصًا
عَلَى قَتْلِ صَاحِبِهِ<span style="mso-spacerun: yes;"> </span></span><span dir="LTR" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%;"></span></div>
<br />
<div style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<i><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Dari Al Ahnaf bin Qais berkata; aku datang untuk menolong seseorang
kemudian bertemu Abu Bakrah, maka dia bertanya: "Kamu mau ke mana?"
Aku jawab: "hendak menolong seseorang" dia berkata: "Kembalilah,
karena aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Jika dua orang muslim saling bertemu (untuk berkelahi) dengan menghunus
pedang masing-masing, maka yang terbunuh dan membunuh masuk neraka". aku
pun bertanya: "Wahai Rasulullah, ini bagi yang membunuh, tapi bagaimana
dengan yang terbunuh?" Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Dia
juga sebelumnya sangat ingin untuk membunuh temannya".</span></i><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"> (HR. Bukhari).</span></div>
<br />
<div style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Allah berfirman:</span></div>
<br />
<div dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<span lang="AR-SA" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%;">إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ
أَخَوَيْكُمْ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ </span></div>
<br />
<div style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<i><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Sesungguhnya
orang-orang mu'min adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua
saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat</span></i><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">.
(al-Hujurat: 10)</span></div>
<br />
<div style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Allah
juga berfirman:</span></div>
<br />
<div dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; text-indent: 1.0cm; unicode-bidi: embed;">
<span lang="AR-SA" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%;">يَا أَيُّهَا النَّاسُ
إِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا
ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ</span><span dir="LTR" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%;"></span></div>
<br />
<div style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<i><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Hai
manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu
saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di
sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.</span></i><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"> (al-Hujurat: 13)</span></div>
<br />
<div style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Berhentilah
saling menghina dan mencaci orang lain kalau kita ingin selamat dunia akhirat,
sebab cacian, hinaan, menyakiti, apalagi sampai membunuh orang lain hanya akan
menambah dosa dan memakan pahala-pahala dari amal kebaikan yang selama ini kita
perbuat, sehingga kita datang menghadap Allah dalam keadaan rugi. Marilah pada
hari yang fitri ini kita saling maaf dan memaafkan, sehingga kita semua bebas
dari dosa dan dapat mendapatkan rahmat dan rida Allah SWT.</span></div>
<br />
<div style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Rasulullah
SAW bersabda:</span></div>
<br />
<div dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: right; text-indent: 1.0cm; unicode-bidi: embed;">
<span lang="AR-SA" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%;">عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِيَّاكُمْ وَالْحَسَدَ
فَإِنَّ الْحَسَدَ يَأْكُلُ الْحَسَنَاتِ كَمَا تَأْكُلُ النَّارُ الْحَطَبَ أَوْ
قَالَ الْعُشْبَ (رواه ابو داود)</span><span dir="LTR" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%;"></span></div>
<br />
<div style="text-indent: 1.0cm;">
<i><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Dari Abu Hurairah bahwa
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Jauhilah hasad (dengki),
karena hasad dapat memakan kebaikan seperti api memakan kayu bakar."</span></i><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">
(HR. Abu Daud, hadis No. 4257)</span></div>
<br />
<div dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: right; text-indent: 1.0cm; unicode-bidi: embed;">
<span lang="AR-SA" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%;">عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ تُعْرَضُ أَعْمَالُ
النَّاسِ فِي كُلِّ جُمُعَةٍ مَرَّتَيْنِ يَوْمَ الِاثْنَيْنِ وَيَوْمَ الْخَمِيسِ
فَيُغْفَرُ لِكُلِّ عَبْدٍ مُؤْمِنٍ إِلَّا عَبْدًا بَيْنَهُ وَبَيْنَ أَخِيهِ
شَحْنَاءُ فَيُقَالُ اتْرُكُوا أَوْ ارْكُوا هَذَيْنِ حَتَّى يَفِيئَا</span><span dir="LTR" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%;"></span></div>
<br />
<div style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<i><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Dari
Abu Hurairah dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda:
"Seluruh amal manusia dihadapkan kepada Allah Subhanahu wa ta'ala dua kali
dalam sepekan. Yaitu pada hari Senin dan Kamis. Lalu Allah mengampuni dosa
setiap hamba-Nya yang mukmin, kecuali orang yang bermusuhan. Maka dikatakan
kepada mereka: tinggalkanlah dahulu kedua orang ini, sampai mereka
berdamai."</span></i><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"> (HR. Muslim, hadis No. 4654).</span></div>
<br />
<div dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: right; text-indent: 1.0cm; unicode-bidi: embed;">
<span lang="AR-SA" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%;">عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَتَدْرُونَ مَا
الْمُفْلِسُ قَالُوا الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لَا دِرْهَمَ لَهُ وَلَا مَتَاعَ
فَقَالَ إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلَاةٍ
وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ
هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ
وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا
عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ
(رواه مسلم)</span><span dir="LTR" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%;"></span></div>
<br />
<div style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<i><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Dari
Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah bertanya
kepada para sahabat: "Tahukah kalian, siapakah orang yang bangkrut
itu?" Para sahabat menjawab; 'Menurut kami, orang yang bangkrut diantara
kami adalah orang yang tidak memiliki uang dan harta kekayaan.' Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: 'Sesungguhnya umatku yang bangkrut
adalah orang yang pada hari kiamat datang dengan salat, puasa, dan zakat,
tetapi ia selalu mencaci-maki, menuduh, dan makan harta orang lain serta
membunuh dan menyakiti orang lain. Setelah itu, pahalanya diambil untuk
diberikan kepada setiap orang dari mereka hingga pahalanya habis, sementara
tuntutan mereka banyak yang belum terpenuhi. Selanjutnya, sebagian dosa dari
setiap orang dari mereka diambil untuk dibebankan kepada orang tersebut, hingga
akhirnya ia dilemparkan ke neraka.</span></i><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">' (MUSLIM - 4678).</span></div>
<br />
<div style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Berlakulah
adil kepada setiap orang meskipun kita tidak suka kepadanya, bahkan adillah
kepada diri sendiri. Allah berfirman:</span></div>
<br />
<div dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: right; text-indent: 1.0cm; unicode-bidi: embed;">
<span lang="AR-SA" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%;">يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ لِلَّهِ شُهَدَاءَ بِالْقِسْطِ ۖ وَلَا
يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَىٰ أَلَّا تَعْدِلُوا ۚ اعْدِلُوا هُوَ
أَقْرَبُ لِلتَّقْوَىٰ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا
تَعْمَلُونَ</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 14.0pt; line-height: 107%;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>.</span></div>
<br />
<div style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<i><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Hai
orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu
menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah
sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku
tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan
bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan. </span></i><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">(al-Maidah: 8).</span></div>
<br />
<div style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Demikianlah
kutbah Idul Fitri ini, semoga Allah selalu menjaga hati kita untuk selalu taat
menjalankan perintah-Nya dan menjauhi seluruh larangan-Nya, dan menjaga negara
untuk selalu utuh dalam persatuan dan kesatuan, aman, tenteram, berkeadilan,
dan menjadikan negara kita sebagai <i>baldatun thoyyibatun wa rabbun ghafur</i>.
Amin.</span></div>
<b></b><i></i><u></u><sub></sub><sup></sup><strike></strike>Isa Ansorihttp://www.blogger.com/profile/06952454540005742749noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7122892912441967989.post-66245136212357227572018-08-20T09:48:00.000+07:002018-08-20T09:48:53.535+07:00MENELADANI KESABARAN IBRAHIM DALAM IMAN DAN TAKWA SEBAGAI MODAL UTAMA MENGISI KEMERDEKAAN BANGSA (Khutbah Idul Adha 1439H / 2018 M)<!--[if gte mso 9]><xml>
<o:OfficeDocumentSettings>
<o:AllowPNG/>
</o:OfficeDocumentSettings>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:TrackMoves/>
<w:TrackFormatting/>
<w:DoNotShowRevisions/>
<w:DoNotPrintRevisions/>
<w:DoNotShowComments/>
<w:DoNotShowInsertionsAndDeletions/>
<w:DoNotShowPropertyChanges/>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:DoNotPromoteQF/>
<w:LidThemeOther>IN</w:LidThemeOther>
<w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian>
<w:LidThemeComplexScript>AR-SA</w:LidThemeComplexScript>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
<w:SplitPgBreakAndParaMark/>
<w:EnableOpenTypeKerning/>
<w:DontFlipMirrorIndents/>
<w:OverrideTableStyleHps/>
</w:Compatibility>
<m:mathPr>
<m:mathFont m:val="Cambria Math"/>
<m:brkBin m:val="before"/>
<m:brkBinSub m:val="--"/>
<m:smallFrac m:val="off"/>
<m:dispDef/>
<m:lMargin m:val="0"/>
<m:rMargin m:val="0"/>
<m:defJc m:val="centerGroup"/>
<m:wrapIndent m:val="1440"/>
<m:intLim m:val="subSup"/>
<m:naryLim m:val="undOvr"/>
</m:mathPr></w:WordDocument>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="false"
DefSemiHidden="false" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="375">
<w:LsdException Locked="false" Priority="0" QFormat="true" Name="Normal"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" QFormat="true" Name="heading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" QFormat="true" Name="heading 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" QFormat="true" Name="heading 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" QFormat="true" Name="heading 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" QFormat="true" Name="heading 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" QFormat="true" Name="heading 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" QFormat="true" Name="heading 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" QFormat="true" Name="heading 9"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="index 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="index 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="index 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="index 4"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="index 5"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="index 6"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="index 7"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="index 8"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="index 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" Name="toc 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" Name="toc 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" Name="toc 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" Name="toc 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" Name="toc 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" Name="toc 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" Name="toc 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" Name="toc 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" Name="toc 9"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Normal Indent"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="footnote text"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="annotation text"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="header"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="footer"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="index heading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="35" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" QFormat="true" Name="caption"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="table of figures"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="envelope address"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="envelope return"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="footnote reference"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="annotation reference"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="line number"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="page number"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="endnote reference"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="endnote text"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="table of authorities"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="macro"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="toa heading"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Bullet"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Number"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List 4"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List 5"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Bullet 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Bullet 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Bullet 4"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Bullet 5"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Number 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Number 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Number 4"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Number 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="10" QFormat="true" Name="Title"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Closing"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Signature"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" Name="Default Paragraph Font"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Body Text"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Body Text Indent"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Continue"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Continue 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Continue 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Continue 4"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Continue 5"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Message Header"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="11" QFormat="true" Name="Subtitle"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Salutation"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Date"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Body Text First Indent"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Body Text First Indent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Note Heading"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Body Text 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Body Text 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Body Text Indent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Body Text Indent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Block Text"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Hyperlink"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="FollowedHyperlink"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="22" QFormat="true" Name="Strong"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="20" QFormat="true" Name="Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Document Map"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Plain Text"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="E-mail Signature"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Top of Form"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Bottom of Form"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Normal (Web)"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Acronym"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Address"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Cite"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Code"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Definition"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Keyboard"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Preformatted"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Sample"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Typewriter"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Variable"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Normal Table"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="annotation subject"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="No List"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Outline List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Outline List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Outline List 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Simple 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Simple 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Simple 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Classic 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Classic 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Classic 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Classic 4"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Colorful 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Colorful 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Colorful 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Columns 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Columns 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Columns 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Columns 4"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Columns 5"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Grid 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Grid 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Grid 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Grid 4"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Grid 5"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Grid 6"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Grid 7"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Grid 8"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table List 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table List 4"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table List 5"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table List 6"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table List 7"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table List 8"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table 3D effects 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table 3D effects 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table 3D effects 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Contemporary"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Elegant"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Professional"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Subtle 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Subtle 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Web 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Web 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Web 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Balloon Text"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="Table Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Theme"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" Name="Placeholder Text"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" QFormat="true" Name="No Spacing"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" Name="Light Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" Name="Light List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" Name="Light Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" Name="Medium Shading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" Name="Medium Shading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" Name="Medium List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" Name="Medium List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" Name="Medium Grid 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" Name="Medium Grid 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" Name="Medium Grid 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" Name="Dark List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" Name="Colorful Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" Name="Colorful List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" Name="Colorful Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" Name="Light Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" Name="Light List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" Name="Light Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" Name="Medium List 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" Name="Revision"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="34" QFormat="true"
Name="List Paragraph"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="29" QFormat="true" Name="Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="30" QFormat="true"
Name="Intense Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" Name="Medium List 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" Name="Dark List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" Name="Colorful Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" Name="Colorful List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" Name="Colorful Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" Name="Light Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" Name="Light List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" Name="Light Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" Name="Medium List 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" Name="Medium List 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" Name="Dark List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" Name="Colorful Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" Name="Colorful List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" Name="Colorful Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" Name="Light Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" Name="Light List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" Name="Light Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" Name="Medium List 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" Name="Medium List 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" Name="Dark List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" Name="Colorful Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" Name="Colorful List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" Name="Colorful Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" Name="Light Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" Name="Light List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" Name="Light Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" Name="Medium List 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" Name="Medium List 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" Name="Dark List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" Name="Colorful Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" Name="Colorful List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" Name="Colorful Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" Name="Light Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" Name="Light List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" Name="Light Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" Name="Medium List 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" Name="Medium List 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" Name="Dark List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" Name="Colorful Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" Name="Colorful List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" Name="Colorful Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" Name="Light Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" Name="Light List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" Name="Light Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" Name="Medium List 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" Name="Medium List 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" Name="Dark List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" Name="Colorful Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" Name="Colorful List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" Name="Colorful Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="19" QFormat="true"
Name="Subtle Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="21" QFormat="true"
Name="Intense Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="31" QFormat="true"
Name="Subtle Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="32" QFormat="true"
Name="Intense Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="33" QFormat="true" Name="Book Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="37" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" Name="Bibliography"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" QFormat="true" Name="TOC Heading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="41" Name="Plain Table 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="42" Name="Plain Table 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="43" Name="Plain Table 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="44" Name="Plain Table 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="45" Name="Plain Table 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="40" Name="Grid Table Light"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46" Name="Grid Table 1 Light"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="Grid Table 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="Grid Table 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="Grid Table 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="Grid Table 5 Dark"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51" Name="Grid Table 6 Colorful"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52" Name="Grid Table 7 Colorful"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="Grid Table 1 Light Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="Grid Table 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="Grid Table 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="Grid Table 4 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="Grid Table 5 Dark Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="Grid Table 6 Colorful Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="Grid Table 7 Colorful Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="Grid Table 1 Light Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="Grid Table 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="Grid Table 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="Grid Table 4 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="Grid Table 5 Dark Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="Grid Table 6 Colorful Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="Grid Table 7 Colorful Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="Grid Table 1 Light Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="Grid Table 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="Grid Table 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="Grid Table 4 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="Grid Table 5 Dark Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="Grid Table 6 Colorful Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="Grid Table 7 Colorful Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="Grid Table 1 Light Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="Grid Table 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="Grid Table 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="Grid Table 4 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="Grid Table 5 Dark Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="Grid Table 6 Colorful Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="Grid Table 7 Colorful Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="Grid Table 1 Light Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="Grid Table 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="Grid Table 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="Grid Table 4 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="Grid Table 5 Dark Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="Grid Table 6 Colorful Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="Grid Table 7 Colorful Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="Grid Table 1 Light Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="Grid Table 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="Grid Table 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="Grid Table 4 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="Grid Table 5 Dark Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="Grid Table 6 Colorful Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="Grid Table 7 Colorful Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46" Name="List Table 1 Light"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="List Table 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="List Table 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="List Table 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="List Table 5 Dark"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51" Name="List Table 6 Colorful"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52" Name="List Table 7 Colorful"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="List Table 1 Light Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="List Table 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="List Table 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="List Table 4 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="List Table 5 Dark Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="List Table 6 Colorful Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="List Table 7 Colorful Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="List Table 1 Light Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="List Table 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="List Table 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="List Table 4 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="List Table 5 Dark Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="List Table 6 Colorful Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="List Table 7 Colorful Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="List Table 1 Light Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="List Table 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="List Table 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="List Table 4 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="List Table 5 Dark Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="List Table 6 Colorful Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="List Table 7 Colorful Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="List Table 1 Light Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="List Table 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="List Table 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="List Table 4 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="List Table 5 Dark Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="List Table 6 Colorful Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="List Table 7 Colorful Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="List Table 1 Light Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="List Table 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="List Table 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="List Table 4 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="List Table 5 Dark Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="List Table 6 Colorful Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="List Table 7 Colorful Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="List Table 1 Light Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="List Table 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="List Table 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="List Table 4 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="List Table 5 Dark Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="List Table 6 Colorful Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="List Table 7 Colorful Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Mention"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Smart Hyperlink"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Hashtag"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Unresolved Mention"/>
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:8.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:107%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri",sans-serif;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:Arial;
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;
mso-fareast-language:EN-US;}
</style>
<![endif]-->
<br />
<div align="center" class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: center; unicode-bidi: embed;">
<b><span dir="LTR" style="font-size: 14.0pt; line-height: 107%;">MENELADANI KESABARAN IBRAHIM DALAM IMAN DAN TAKWA SEBAGAI MODAL UTAMA
MENGISI KEMERDEKAAN BANGSA</span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: center; unicode-bidi: embed;">
<b><span dir="LTR" style="font-size: 14.0pt; line-height: 107%;">Oleh: Isa Ansori</span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: center; unicode-bidi: embed;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<b><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Hadirin
Jamaah Idul Adha Rahimakumullah</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Pada hari ini, sejak terbenam
matahari kemarin sore, hingga hari-hari tasyrik yang akan datang, umat Islam di
seluruh dunia bertakbir, bertahlil, bertahmid, dan bertasbih memuji
ke-Mahabesaran Allah, Tuhan semesta alam. Mereka bersama merayakan hari raya
Idul Adha. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Idul Adha berasal dari bahasa Arab,
yaitu kata <i>‘Id’</i> yang berarti hari raya, dan kata ‘adha’ dari kata <i>‘udhiyya’</i>
yang berarti korban atau pengorbanan. Dengan demikian, Idul Adha berarti hari
raya korban. Dinamai demikian, karena pada dasarnya kita diminta oleh Allah
untuk mensuritauladani keikhlasan dan kesabaran Nabi Ibrahim AS dan puteranya
dalam melaksanakan perintah dan menerima ujian Allah SWT. Ibrahim memenuhi
perintah Allah dengan berkorban menyembelih Ismail puteranya yang disayangi.
Perintah ini adalah salah satu bentuk ujian, yang merupakan cara Allah untuk
mengetahui seberapa besar kadar keimanan dan ketakwaan Ibrahim dan puteranya
kepada Allah SWT. Apakah mereka lebih memilih menaati perintah Allah, atau
memilih cinta dan kasih sayang antara bapak dan anak yang memang telah lama mereka
terpisah.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Allah SWT berfirman:</span></div>
<div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; text-indent: 26.9pt; unicode-bidi: embed;">
<span lang="AR-SA" style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 16.0pt; line-height: 107%; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيهِمْ
أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span class="sign"><span dir="LTR" style="font-size: 16.0pt; line-height: 107%;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span> ۚ</span></span><span dir="LTR" style="font-size: 16.0pt; line-height: 107%;"> </span><span lang="AR-SA" style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 16.0pt; line-height: 107%; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">وَمَن
يَتَوَلَّ فَإِنَّ اللَّهَ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ</span><span dir="LTR" style="font-size: 16.0pt; line-height: 107%;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<i><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Sesungguhnya pada mereka itu (Ibrahim
dan umatnya) ada teladan yang baik bagimu; (yaitu) bagi orang yang mengharap
(pahala) Allah dan (keselamatan pada) Hari kemudian. Dan barangsiapa yang
berpaling, maka sesungguhnya Allah, Dia-lah Yang Maha Kaya lagi terpuji</span></i><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">. (Al-Mumtahana: 6)</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Dalam ayat yang lain Allah
menceritakan:</span></div>
<div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; text-indent: 26.9pt; unicode-bidi: embed;">
<span lang="AR-SA" style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 16.0pt; line-height: 107%; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ
قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَىٰ فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانظُرْ
مَاذَا تَرَىٰ</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span class="sign"><span dir="LTR" style="font-size: 16.0pt; line-height: 107%;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span> ۚ</span></span><span dir="LTR" style="font-size: 16.0pt; line-height: 107%;"> </span><span lang="AR-SA" style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 16.0pt; line-height: 107%; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span class="sign"><span dir="LTR" style="font-size: 16.0pt; line-height: 107%;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span> ۖ</span></span><span dir="LTR" style="font-size: 16.0pt; line-height: 107%;"> </span><span lang="AR-SA" style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 16.0pt; line-height: 107%; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">سَتَجِدُنِي
إِن شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ</span><span dir="LTR" style="font-size: 16.0pt; line-height: 107%;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<i><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Maka tatkala anak itu sampai (pada
umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku
sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah,
apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang
diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang
yang sabar".</span></i><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"> (As-Saaffaat:
102)</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Dalam menjalani kehidupan di dunia
ini, kita baik sebagai individu, maupun kita sebagai bangsa Indonesia yang
mayoritas muslim, akan selalu mendapatkan ujian dan cobaan dari Allah SWT yang
datang silih berganti. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Sebagai individu betapa sering kita
mendapatkan ujian yang datang dari beragam penjuru, karena pada hakikatnya apa
yang ada di sekeliling kita adalah ujian. Istri kita adalah ujian, kita diuji
apakah kita mampu mengajaknya untuk selalu taat dan bertakwa kepada Allah. Anak-anak
kita adalah ujian, apakah kita mampu mendidik dan mengarahkan mereka untuk taat
dan beribadah kepada Allah. Harta benda kita juga ujian, apakah kita mampu
mencari dan mengumpulkannya dengan cara halal, dan membelanjakannya di jalan
yang benar yang Allah ridha’i.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Allah berfirman:</span></div>
<div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; text-indent: 1.0cm; unicode-bidi: embed;">
<span lang="AR-SA" style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 16.0pt; line-height: 107%; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">وَاعْلَمُوا أَنَّمَا أَمْوَالُكُمْ
وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ وَأَنَّ اللَّهَ عِندَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ </span><span dir="LTR" style="font-size: 16.0pt; line-height: 107%;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<i><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan
anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah
pahala yang besar</span></i><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">. (Al-Anfaal:
28)</span></div>
<div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; text-indent: 1.0cm; unicode-bidi: embed;">
<span lang="AR-SA" style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 16.0pt; line-height: 107%; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
إِنَّ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ وَأَوْلَادِكُمْ عَدُوًّا لَّكُمْ فَاحْذَرُوهُمْ</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span class="sign"><span dir="LTR" style="font-size: 16.0pt; line-height: 107%;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span> ۚ</span></span><span dir="LTR" style="font-size: 16.0pt; line-height: 107%;"> </span><span lang="AR-SA" style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 16.0pt; line-height: 107%; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">وَإِن
تَعْفُوا وَتَصْفَحُوا وَتَغْفِرُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ</span><span dir="LTR" style="font-size: 16.0pt; line-height: 107%;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<i><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Hai orang-orang yang beriman,
sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh
bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka; dan jika kamu mema'afkan dan
tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang.</span></i><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">
(At-Taghaabun: 14).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Kita sebagai bangsa Indonesia yang
baru saja merayakan hari kemerdekaan, juga tidak luput mendapat ujian dari
Allah. Kita tahu betapa banyak ujian yang Allah timpakan kepada bangsa
Indonesia, baik sebelum kita merdeka, dan terus berlangsung hingga saat ini,
saat kita mengisi kemerdekaan. Pada jaman pra kemerdekaan, kita diuji dengan
kekejaman penjajah Belanda dan Jepang, yang juga berusaha untuk memisahkan mbah-mbah
kita yang Muslim dari ketaatan beribadah dan mengamalkan syariat Islam.
Sehingga para ulama, tokoh-tokoh agama bersama mbah-mbah kita pada masa itu
berjuang dengan gigih mengorbankan harta bahkan nyawa agar dapat meraih
kemerdekaan dan kebebasan dalam beribadah menyembah dan mengabdi kepada Allah
SWT. Para pendahulu kita berjuang melawan penjajah dengan penuh ikhlas dan
sabar semata mengharap ridha Allah, sehingga ujian dan cobaan itu berhasil
dilalui. Allah mengabulkan dan mewujudkan harapan mereka, hingga kita generasi sekarang
bisa merasakan dan menikmati kemerdekaan yang merupakan anugerah besar dari
Allah yang diberikan kepada bangsa kita.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Pada saat mengisi kemerdekaan
sekarang ini, beragam ujian juga terus diturunkan. Satu diantaranya adalah ujian
dalam menjaga keutuhan berbangsa dan bernegara. Keragaman suku, agama, ras, dan
golongan adalah anugerah Allah yang besar jika dikelola dengan benar sebagai
modal untuk mengembangkan kejayaan dan kemakmuran bersama. Allah mengajarkan
kepada kita bagaimana mengelola perbedaan ini dengan baik, yaitu dengan
cara<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>bersatu saling kenal mengenal,
bekerja sama, dan saling berlomba dalam kebaikan dan takwa dalam rangka
membangun negara. Marilah kita terus bersatu padu dalam membangun bangsa dan
negara kita sesuai dengan fungsi dan peran kita masing-masing. Terus kembangkan
sikap toleransi, dan saling menghargai terhadap beragam perbedaan yang ada. Hindari
perpecahan dan permusuhan, karena itu akan mendorong kita kepada kerusakan dan
kehancuran.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Bukankah Allah berfirman:</span></div>
<div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; text-indent: 1.0cm; unicode-bidi: embed;">
<span lang="AR-SA" style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 16.0pt; line-height: 107%; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ
وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ
اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ</span><span dir="LTR" style="font-size: 16.0pt; line-height: 107%;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<i><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Hai manusia, sesungguhnya Kami
menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan
kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang
yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi
Maha Mengenal</span></i><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">. (Al-Hujuraat:
13)</span></div>
<div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; text-indent: 1.0cm; unicode-bidi: embed;">
<span lang="AR-SA" style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 16.0pt; line-height: 107%; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">وَلِكُلٍّ وِجْهَةٌ هُوَ مُوَلِّيهَا</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span class="sign"><span dir="LTR" style="font-size: 16.0pt; line-height: 107%;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span> ۖ</span></span><span dir="LTR" style="font-size: 16.0pt; line-height: 107%;"> </span><span lang="AR-SA" style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 16.0pt; line-height: 107%; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">فَاسْتَبِقُوا
الْخَيْرَاتِ</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span class="sign"><span dir="LTR" style="font-size: 16.0pt; line-height: 107%;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span> ۚ</span></span><span dir="LTR" style="font-size: 16.0pt; line-height: 107%;"> </span><span lang="AR-SA" style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 16.0pt; line-height: 107%; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">أَيْنَ مَا تَكُونُوا يَأْتِ بِكُمُ اللَّهُ
جَمِيعًا</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span class="sign"><span dir="LTR" style="font-size: 16.0pt; line-height: 107%;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span> ۚ</span></span><span dir="LTR" style="font-size: 16.0pt; line-height: 107%;"> </span><span lang="AR-SA" style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 16.0pt; line-height: 107%; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">إِنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ</span><span dir="LTR" style="font-size: 16.0pt; line-height: 107%;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<i><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya
(sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu (dalam
berbuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu
sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu</span></i><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">. (Al-Baqara: 148)</span></div>
<div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; text-indent: 1.0cm; unicode-bidi: embed;">
<span lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 16.0pt; line-height: 107%;">وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ
اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span class="sign"><span dir="LTR" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 16.0pt; line-height: 107%;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span> ۚ</span></span><span dir="LTR" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 16.0pt; line-height: 107%;">
</span><span lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 16.0pt; line-height: 107%;">وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ
أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا
وَكُنتُمْ عَلَىٰ شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنْهَا</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span class="sign"><span dir="LTR" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 16.0pt; line-height: 107%;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span> ۗ</span></span><span dir="LTR" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 16.0pt; line-height: 107%;"> </span><span lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 16.0pt; line-height: 107%;">كَذَٰلِكَ
يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ (104)</span><span dir="LTR" style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<i><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Dan berpeganglah kamu semuanya kepada
tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan ni'mat
Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh musuhan, maka Allah
mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena ni'mat Allah orang-orang yang
bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah
menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya
kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.</span></i><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"> (Ali Imran: 103)</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Hadirin Jamaah Idul Adha Rahimakumullah</span></b><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Sebagai individu maupun bangsa,
marilah kita selalu bersiap diri menghadapi ujian-ujian dari Allah yang akan terus
datang silih berganti. Ujian itu terus diberikan, karena Allah ingin melihat siapakah
di antara kita, siapakah bangsa di dunia ini, yang patuh, ikhlas, sabar dalam
berbuat kebaikan dan menjalani perintah Allah SWT. Mereka yang terbaik adalah
yang paling bertakwa. Inilah fungsi kita sebagai khalifah Allah yang bertugas
memakmurkan kehidupan bumi dan mencapai kebahagiaan hidup hingga akhirat dalam
ridha Allah SWT.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Allah berfirman:</span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;"></span></div>
<div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; text-indent: 1.0cm; unicode-bidi: embed;">
<span lang="AR-SA" style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 16.0pt; line-height: 107%; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">تَبَارَكَ الَّذِي بِيَدِهِ
الْمُلْكُ وَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (1) الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ
وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span class="sign"><span dir="LTR" style="font-size: 16.0pt; line-height: 107%;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span> ۚ</span></span><span dir="LTR" style="font-size: 16.0pt; line-height: 107%;"> </span><span lang="AR-SA" style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 16.0pt; line-height: 107%; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">وَهُوَ
الْعَزِيزُ الْغَفُورُ (2)</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<i><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Maha Suci Allah Yang di tangan-Nyalah
segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu, Yang menjadikan mati
dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik
amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.</span></i><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"> (al-Mulk : 1-2)</span></div>
<div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; text-indent: 1.0cm; unicode-bidi: embed;">
<span lang="AR-SA" style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 16.0pt; line-height: 107%; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">وَلَنَبْلُوَنَّكُم بِشَيْءٍ مِّنَ
الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span class="sign"><span dir="LTR" style="font-size: 16.0pt; line-height: 107%;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span> ۗ</span></span><span dir="LTR" style="font-size: 16.0pt; line-height: 107%;"> </span><span lang="AR-SA" style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 16.0pt; line-height: 107%; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">وَبَشِّرِ
الصَّابِرِينَ (155) الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا
لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ (156) أُولَـٰئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ
مِّن رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span class="sign"><span dir="LTR" style="font-size: 16.0pt; line-height: 107%;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span> ۖ</span></span><span dir="LTR" style="font-size: 16.0pt; line-height: 107%;"> </span><span lang="AR-SA" style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 16.0pt; line-height: 107%; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">وَأُولَـٰئِكَ
هُمُ الْمُهْتَدُونَ (157)</span><span dir="LTR" style="font-size: 16.0pt; line-height: 107%;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<i><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Dan sungguh akan Kami berikan cobaan
kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan
buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar,
(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan,
"Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun". Mereka itulah yang
mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka
itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. (</span></i><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Al-Baqara: 155-157).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Nabi Muhammad SAW bersabda:</span></div>
<div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<span lang="AR-SA" style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 16.0pt; line-height: 107%; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">عَنْ مُحَمَّدِ
بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي صَعْصَعَةَ أَنَّهُ قَالَ
سَمِعْتُ سَعِيدَ بْنَ يَسَارٍ أَبَا الْحُبَابِ يَقُولُ سَمِعْتُ أَبَا
هُرَيْرَةَ يَقُولُ</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" lang="AR-SA" style="font-size: 16.0pt; line-height: 107%; mso-bidi-font-family: Arial;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span> </span><span lang="AR-SA" style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 16.0pt; line-height: 107%; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ يُرِدْ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُصِبْ مِنْهُ</span><span dir="LTR" style="font-size: 16.0pt; line-height: 107%;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<i><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Dari Muhammad bin Abdullah bin
Abdurrahman bin Abu Sha'sha'ah bahwa dia berkata, saya mendengar Sa'id bin
Yasar Abu Al Hubbab berkata; saya mendengar Abu Hurairah berkata; Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa di kehendaki Allah
kebaikan, maka Dia akan mengujinya."</span></i><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"> <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>(BUKHARI -
5213)</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Dalam hadis lain diceritakan:</span></div>
<div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<span lang="AR-SA" style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 16.0pt; line-height: 107%; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">عَنْ النَّبِيِّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ
الْبَلَاءِ وَإِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلَاهُمْ فَمَنْ رَضِيَ
فَلَهُ الرِّضَا وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السَّخَطُ</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" lang="AR-SA" style="font-size: 16.0pt; line-height: 107%; mso-bidi-font-family: Arial;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span> </span><span dir="LTR" style="font-size: 16.0pt; line-height: 107%;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<i><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa
Salam beliau bersabda: "Sesungguhnya besarnya balasan tergantung dari
besarnya ujian, dan apabila Allah cinta kepada suatu kaum Dia akan menguji
mereka, barangsiapa yang ridla maka baginya keridlaan Allah, namun barangsiapa
yang murka maka baginya kemurkaan Allah."</span></i><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"> (TIRMIDZI - 2320).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Hadirin Jamaah Sholat Idhul Adha yang dirahmati Allah</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Bagaimanakah sikap kita sebagai orang
yang beriman dalam menghadapi dan menyikapi semua ujian? Dalam menghadapi
setiap ujian, marilah kita ikuti petunjuk Allah yaitu bersabar, dan terus
bekerja keras yang biasa disebut dengan beramal saleh dalam usaha keluar dari
kesulitan itu. Dan jangan lupa untuk selalu berdoa, bertawakal, selalu optimis bahwa
Allah akan mengangkat kesulitan-kesulitan yang kita hadapi, serta menguatkan
ketakwaan kita kepada Allah SWT. Kita harus selalu ingat janji-janji Allah
dalam firman-Nya:</span></div>
<div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<span lang="AR-SA" style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 16.0pt; line-height: 107%; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا (5) إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا (6)
</span><span lang="AR-SA" style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 16.0pt; line-height: 107%; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">فَإِذَا
فَرَغْتَ فَانصَبْ (7) </span><span lang="AR-SA" style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 16.0pt; line-height: 107%; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">وَإِلَىٰ رَبِّكَ فَارْغَب (8)</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<i><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Karena sesungguhnya sesudah kesulitan
itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka
apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan
sungguh-sungguh (urusan) yang lain , dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu
berharap. </span></i><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">(Ash-Sharh:
5-8).</span></div>
<div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; text-indent: 1.0cm; unicode-bidi: embed;">
<span lang="AR-SA" style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 16.0pt; line-height: 107%; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ
مَخْرَجًا</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<i><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Barangsiapa yang bertakwa kepada
Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar</span></i><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">. (At-Talaaq: 2)</span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;"></span></div>
<div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; text-indent: 1.0cm; unicode-bidi: embed;">
<span lang="AR-SA" style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 16.0pt; line-height: 107%; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ
فَهُوَ حَسْبُهُ </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<i><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Dan barangsiapa yang bertawakkal
kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya</span></i><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">. (At-Talaaq: 3)</span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;"></span></div>
<div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; text-indent: 1.0cm; unicode-bidi: embed;">
<span lang="AR-SA" style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 16.0pt; line-height: 107%; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ
مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<i><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Dan barangsiapa yang bertakwa kepada
Allah niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya</span></i><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">. (At-Talaaq: 4)</span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;"></span></div>
<div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; text-indent: 1.0cm; unicode-bidi: embed;">
<span lang="AR-SA" style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 16.0pt; line-height: 107%; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يُكَفِّرْ عَنْهُ
سَيِّئَاتِهِ وَيُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا</span><span dir="LTR" style="font-size: 16.0pt; line-height: 107%;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<i><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">dan barangsiapa yang bertakwa kepada
Allah niscaya Dia akan menghapus kesalahan-kesalahannya dan akan melipat
gandakan pahala baginya</span></i><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">. (At-Talaaq: 5)</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Janganlah pernah kita berputus asa
dari rahmat dan kasih sayang Allah, ini sebagaimana dikatakan oleh Nabi Ibrahim
dalam firman Allah:</span></div>
<div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<span lang="AR-SA" style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 16.0pt; line-height: 107%; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">قَالَ وَمَن يَقْنَطُ مِن رَّحْمَةِ رَبِّهِ إِلَّا الضَّالُّونَ</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<i><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Ibrahim berkata: "Tidak ada
orang yang berputus asa dari rahmat Tuhannya, kecuali orang-orang yang
sesat".</span></i><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">
(Al-Hijr: 56)</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Selanjutnya, kita wariskan semangat
ikhlas, sabar, kerja keras, pantang putus asa dengan landasan tauhid ini kepada
anak-cucu generasi penerus kita. Sebagaimana juga diajarkan oleh Nabi Ibrahim,
seperti tersebut dalam firman Allah: </span></div>
<div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<span lang="AR-SA" style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 16.0pt; line-height: 107%; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">وَجَعَلَهَا كَلِمَةً بَاقِيَةً فِي عَقِبِهِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ</span><span dir="LTR" style="font-size: 16.0pt; line-height: 107%;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<i><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Dan (Ibrahim) menjadikan kalimat
tauhid itu kalimat yang kekal pada keturunannya supaya mereka kembali kepada
kalimat tauhid itu</span></i><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">.
(Az-Zukhruf: 28)</span></div>
<div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<span lang="AR-SA" style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 16.0pt; line-height: 107%; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلَاةِ وَمِن ذُرِّيَّتِي</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span class="sign"><span dir="LTR" style="font-size: 16.0pt; line-height: 107%;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span> ۚ</span></span><span dir="LTR" style="font-size: 16.0pt; line-height: 107%;"> </span><span lang="AR-SA" style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 16.0pt; line-height: 107%; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">رَبَّنَا
وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ</span><span dir="LTR" style="font-size: 16.0pt; line-height: 107%;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<i><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak
cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, ya Tuhan kami, perkenankanlah
do'aku</span></i><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">. (Ibrahim:
40).</span></div>
<div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<span lang="AR-SA" style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 16.0pt; line-height: 107%; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">وَوَصَّىٰ بِهَا إِبْرَاهِيمُ بَنِيهِ وَيَعْقُوبُ يَا بَنِيَّ إِنَّ
اللَّهَ اصْطَفَىٰ لَكُمُ الدِّينَ فَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ</span><span dir="LTR" style="font-size: 16.0pt; line-height: 107%;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<i><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan
itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya'qub. (Ibrahim berkata): "Hai
anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah
kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam".</span></i><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"> (<span class="qurandata">Al-Baqara:
132</span></span><span class="qurandata">)</span><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Demikianlah khutbah ini, semoga Allah
menjadikan kita dan bangsa kita sebagai pribadi dan bangsa yang mampu
mensuritauladani Nabi Ibrahim dalam ikhlas, sabar, kerja keras, dan pantang
putus asa, serta melandaskan semuanya itu kepada tauhid mengesakan Allah SWT, dalam
mengisi kemerdekaan bangsa kita, Amin.</span></div>
Isa Ansorihttp://www.blogger.com/profile/06952454540005742749noreply@blogger.com0AH25 No.16, Wates, Bumi Ratu Nuban, Kabupaten Lampung Tengah, Lampung 34161, Indonesia-5.1019511880384183 105.18909215927124-5.1029396880384184 105.18783165927124 -5.1009626880384182 105.19035265927124tag:blogger.com,1999:blog-7122892912441967989.post-2699961857486393612014-03-11T21:56:00.002+07:002014-03-11T22:01:26.858+07:00Memperkokoh Akidah Muslim<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: center; text-autospace: none;">
<b><span lang="IN" style="color: black; font-size: 18.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Traditional Arabic";">Memperkokoh Akidah Mukmin</span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: center; text-autospace: none;">
<b><span lang="IN" style="color: black; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Traditional Arabic";">Oleh Isa Ansori</span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: center; text-autospace: none;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; unicode-bidi: embed;">
<b><span lang="AR-SA" style="color: black; font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN;">الحمد
لله, نحمده ونستعينه ونستغفره ونعوذ بالله من شرور انفسنا ومن سيأت اعمالنا. من
يهده الله فلا مضلاله ومن يضلله فلا هادي له. أشهد ان لا اله الا الله وحده لا
شريك له وأشهد أن محمدا عبده و رسوله. اللهم صلي و سلم علي سيدنا محمد وعلي أله
واصحابه ومن تبعه الي يوم القيمة. أمابعد, فياأيهاالحضرون اوصيكم واياي بتقوالله
فقد فاز المتقون. قال الله تعالي في كتابه الكاريم: </span></b><b><span lang="AR-SA" style="color: black; font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 16.0pt; mso-ascii-font-family: "Traditional Arabic";">أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا كَلِمَةً
طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاءِ
(24) تُؤْتِي أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا وَيَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ
لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ (25) (إبراهيم)</span></b><b><span lang="AR-SA" style="color: black; font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN;"></span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: center; text-autospace: none;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span lang="IN" style="color: black; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Traditional Arabic";">Hadirin Jamaah shalat Jum’at Rahimakumullah,</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 35.45pt;">
<span lang="IN" style="color: black; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Traditional Arabic";">Allah SWT, memberikan
gambaran seorang Mukmin yang kokoh akidahnya pada ayat berikut:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 35.45pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; unicode-bidi: embed;">
<b><span lang="AR-SA" style="color: black; font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 18.0pt; mso-ascii-font-family: "Traditional Arabic";">أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ
طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاءِ (24) تُؤْتِي أُكُلَهَا كُلَّ
حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا وَيَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ
(25) (إبراهيم)</span></b><b><span dir="LTR" lang="IN" style="color: black; font-size: 18.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Traditional Arabic";"></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 36.0pt;">
<i><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">“</span>Tidakkah
kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik
seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit</i><i><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">, </span>pohon itu memberikan buahnya pada
setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu
untuk manusia supaya mereka selalu ingat</i><i><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">”.</span></i><b><i><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="color: black; font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;"></span></i></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 35.45pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 35.45pt;">
<span lang="IN" style="color: black; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Traditional Arabic";">Dalam tafsir ibnu
Katsir, Ibnu Abas menafsirkan ayat tersebut sebagai berikut:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 35.45pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: right; text-autospace: none; unicode-bidi: embed;">
<b><span lang="AR-SA" style="color: black; font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 16.0pt; mso-ascii-font-family: "Traditional Arabic";">عن ابن عباس في قوله: { مَثَلا كَلِمَةً طَيِّبَةً } شهادة أن لا إله
إلا الله، { كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ } وهو المؤمن، { أَصْلُهَا ثَابِتٌ } يقول: لا إله
إلا الله في قلب المؤمن، { وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاءِ } يقول: يرفع بها عمل المؤمن
إلى السماء.</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 35.45pt;">
<span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><i><span lang="IN" style="color: black; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Traditional Arabic";"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>“Dari
Ibn Abas tentang firman Allah: (<b>Perumpamaan kalimat yang baik) </b>adalah
persaksian sesunguhnya tidak ada Tuhan selain Allah, (<b>seperti pohon yang
baik) </b>yaitu orang beriman, (<b>akarnya teguh) </b>dia berkata: tidak ada
tuhan selain Allah dalam hati orang mukmin, (<b>dan cabangnya menjulang ke
langit</b>) dia berkata: diangkat sebab tauhid amalan orang mukmin ke langit”</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 35.45pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Perumpamaan pada ayat 24-25 surat Ibrahim
di atas, dapat dijelaskan bahwa mukmin yang kuat akidah dan keimanannya akan
selalu beribadah baik mahdhoh maupun ghoiru mahdhoh semata mengharap ridha
Allah dan dampaknya memberi manfaat bagi diri, keluarga, masyarakat dan
lingkungannya setiap saat. Ini diperumpamakan pohon baik (yakni orang mukmin)
yang memiliki akar kuat yang menghujam perut bumi (yakni memiliki akidah dan
keimanan kuat yang menghujam ke lubuk hati), cabangnya menjulang ke langit
(yakni segala amal perbuatan yang dilakukan adalah semata mengharap ridha
Allah), maka pohon itu akan mengeluarkan buah yang dinikmati semua orang setiap
saat (yakni segala tindak-tanduk mukmin itu baik berupa perkataan, sikap maupun
perbuatan akan menimbulkan dampak rasa aman, nyaman, menyenangkan, dan manfaat
bagi semua orang setiap saat).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Perumpamaan pohon baik seperti digambarkan
pada ayat di atas, adalah tentu saja pohon yang kokoh dan kuat karena akarnya
menghujam bumi, ini juga berarti pohon itu tahan hempasan dari segala cuaca dan
tahan penyakit. Ini menggambarkan orang mukmin yang akidah dan keimanannya
kuat, ia akan tahan dari segala hempasan ujian dan cobaan, tidak mudah berputus
asa, tentu saja ini karena telah tertanam dalam hatinya bahwa segala sesuatu
dalam kehidupan ini baik nikmat maupun ujian dan cobaan adalah telah diatur
oleh Allah, dan semuanya ia serahkan kepada Allah. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Pohon yang baik itu digambarkan pula
memiliki cabang, dahan, ranting dan dedaunan lebat yang menjulang ke angkasa,
ini tentu sangat baik sebagai tempat berteduh bagi orang yang kepanasan dan
menghasilkan oksigen segar bagi yang baik bagi kesehatan, Ini menggambarkan
bagaimana seorang yang kuat akidah dan imannya mampu melindungi orang lain dari
hal-hal menyulitkan dalam kehidupan. Pohon itu juga menghasilkan buah yang
dapat dinikmati setiap saat oleh setiap orang, ini menggambarkan segalanya yang
ada pada dirinya baik berupa ucapan, sikap, dan tindakan adalah dilakukan dalam
rangka beribadah kepada Allah dengan semata mengharapkan ridhaNya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 35.45pt;">
<span lang="IN" style="color: black; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Traditional Arabic";">Berdasar ayat di atas,
Allah menginginkan orang Islam memiliki keyakinan tauhid yang kokoh yaitu </span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="color: black; font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN;">لااله الا الله محمد رسول الله</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span lang="IN" style="color: black; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Traditional Arabic";"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>,</span><span lang="IN" style="color: black; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Traditional Arabic";"> sebab hanya dengan kokoh tauhid, seorang Muslim akan dengan ikhlas
melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi segala laranganNya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span lang="IN" style="color: black; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Traditional Arabic";">Hadirin jamaah sholat Jumah Rahimakumullah,</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 35.45pt;">
<span lang="IN" style="color: black; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Traditional Arabic";">Tidak gampang untuk
mewujudkan kokoh tauhid yang digambarkan oleh Allah sebagai pohon yang akarnya
menghujam dalam ke perut bumi dengan batang dahan dan ranting menjulang ke
langit. Orang tua Muslim yang ingin memiliki keturunan dengan akidah kokoh,
mesti belajar kepada ahli tumbuhan dan tanaman serta praktik yang dilakukan
petani. Ini dimulai dari pemilihan bibit unggul dan pemilihan lahan yang cocok
dan subur yang juga berarti memilih jodoh untuk pasangan hidup dengan agama
kuat, sesuai sabda Rasulullah S.A.W:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 35.45pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 35.45pt; unicode-bidi: embed;">
<span lang="AR-SA" style="color: black; font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN;">عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ لِأَرْبَعٍ لِمَالِهَا
وَلِحَسَبِهَا وَجَمَالِهَا وَلِدِينِهَا فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّينِ تَرِبَتْ يَدَاكَ</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" lang="AR-SA" style="color: black; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Traditional Arabic";"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span> </span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span lang="AR-SA" style="color: black; font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN;"><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>(رواه البخاري و مسلم و النسائ و ابو داود و ابن
ماجه و احمد و الدارمي)</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 35.45pt;">
<i><span lang="IN" style="color: black; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Traditional Arabic";">Dari Abi Hurairah r.a,
dari nabi SAW bersabda: “seorang perempuan dinikahi karena empat perkara,
hartanya, nasabnya, cantiknya dan agamanya, pilihlah agama maka engkau akan
beruntung</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 35.45pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 35.45pt;">
<span lang="IN" style="color: black; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Traditional Arabic";">Setelah ditanam, tanaman
itu lalu dirawat, disiram dan diberi pupuk, dibersihkan dari rumput dan hama
yang mengganggu, ini berarti setelah anak lahir, maka anak harus dididik,
diberikan pendidikan agama dan keahlian untuk hidup masa depan, dijaga dari
pengaruh lingkungan buruk yang mempengaruhi tabiatnya. Orang tua mempunyai
perang penting membentuk kepribadian anak Muslim yang kokoh iman dan sholeh,
sebagaimana sabda Rasul:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 35.45pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 35.45pt; unicode-bidi: embed;">
<span lang="AR-SA" style="color: black; font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN;">عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ
يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ كَمَثَلِ الْبَهِيمَةِ تُنْتَجُ
الْبَهِيمَةَ هَلْ تَرَى فِيهَا جَدْعَاءَ (رواه البخاري و مسلم و الترمذي و
النسائ و ابو داود و احمد و مالك)</span><span dir="LTR" lang="IN" style="color: black; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Traditional Arabic";"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 35.45pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 35.45pt;">
<i><span lang="IN" style="color: black; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Traditional Arabic";">Dari Abi Hurairah r.a
berkata, telah bersabda Nabi SAW: “setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci,
maka terserah ibu-bapaknya menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi, seperti
hewan yang melahirkan hewan apakah kamu dapatkan padanya Jad’a (onta milik
Rasul)</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 35.45pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 35.45pt;">
<span lang="IN" style="color: black; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Traditional Arabic";">Dengan perawatan pohon
yang baik secara terus menerus, maka suatu pohon akan mengeluarkan akar kokoh
yang menghujam ke perut bumi dengan batang, dahan, ranting dan dedaunan yang
menjulang ke langit, menghasilkan buah terus menerus setiap musim. Ini artinya,
seorang Muslim yang berhasil mendapatkan didikan baik dari kedua orang tua dan
guru-gurunya, pada saat dewasa, dia memiliki tauhid yang kokoh. Seseorang yang
memiliki tauhid kokoh, dia akan mengamalkan ilmunya dengan memanfaatkan
hidupnya untuk beribadah kepada Allah dan memberi manfaat untuk diri, orang
lain, dan lingkungan sekitarnya. Ini sesuai firman Allah SWT:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 35.45pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 35.45pt; unicode-bidi: embed;">
<span lang="AR-SA" style="color: black; font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN;">كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ
وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ
لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ
(١١٠)</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 35.45pt;">
<i><span lang="IN" style="color: black; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Traditional Arabic";">kamu adalah umat yang
terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan
mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab
beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang
beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 35.45pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 35.45pt;">
<span lang="IN" style="color: black; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Traditional Arabic";">Dan juga sabda
Rasulullah SAW:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 35.45pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 35.45pt; unicode-bidi: embed;">
<b><span lang="AR-SA" style="color: black; font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 16.0pt; mso-ascii-font-family: "Traditional Arabic";">عن جابر ، قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم</span></b><b><span lang="AR-SA" style="color: red; font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 16.0pt; mso-ascii-font-family: "Traditional Arabic";"> </span></b><b><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 16.0pt; mso-ascii-font-family: "Traditional Arabic";">: « خير الناس أنفعهم للناس » مختصر (مسند الشهاب-القضاعي)</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">
<i><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Dari Jabir berkata, Rasulullah SAW
bersabda: “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia”.</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">
<span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: Arial;">Dengan keadaan seperti itu, semua orang akan merindukan
mukmin tersebut dan merasakan kemanfaatan dari keberadaannya. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">
<span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: Arial;">Muslim yang kokoh akidahnya pada gilirannya akan
mencintai Allah dan Rasul-Nya dengan melaksanakan segala yang diperintah
keduanya dan menjauhi segala yang dilarang oleh keduanya, juga mencintai orang
lain karena Allah sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri dan ia benci
kembali kepada kekufuran, sehingga ia menemukan manisnya iman. Rasulullah SAW
bersabda:</span></div>
<div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<span lang="AR-SA" style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 16.0pt; line-height: 115%; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">عَنْ أَنَسِ بْنِ
مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
قَالَ ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ أَنْ يَكُونَ اللَّهُ
وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ
إِلَّا لِلَّهِ وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ
فِي النَّارِ (رواه البخاري و مسلم و الترمذي و النساءئ و ابن ماجه و احمد)</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-size: 16.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: Arial;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">
<i><span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: Arial;">Dari Anas bin Malik r.a, dari nabi SAW bersabda: “Ada
tiga hal, kalau ketiganya ada pada seseorang maka dia akan mendapatkan manisnya
iman: 1. Allah dan Rasul-Nya lebih dia cintai daripada yang selainnya; 2.
Mencintai seseorang yang tidak dia cintai selain karena Allah; 3. Membenci
kembali kepada kekafiran sepertihalnya dia benci di lempar ke api”.</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">
<span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: Arial;">Allah menyukai orang mukmin yang memberi manfaat bagi
orang lain denga suka menolong dan tidak mengganggu kenyamanan orang lain,
Rasulullah SAW bersabda:</span></div>
<div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<span lang="AR-SA" style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 16.0pt; line-height: 115%; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ نَفَّسَ عَنْ
مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ
يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا
وَالْآخِرَةِ وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ
وَاللَّهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ (رواه
مسلم و الترمذي و ابن ماجه و ابو داود و احمد)</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-size: 16.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: Arial;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">
<i><span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: Arial;">Dari Abi Hurairah berkata, Rasulullah SAW bersabda:
“barangsiapa menghilangkan suatu kesulitan dari seorang mukmin dari
kesulitan-kesulitan dunia maka Allah akan menghilangkan atas dia kesulitan dari
kesulitan-kesulitan hari kiamat; barangsiapa memudahkan atas orang yang sedang
dalam kesulitan, Allah akan memudahkan baginya kesulitan dunia dan akhirat; dan
barangsiapa menutupi aib seorang Muslim maka Allah akan menutupi aibnya di
dunia dan akhirat. Allah akan selalu menolong hamba-Nya selama hamba menolong
saudaranya”.</span></i><i><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;"></span></i></div>
<div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<span lang="AR-SA" style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 16.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ وَالْمُؤْمِنُ مَنْ
أَمِنَهُ النَّاسُ عَلَى دِمَائِهِمْ وَأَمْوَالِهِمْ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ
حَسَنٌ صَحِيحٌ </span><span lang="AR-SA" style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 16.0pt; line-height: 115%; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">(رواه
الترمذي و النساءئ و احمد)</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-size: 16.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: Arial;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">
<i><span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: Arial;">Dari Abi Hurairah berkata, Rasulullah SAW bersabda:
“Orang Muslim adalah orang yang Muslim lainnya merasa aman dari lisannya dan
tangannya. Orang Mukmin adalah orang yang orang lain merasa aman darahnya dan
hartanya”. Abu Isa berkata hadis ini hasan dan shoheh”.</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">
<i><span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: Arial;"></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">
<i><span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: Arial;">
</span></i></div>
<div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; text-indent: 35.45pt; unicode-bidi: embed;">
<i><span lang="AR-SA" style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 16.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">بارك الله لي ولكم في القرأن العظيم ونفعني وإياكم
بما فيه من الأيات والذكرالحكيم. أقول قولي هذا واستغفر الله العظيم لي ولكم
ولسائر المسلمين من كل ذنب فاستغفروه إنه هو الغفور الرحيم</span></i></div>
<i>
</i>Isa Ansorihttp://www.blogger.com/profile/06952454540005742749noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7122892912441967989.post-71566683242859708232010-09-09T23:54:00.003+07:002010-09-11T06:29:12.247+07:00Ibadah Ramadhan Menjadikan Kita Orang Bertaqwa (Khutbah Idul Fitri 1431 H di Masjid Baiturrohim Wates)<!--[if gte mso 9]><xml> <w:worddocument> <w:view>Normal</w:View> <w:zoom>0</w:Zoom> <w:punctuationkerning/> <w:validateagainstschemas/> <w:saveifxmlinvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:ignoremixedcontent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:alwaysshowplaceholdertext>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:compatibility> <w:breakwrappedtables/> <w:snaptogridincell/> <w:wraptextwithpunct/> <w:useasianbreakrules/> <w:dontgrowautofit/> </w:Compatibility> <w:browserlevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> </w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:latentstyles deflockedstate="false" latentstylecount="156"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]> <style> /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; mso-para-margin:0cm; mso-para-margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:10.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-ansi-language:#0400; mso-fareast-language:#0400; mso-bidi-language:#0400;} </style> <![endif]--> <p class="MsoTitle" style="margin-bottom: 6pt; line-height: 150%; text-align: center;"><span style="font-size:180%;">IBADAH RAMADHAN MENJADIKAN KITA ORANG BERTAQWA<br /></span></p><p class="MsoTitle" style="margin-bottom: 6pt; line-height: 150%; text-align: center;"><span style="font-size:180%;">Oleh: Isa Ansori</span><br /></p> <p class="MsoNormal" dir="RTL" style="text-align: center; line-height: 150%; direction: rtl; unicode-bidi: embed;" align="center"><span style="line-height: 150%;font-size:16pt;" lang="AR-SA" >بسم الله الرحمن الرحيم</span><span dir="LTR" style="line-height: 150%;font-size:16pt;" ><br /></span><span style="line-height: 150%;font-size:16pt;" lang="AR-SA" >السلام عليكم ورحمة الله وبركاته</span><span dir="LTR" style="line-height: 150%;font-size:16pt;" ></span></p> <p class="MsoNormal" dir="RTL" style="text-align: right; line-height: 150%; direction: rtl; unicode-bidi: embed;"><span style="line-height: 150%;font-size:16pt;" lang="AR-SA" >الله اكبر ×9</span><span dir="LTR" style="line-height: 150%;font-size:16pt;" ><br /></span><span style="line-height: 150%;font-size:16pt;" lang="AR-SA" >الله</span><span dir="LTR" style="line-height: 150%;font-size:16pt;" lang="AR-SA" > </span><span style="line-height: 150%;font-size:16pt;" lang="AR-SA" >اكبر كبيرا والحمد لله كثيرا وسبحان الله بكرة واصيلا لااله الا الله ولا</span><span dir="LTR" style="line-height: 150%;font-size:16pt;" lang="AR-SA" > </span><span style="line-height: 150%;font-size:16pt;" lang="AR-SA" >نعبد إلاإياه, مخلصين له الدين ولوكره الكافرون لااله الا الله وحده صدق وعده</span><span dir="LTR" style="line-height: 150%;font-size:16pt;" lang="AR-SA" > </span><span style="line-height: 150%;font-size:16pt;" lang="AR-SA" >ونصرعبده وأعزجنده وهزم الأحزاب وحده لااله الاالله والله أكبرالله</span><span dir="LTR" style="line-height: 150%;font-size:16pt;" lang="AR-SA" > </span><span style="line-height: 150%;font-size:16pt;" lang="AR-SA" >اكبرولله الحمد</span><span dir="LTR" style="line-height: 150%;font-size:16pt;" >.<br /></span><span style="line-height: 150%;font-size:16pt;" lang="AR-SA" >الحمدلله الذي ألّف بين قلوبنافأصبحا بنعمته</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="line-height: 150%;font-size:16pt;" lang="AR-SA" ><span dir="LTR"></span> </span><span style="line-height: 150%;font-size:16pt;" lang="AR-SA" >إخوانا. الحمدلله الذي ارسل رسوله بالهدى ودين الحق ليظهره علىالدين كله</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="line-height: 150%;font-size:16pt;" lang="AR-SA" ><span dir="LTR"></span> </span><span style="line-height: 150%;font-size:16pt;" lang="AR-SA" >ولوكره المشركون. أشهد ان لاإله إلاالله وحده لاشريك له واشهد أنّ سيّدنا</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="line-height: 150%;font-size:16pt;" lang="AR-SA" ><span dir="LTR"></span> </span><span style="line-height: 150%;font-size:16pt;" lang="AR-SA" >ونبيّنا محمداعبده ورسوله,لانبي بعده</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="line-height: 150%;font-size:16pt;" ><span dir="LTR"></span>.<br /></span><span style="line-height: 150%;font-size:16pt;" lang="AR-SA" >اللهم ّصلّ علي محمّدوعلى اله</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="line-height: 150%;font-size:16pt;" lang="AR-SA" ><span dir="LTR"></span> </span><span style="line-height: 150%;font-size:16pt;" lang="AR-SA" >واصحابه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين. اما بعد ,فيا عبادالله ا تقوا</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="line-height: 150%;font-size:16pt;" lang="AR-SA" ><span dir="LTR"></span> </span><span style="line-height: 150%;font-size:16pt;" lang="AR-SA" >الله حق تقاته ولاتموتن الا وانتم مسلمون</span><span dir="LTR" style="line-height: 150%;font-size:16pt;" ><br /></span><span style="line-height: 150%;font-size:16pt;" lang="AR-SA" >قال الله تعالي في كتابه</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="line-height: 150%;font-size:16pt;" lang="AR-SA" ><span dir="LTR"></span> </span><span style="line-height: 150%;font-size:16pt;" lang="AR-SA" >الكريم اعوذ بالله من الشيطانالرجيم </span></p> <p class="MsoBodyText2" dir="RTL" style="text-align: justify; line-height: 150%; direction: rtl; unicode-bidi: embed;"><span style="line-height: 150%;font-size:16pt;" lang="AR-SA" >وَنَفْسٍ وَمَا سَوَّاهَا(7)فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا(8)قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا(9)وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّاهَا(10)</span><span dir="LTR" style="line-height: 150%;font-size:16pt;" ></span></p> <p class="MsoNormal" dir="RTL" style="text-align: right; direction: rtl; unicode-bidi: embed;"><span dir="LTR"> </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6pt; text-align: justify; line-height: 150%;">Hadirin jamaah sholat ‘Idul Fitri yang berbahagia,</p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><span style=""> </span>Sejak terbenamnya matahari sebagai penanda berakhirnya bulan Ramadhan yang sangat kita cintai, gema suara takbir, tahlil dan tahmid bergemuruh membahana membelah angkasa, sebagai ungkapan rasa pengakuan seorang hamba terhadap kebesaran Allah SWT Tuhannya, pengakuan bahwa tiada tuhan lain selain Dia dan ungkapan puji syukur terhadap seluruh limpahan rahmatNya. Kesemuanya itu kita ucapkan dengan penuh tawadu’ dan hati yang ikhlas. </p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><span style=""> </span>Firman Allah dalam Al Baqarah 185:</p> <p class="MsoNormal" dir="RTL" style="margin-bottom: 6pt; text-align: justify; line-height: 150%; direction: rtl; unicode-bidi: embed;"><span style="line-height: 150%;font-size:16pt;" lang="AR-SA" >وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ(185)</span><span dir="LTR" style="line-height: 150%;font-size:16pt;" ></span></p> <p class="MsoBodyTextIndent2"><i>Dan hendaklah kamu sempurnakan hitungan bulan Ramadhan dan setelah itu hendaklah kamu bertakbir membesarkan Allah atas segala petunjuk yang telah Allah berikan kepadamu dan agar kamu bersyukur atas ni’mat-ni’matNya.</i></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%;">Sepantasnya itu semua kita ungkapkan, karena apalah artinya kita dihadapan kebesaran dan keagungan Allah sang Pencipta dan Penguasa segala-galanya. Kita semua adalah kecil dan tiada berarti apapun di hadapan Nya.</p> <p class="MsoBodyText2" style="line-height: 150%;"><span style=""> </span>Al hamdulillah, puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT. yang selalu mencurahkan rahmat dan nikmat-nikmat-Nya kepada kita meskipun kita tidak memintanya. Segala apa yang ada pada diri kita dan sekitar kita adalah rahmat dan nikmat dari Allah SWT. Sewajarnya lah kita mensyukuri segala nikmat itu dengan beribadah kepada Nya. Salah satu rahmat dari Allah adalah nikmat Iman dan Islam sehingga dengan nikmat itu kita dapat dengan senang hati menyelesaikan satu perintah Allah ialah berpuasa satu bulan Ramadhan penuh di tahun ini, sebagaimana firman Allah:</p> <p class="MsoNormal" dir="RTL" style="margin-bottom: 6pt; text-align: justify; line-height: 150%; direction: rtl; unicode-bidi: embed;"><span style="line-height: 150%;font-size:16pt;" lang="AR-SA" >يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ(183)</span></p> <p class="MsoBodyText2" style="margin-left: 37.4pt;"><span dir="LTR"></span><i><span dir="LTR"></span>“Hai orang-orang yang beriman telah diwajibkan atas kamu berpuasa, sebagaimana telah pula diwajibakan atas orang-orang (umat) sebelum kamu agar kamu menjadi orang-orang yang bertaqwa”. (QS. Al-baqoroh: 183).</i></p> <p class="MsoBodyText2" style="line-height: 150%;"><span style=""> </span>Tujuan ibadah puasa Ramadhan sebagaimana yang Allah sebutkan pada ayat di atas adalah agar kita menjadi orang yang bertaqwa kepada Allah, yaitu orang yang dengan kemauannya sendiri ikhlas dan senang hati melaksankan segala apa yang diperintah Allah dan menjauhi segala apa yang Allah larang.</p> <p class="MsoBodyText2" style="line-height: 150%;"><span style=""> </span>Kita semua dapat merasakan bahwa, selama menjalankan ibadah puasa Ramadhan berbagai macam amalam sholeh perintah Allah terasa lebih ringan, senang dan gembira kita melaksanakannya. Beberapa amalam sholeh yang sebelum Ramadhan jarang atau bahkan tidak kita lakukan karena terasa berat untuk kita laksanakan seperti sholat berjamaah di mushola atau masjid-masjid, tadarus al-Qur’an, sholat malam serta sholah sunah lainnya, bersedakah, tidak menyakiti hati orang lain baik dengan perkataan maupun perbuatan, menolong orang-orang yang kesusahan serta banyak lagi amalan sholeh lainnya, ketika Ramadhan perbuatan-perbuatan itu menjadi seperti terbiasa dan dengan senang hati kita lakukan. Sebaliknya kita juga ikhlas dan senang hati menjauhi perbuatan-perbuatan maksiat yang dilarang, seperti memandang hal-hal yang dilarang, mendengar ucapan-ucapan yang dilarang, mencaci maki dan mengrasani orang lain serta perbuatan-perbuatan buruk lainnya. Ini menjadi bukti bahwa ibadah puasa Ramadhan yang Allah sediakan dan wajibkan adalah sarana untuk melatih diri kita menjadi orang yang patuh dan taat kepada Allah SWT sebagai ciri orang yang bertaqwa.</p> <p class="MsoBodyText2" style="line-height: 150%;"><span style=""> </span>Permasalahannya adalah sanggupkan kita mempertahankan kondisi kejiwaan kita yang tidak berberat hati untuk terus melaksankan amalan-amalan sholeh yang Allah perintah dan mejauhi amal-amal jahat yang Allah larang setelah kita berada di luar Ramadhan ?. Ataukah kita akan kembali pada kondisi yang memperturutkan hawa nafsu seperti sebelum Ramadhan ?. Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini, terpulang pada diri kita masing-masing. </p> <p class="MsoBodyText2" style="line-height: 150%;"><span style=""> </span>Allah SWT berfirman:</p> <p class="MsoBodyText2" dir="RTL" style="text-align: justify; line-height: 150%; direction: rtl; unicode-bidi: embed;"><span style="line-height: 150%;font-size:16pt;" lang="AR-SA" >وَنَفْسٍ وَمَا سَوَّاهَا(7)فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا(8)قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا(9)وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّاهَا(10)</span><span dir="LTR" style="line-height: 150%;font-size:16pt;" ></span></p> <p class="MsoBodyText2" style="margin-left: 37.4pt;"><i>Dan jiwa serta penyempurnaan (ciptaann) nya, maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesunggunya merugilah orang yang mengotorinya”.</i> (QS. Asy Syams: 7-10).</p> <p class="MsoBodyText2" style="margin-top: 12pt; line-height: 150%;">Hadirin jamaah sholat Idul Fitri Rohimakumullah.</p> <p class="MsoBodyText2" style="line-height: 150%;"><span style=""> </span>‘Idul Fitri tersusun dari dua kata bahasa Arab, yaitu “‘Id“ yang berarti kembali dan “al-Fitri” yang berarti fitrah atau keadaan suci tanpa dosa. Ini maksudnya adalah pada hari ini kita merayakan kembalinya jiwa raga kita ke dalam fitrahnya yakni suci tanpa dosa seperti bayi baru lahir. Sebagai mana sabda Nabi Muhammad SAW.:</p> <p class="MsoBodyText2" dir="RTL" style="text-align: justify; line-height: 150%; direction: rtl; unicode-bidi: embed;"><span style="line-height: 150%;font-size:16pt;" lang="AR-SA" >قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا مِنْ مَوْلُودٍ إِلَّا يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ </span><span dir="LTR" style="line-height: 150%;font-size:16pt;" ></span></p> <p class="MsoBodyText2" style="margin-left: 37.4pt;"><i>Setiap anak terlahir atas fitrah (keadaan suci tanpa dosa) lalu tergantung kedua orang tuanya apakah mereka hendak menjadikannya Yahudi, Nasroni atau Majusi.</i></p> <p class="MsoBodyText2" style="line-height: 150%;">Bagi kita orang tua Muslim tentu berusaha menjadikan anak-anak kita Muslim yang taat. </p> <p class="MsoBodyText2" style="text-indent: 36pt; line-height: 150%;">Jiwa raga yang menjadi suci kembali hanyalah terjadi atas kita yang dengan ikhlas melaksanakan ibadah puasa Ramadhan satu bulan penuh serta melaksanakan amalan-amalan sholeh yang lain dan berusaha sekuat hati menjauhi segala larangan ilahi. Sedang bagi mereka yang tidak menjalankan ibadah puasa atau amalan sholeh tetapi malah lebih suka mengerjakan amalan maksiat, tentu fitrah kesucian jiwa raga tiada mereka dapat dan sewajarnya untuk merasa malu bersama merayakan hari kembalinya fitrah (idul fitri) ini.</p> <p class="MsoBodyText2" style="text-indent: 36pt; line-height: 150%;">Rasulullah SAW bersabda:</p> <p class="MsoBodyText2" dir="RTL" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%; direction: rtl; unicode-bidi: embed;"><span style="line-height: 150%;font-size:16pt;" lang="AR-SA" >عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ</span><span dir="LTR" style="line-height: 150%;font-size:16pt;" ></span></p> <p class="MsoBodyText2" style="margin-left: 37.4pt;"><i>“Barang siapa yang berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharapkan ridha Allah, maka Allah mengampuni atas orang itu dosa-dosa yang telah ia kerjakan”. (HR Mutafaq alaih) </i></p> <p class="MsoBodyText2" style="margin-left: 37.4pt;">Dalam hadis lain Rasul bersabda:</p> <p class="MsoBodyText2" dir="RTL" style="margin: 12pt 3.4pt 6pt 0cm; text-align: justify; text-indent: 28.05pt; line-height: 150%; direction: rtl; unicode-bidi: embed;"><span style="line-height: 150%;font-size:16pt;" lang="AR-SA" >عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ</span><span dir="LTR" style="line-height: 150%;font-size:16pt;" ></span></p> <p class="MsoBodyText2" style="margin-left: 37.4pt;"><i>“Barang siapa yang mendirikan ibadah di malam hari pada bulan Ramadhan karena iman dan mengharpkan ridha Allah, maka diampunilah dosa-dosanya yang telah lewat. (HR. Mutafaq alaih).</i></p> <p class="MsoBodyText2" style="margin-top: 12pt; text-indent: 36pt; line-height: 150%;">Adapun dosa-dosa yang diampuni langsung oleh Allah adalah dosa-dosa yang berkaitan langsung dengan Allah. Sedangkan dosa-dosa yang berkaitan dengan sesama manusia, maka Allah belum akan mengampuni dosa-dosa itu sebelum orang yang bersalah meminta maaf langsung kepada orang lain yang ia dhalimi. Seorang anak datang bersimpuh memohon maaf kepada kedua orang tuanya<span style="" lang="IN"> atas kesalahan-kesalahannya</span>, seorang istri bersimpuh memohon maaf atas segala kesalahan kepada suaminya dan setiap kita memohon maaf atas kesalahan kepada orang-orang di sekitar kita, guru, sahabat, tetangga dan sebagainya. Rasulullah SAW bersabda:</p> <p class="MsoBodyText2" dir="RTL" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%; direction: rtl; unicode-bidi: embed;"><span style="line-height: 150%;font-size:16pt;" lang="AR-SA" >عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ تُعْرَضُ أَعْمَالُ النَّاسِ فِي كُلِّ جُمُعَةٍ مَرَّتَيْنِ يَوْمَ الِاثْنَيْنِ وَيَوْمَ الْخَمِيسِ فَيُغْفَرُ لِكُلِّ عَبْدٍ مُؤْمِنٍ إِلَّا عَبْدًا بَيْنَهُ وَبَيْنَ أَخِيهِ شَحْنَاءُ فَيُقَالُ اتْرُكُوا أَوْ ارْكُوا هَذَيْنِ حَتَّى يَفِيئَا</span><span dir="LTR" style="line-height: 150%;font-size:16pt;" ></span></p> <p class="MsoBodyText2" style="margin-left: 37.4pt;"><i>Dari Abu Hurairah r.a. berkata, telah bersabda Rasulullah SAW.: “Amal perbuatan manusia diajukan kepada Allah setiap hari Senin dan Kamis, pada saat itu Allah mengampuni dosa setiap orang selagi dia tidak mesekutukan Allah dengan sesuatu apapun, kecuali dosa seseorang yang antara dia dan orang lain masih ada dendam dan permusuhan, lalu Allah berfirman kepada malaikat: “Wahai para malaikat biarkan saja kedua orang tersebut (keduanya belum diampuni) sehingga keduanya mau berdamai”. (HR. Muslim) (p. 583).</i></p> <p class="MsoBodyText2" style="margin-left: 37.4pt;">Dalam hadis yang lain Rasul bersabda:</p> <p class="MsoBodyText2" dir="RTL" style="margin-right: 3.4pt; text-align: justify; text-indent: 28.05pt; line-height: 150%; direction: rtl; unicode-bidi: embed;"><span style="line-height: 150%;font-size:16pt;" lang="AR-SA" >عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يَهْجُرَ أَخَاهُ فَوْقَ ثَلَاثٍ فَمَنْ هَجَرَ فَوْقَ ثَلَاثٍ فَمَاتَ دَخَلَ النَّارَ</span><span dir="LTR" style="line-height: 150%;font-size:16pt;" ></span></p> <p class="MsoBodyText2" style="margin-left: 37.4pt;"><i>Dari Abu Hurairah berkata, telah bersabda Rasulullah SAW: “Tidak halal bagi seorang Muslim mendiamkan saudara Muslim lainnya lebih dari tiga hari. Barangsiapa mendiamkan saudaranya lebih dari tiga hari dan meninggal dunia, maka dia masuk neraka”. (HR. Muslim dan Ahmad)</i></p> <p class="MsoBodyText2" style="margin-top: 12pt; line-height: 150%;"><span style=""> </span>Karenanya, pada hari raya ‘idul fitri ini, kita dianjurkan untuk saling bersilatur rahim, mengucapkan salam dan berjabat tangan saling meminta maaf, lelaki berjabat tangan dengan sesama lelaki, perempuan berjabat tangan dengan sesama perempuan. <span style=""> </span>Insya Allah dengan begitu dosa-dosa kita diampuni. Rasulullah bersabda:</p> <p class="MsoBodyText2" dir="RTL" style="margin-right: 3.4pt; text-align: justify; text-indent: 28.05pt; line-height: 150%; direction: rtl; unicode-bidi: embed;"><span style="line-height: 150%;font-size:16pt;" lang="AR-SA" >عَنْ الْبَرَاءِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا مِنْ مُسْلِمَيْنِ يَلْتَقِيَانِ فَيَتَصَافَحَانِ إِلَّا غُفِرَ لَهُمَا قَبْلَ أَنْ يَفْتَرِقَا</span><span dir="LTR" style="line-height: 150%;font-size:16pt;" ></span></p> <p class="MsoBodyText2" style="margin-left: 37.4pt;"><i>“Dari Bara’ r.a. berkata, telah bersabda Rasulullah SAW. : “Tidak ada dari dua orang Muslim yang berjumpa lalu keduanya bersalaman, kecuali diampuni dosa keduanya sebelum keduanya berpisah”. (HR. Abu Dawud). </i></p> <p class="MsoBodyText2" style="margin-top: 12pt; line-height: 150%;">Hadirin Jama’ah Sholat ‘Idul Fitri rahimakumullah,</p> <p class="MsoBodyText2" style="line-height: 150%;"><span style=""> </span>Setelah ramadhan ini, marilah kita hentikan secara total kebiasaan buruk masa lalu yang sering kita lakukan, kalau kita dulu adalah pemabuk, pezina, penjudi, pencuri, penjambret dan pelaku perbuatan maksiat lainnya, berniatlah untuk berhenti mulai sekarang karena Rasulullah SAW. bersabda:</p> <p class="MsoBodyText2" dir="RTL" style="text-align: justify; line-height: 150%; direction: rtl; unicode-bidi: embed;"><span style="line-height: 150%;font-size:16pt;" lang="AR-SA" >عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَزْنِي الزَّانِي حِينَ يَزْنِي وَهُوَ مُؤْمِنٌ وَلَا يَشْرَبُ الْخَمْرَ حِينَ يَشْرَبُ وَهُوَ مُؤْمِنٌ وَلَا يَسْرِقُ حِينَ يَسْرِقُ وَهُوَ مُؤْمِنٌ وَلَا يَنْتَهِبُ نُهْبَةً يَرْفَعُ النَّاسُ إِلَيْهِ فِيهَا أَبْصَارَهُمْ حِينَ يَنْتَهِبُهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ </span><span dir="LTR" style="line-height: 150%;font-size:16pt;" ></span></p> <p class="MsoBodyText2" style="line-height: 150%;"><i>Dari Abi Hurairah r.a. berkata, telah bersabda Nabi SAW.: “Tidaklah seorang pezina ketika berzina adalah orang yang beriman,, tidak pula peminum arak ketika meminum adalah orang yang beriman, tidak pula pencuri ketika dia mencuri adalah orang yang beriman, tidak pula penjambret ketika menjambret barang yang mata orang terbelalak ketika melihat barang adalah orang beriman”. (HR. Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Nasai, Abi Dawud, Ibnu Majah, Ahmad dan Daromi)</i></p> <p class="MsoBodyText2" style="line-height: 150%;"><span style=""> </span>Ini artinya, setiap kali kita melakukan perbuatan maksiat, maka pada saat itu pula kita menjadi tidak beriman kepada Allah, Rasulullah, Malaikat, Kitab, Hari Kiamat, Qoda dan Qadar, sedangkan kita tahu tidak beriman itu sama dengan kufur, Naudzubillah min dzalik. Dalam hadis lain Rasul bersabda:</p> <p class="MsoBodyText2" dir="RTL" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%; direction: rtl; unicode-bidi: embed;"><span style="line-height: 150%;font-size:16pt;" lang="AR-SA" >عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ شَرِبَ الْخَمْرَ وَسَكِرَ لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلَاةٌ أَرْبَعِينَ صَبَاحًا وَإِنْ مَاتَ دَخَلَ النَّارَ فَإِنْ تَابَ تَابَ اللَّهُ عَلَيْهِ وَإِنْ عَادَ فَشَرِبَ فَسَكِرَ لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلَاةٌ أَرْبَعِينَ صَبَاحًا فَإِنْ مَاتَ دَخَلَ النَّارَ فَإِنْ تَابَ تَابَ اللَّهُ عَلَيْهِ وَإِنْ عَادَ فَشَرِبَ فَسَكِرَ لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلَاةٌ أَرْبَعِينَ صَبَاحًا فَإِنْ مَاتَ دَخَلَ النَّارَ فَإِنْ تَابَ تَابَ اللَّهُ عَلَيْهِ وَإِنْ عَادَ كَانَ حَقًّا عَلَى اللَّهِ أَنْ يَسْقِيَهُ مِنْ رَدَغَةِ الْخَبَالِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا رَدَغَةُ الْخَبَالِ قَالَ عُصَارَةُ أَهْلِ النَّارِ</span><span dir="LTR" style="line-height: 150%;font-size:16pt;" ></span></p> <p class="MsoBodyText2" style="line-height: 150%;"><i>“Dari Abdullah bin Umar berkata, telah bersabda Rasulullah SAW: “Barangsiapa meminum arak dan mabuk maka tidak akan diterima sholatnya empat puluh subuh, dan bila dia mati maka masuk neraka, sedang apabila dia bertobat maka Allah akan menerima tobatnya, lalu apabila dia kembali meminum arak dan mabuk maka tidak diterima lagi sholatnya empat puluh subuh, dan apabila dia mati maka masuk neraka, sedang apabila dia bertobat maka Allah akan menerima tobatnya, lalu apabila dia kembali meminum arak dan mabuk maka tidak diterima lagi sholatnya empat puluh subuh, dan apabila dia mati maka masuk neraka, sedang apabila dia bertobat maka Allah akan menerima tobatnya, selanjutnya jika ia kembali mengulangi lagi maka adalah hak Allah untuk memberi minum dari radghatul habal pada hari kiamat, para sahabat bertanya wahai Rasulullah apakah radghatul hobal itu?” Nabi menjawab: “perasan ahli neraka”. (HR. Tirmidzi, Nasai, Ahmad dan Daromi)</i></p> <p class="MsoBodyText2" style="text-indent: 36pt; line-height: 150%;">Kalau dulu kita ringan tangan, mudah memukul, mengambil barang yang bukan hak atau lisan kita mudah mengumpat, memaki, berbohong dan marah kepada istri, anak atau orang lain, maka hentikanlah saat ini juga. Begitu juga kesalahan-kesalahan yang sering dibuat oleh panca indera lainnya seperti mata, hidung, telinga, dan sebagainya, karena Rasulullah bersabda:</p> <p class="MsoBodyText2" dir="RTL" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%; direction: rtl; unicode-bidi: embed;"><span style="line-height: 150%;font-size:16pt;" lang="AR-SA" >عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ وَالْمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ مَا نَهَى اللَّهُ عَنْهُ </span><span dir="LTR" style="line-height: 150%;font-size:16pt;" ></span></p> <p class="MsoBodyText2" style="text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><i>“Dari Abullah bin Umar Ra, dari Nabi SAW bersabda: “Orang Islam adalah orang yang, orang-orang Islam lainnya merasa aman dari kejahatan lisan, dan tangannya. Orang yang hijrah adalah orang yang hijrah dari yang dilarang Allah menuju kepada yang diperintah oleh-Nya. (HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Nasai, Ahmad dan Darami).</i></p> <p class="MsoBodyText2" style="text-indent: 36pt; line-height: 150%;">Takutlah kepada Allah, karena pada hari kiamat nanti, tangan kita, mulut kita dan seluruh anggota tubuh kita, semuanya akan bersaksi dihadapan Allah terhadap seluruh perbuatan buruk yang selama ini kita lakukan. Allah berfirman: </p> <p class="MsoBodyText2" dir="RTL" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%; direction: rtl; unicode-bidi: embed;"><span style="line-height: 150%;font-size:16pt;" lang="AR-SA" >وَيَوْمَ يُحْشَرُ أَعْدَاءُ اللَّهِ إِلَى النَّارِ فَهُمْ يُوزَعُونَ(19)حَتَّى إِذَا مَا جَاءُوهَا شَهِدَ عَلَيْهِمْ سَمْعُهُمْ وَأَبْصَارُهُمْ وَجُلُودُهُمْ بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ(20)وَقَالُوا لِجُلُودِهِمْ لِمَ شَهِدْتُمْ عَلَيْنَا قَالُوا أَنْطَقَنَا اللَّهُ الَّذِي أَنْطَقَ كُلَّ شَيْءٍ وَهُوَ خَلَقَكُمْ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ(21)وَمَا كُنْتُمْ تَسْتَتِرُونَ أَنْ يَشْهَدَ عَلَيْكُمْ سَمْعُكُمْ وَلَا أَبْصَارُكُمْ وَلَا جُلُودُكُمْ وَلَكِنْ ظَنَنْتُمْ أَنَّ اللَّهَ لَا يَعْلَمُ كَثِيرًا مِمَّا تَعْمَلُونَ(22) وَذَلِكُمْ ظَنُّكُمُ الَّذِي ظَنَنْتُمْ بِرَبِّكُمْ أَرْدَاكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ مِنَ الْخَاسِرِينَ(23)فَإِنْ يَصْبِرُوا فَالنَّارُ مَثْوًى لَهُمْ وَإِنْ يَسْتَعْتِبُوا فَمَا هُمْ مِنَ الْمُعْتَبِينَ(24)</span><span dir="LTR" style="line-height: 150%;font-size:16pt;" ></span></p> <p class="MsoBodyText2" style="text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><i>Dan (ingatlah) hari (ketika) musuh-musuh Allah digiring ke dalam neraka lalu mereka dikumpulkan (semuanya). Sehingga apabila mereka sampai ke neraka, pendengaran, penglihatan dan kulit mereka menjadi saksi terhadap mereka tentang apa yang telah mereka kerjakan. Dan mereka berkata kepada kulit mereka: "Mengapa kamu menjadi saksi terhadap kami?" Kulit mereka menjawab: "Allah yang menjadikan segala sesuatu pandai berkata telah menjadikan kami pandai (pula) berkata, dan Dia-lah yang menciptakan kamu pada kali yang pertama dan hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan. Kamu sekali-kali tidak dapat bersembunyi dari persaksian pendengaran, penglihatan dan kulitmu terhadapmu bahkan kamu mengira bahwa Allah tidak mengetahui kebanyakan dari apa yang kamu kerjakan. Dan yang demikian itu adalah prasangkamu yang telah kamu sangka terhadap Tuhanmu, prasangka itu telah membinasakan kamu, maka jadilah kamu termasuk orang-orang yang merugi. Jika mereka bersabar (menderita azab) maka nerakalah tempat diam mereka dan jika mereka mengemukakan alasan-alasan, maka tidaklah mereka termasuk orang-orang yang diterima alasannya. </i>(QS Fushilat: 19 – 24)</p> <p class="MsoBodyText2" style="text-indent: 36pt; line-height: 150%;">Satu hal lagi yang perlu kita perhatikan di hari yang fitri ini, ialah bahwa selama berpuasa Ramadhan kita merasakan sebagian kecil penderitaan fakir miskin dalam berlapar dan dahaga. Penderitaan kita selama berpuasa itu tidak ada seberapanya dibanding penderitaan mereka. Kita berlapar dan dahaga hanya di siang hari selama satu bulan saja, sedang mereka berlapar dan merana hampir di setiap siang dan malam sepanjang masa yang tak menentu. Bekerja dengan pekerjaan dan upah yang tidak pasti, bekerja keras hari ini untuk makan hari ini, itupun terkadang tak mencukupi, tak mengerti apalagi kerja untuk makan besok dan biaya keperluan anak lainnya.</p> <p class="MsoBodyText2" style="line-height: 150%;"><span style=""> </span>Marilah, kita tidak lagi sekedar merasakan berlapar dan dahaga para kaum dhuafa, tetapi mengambil langkah bagaimana mengentaskan beban dan derita mereka apapun yang kita bisa. Bagi siapa yang berkelebihan harta, ingatlah disana ada hak fakir miskin yang harus diberikan dengan mengeluarkan zakat harta atau penghasilan, infak dan sedekahnya. Takutlah akan ancaman Allah dengan tidak mebayarkan zakat, Allah berfirman:</p> <p class="MsoBodyText2" dir="RTL" style="text-align: justify; line-height: 150%; direction: rtl; unicode-bidi: embed;"><span style="line-height: 150%;font-size:16pt;" lang="AR-SA" >وَالَّذِينَ يَكْنِزُونَ الذَّهَبَ وَالْفِضَّةَ وَلَا يُنْفِقُونَهَا فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَبَشِّرْهُمْ بِعَذَابٍ أَلِيمٍ(34)يَوْمَ يُحْمَى عَلَيْهَا فِي نَارِ جَهَنَّمَ فَتُكْوَى بِهَا جِبَاهُهُمْ وَجُنُوبُهُمْ وَظُهُورُهُمْ هَذَا مَا كَنَزْتُمْ لِأَنْفُسِكُمْ فَذُوقُوا مَا كُنْتُمْ تَكْنِزُونَ(35)</span><span dir="LTR" style="line-height: 150%;font-size:16pt;" ></span></p> <p class="MsoBodyText2" style="margin-left: 37.4pt; line-height: 150%;"><i>Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih, pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka Jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: "Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu". (At Taubah: 34 – 35)</i></p> <p class="MsoBodyText2" style="text-indent: 36pt; line-height: 150%;">Bantulah orang-orang yang memerlukan bantuan dengan harta, tenaga, pikiran serta apapun yang kita bisa. Bantulah para pejuang menegakkan Islam seperti membangun masjid, mushola, pondok pesantren, pantai asuhan dan sebagainya, <span style=""> </span>Rasulullah SAW. bersabda:</p> <p class="MsoBodyText2" dir="RTL" style="text-align: justify; line-height: 150%; direction: rtl; unicode-bidi: embed;"><span style="line-height: 150%;font-size:16pt;" lang="AR-SA" >أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لَا يَظْلِمُهُ وَلَا يُسْلِمُهُ وَمَنْ كَانَ فِي حَاجَةِ أَخِيهِ كَانَ اللَّهُ فِي حَاجَتِهِ وَمَنْ فَرَّجَ عَنْ مُسْلِمٍ كُرْبَةً فَرَّجَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرُبَاتِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ</span><span dir="LTR" style="line-height: 150%;font-size:16pt;" ></span></p> <p class="MsoBodyText2" style="margin-left: 37.4pt;"><i>Dari Ibni Umar r.a. Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: “Orang Muslim adalah saudara orang muslim yang lain, ia tidak boleh mendholimi saudaranya dan tidak boleh pula membiarkannya kesulitan. Barang siapa memenuhi kebutuhan saudaranya maka Allah akan memenuhi kebtuhunnya. Dan barangsiapa melepaskan atas seorang muslim satu kesusahan maka Allah akan melepaskan untuknya satu kesusahan dari kesusahan-kesusahan hari kiamat. Dan barangsiapa menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan menutupi aib dia pada hari kiamat” (HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi dan Ahmad)</i></p> <p class="MsoBodyText2" style="line-height: 150%;">Hadirin jamaah Sholat ‘Idul Fitri Rahimakumullah</p> <p class="MsoBodyText2" style="line-height: 150%;"><span style=""> </span>Pada akhirnya marilah kita berdo’a semoga amalan-amalan sholeh yang telah terbiasa kita laksanakan selama Ramadhan, senantiasa dapat kita langgengkan pada hari-hari setelahnya. Dan amal-amal maksiat yang telah terbiasa kita tinggalkan selama Ramadhan senantiasa dapat kita hindari di hari-hari setelahnya. Dan juga berdo’a semoga puasa Ramadhan dan Bacaan Al Qur’an yang insya Allah akan senantiasa terus kita lakukan, akan datang dan memberi syafaat kepada kita pada hari kiamat, amin. Sebagaimana sabda Rosululullah SAW:</p> <p class="MsoBodyText2" style="margin-left: 37.4pt;">”Puasa dan Al-Qur’an memintakan syafaat bagi hamba pada hari kiamat. Puasa berkata, “Ya Rabbi, aku mencegah orang itu dari makan dan syahwat di siang hari, maka berilah aku syafaat untuknya. Sedangkan Al-Qur’an berkata: “Ya Rabbi, aku mencegahnya tidur pada malam hari<span style=""> </span>karena membacaku, maka berilah aku syafaat untuknya. Rasulullah bersabda: “maka Puasa dan Al-Qur’an diberi syafaat untuk orang itu”. (HR. Ahmad dan Ath Thabrany).</p> <p class="MsoBodyText2"> </p> <p class="MsoNormal" dir="RTL" style="text-align: right; line-height: 150%; direction: rtl; unicode-bidi: embed;"><span style="line-height: 150%;font-size:16pt;" lang="AR-SA" >بارك الله</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="line-height: 150%;font-size:16pt;" lang="AR-SA" ><span dir="LTR"></span> </span><span style="line-height: 150%;font-size:16pt;" lang="AR-SA" >لي و لكم في القران العظيم ونفعنى واياكم بما فيه من الايات و ذكر الحكيم</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="line-height: 150%;font-size:16pt;" lang="AR-SA" ><span dir="LTR"></span> </span><span style="line-height: 150%;font-size:16pt;" lang="AR-SA" >اقول قولي هذا و استغفر الله العظيم لي ولكم ولسائرالمسلمين والمسلمات</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="line-height: 150%;font-size:16pt;" lang="AR-SA" ><span dir="LTR"></span> </span><span style="line-height: 150%;font-size:16pt;" lang="AR-SA" >فاستغفروه إنّه هوالغفورالرحيم</span><span dir="LTR" style="line-height: 150%;font-size:16pt;" ></span></p> <p class="MsoNormal" dir="RTL" style="margin-bottom: 12pt; text-align: center; line-height: 150%; direction: rtl; unicode-bidi: embed;" align="center"><span dir="LTR" style="line-height: 150%;font-size:16pt;" ><br /><br /></span></p> <p class="MsoNormal" dir="RTL" style="margin-bottom: 12pt; text-align: center; line-height: 150%; direction: rtl; unicode-bidi: embed;" align="center"><span style="line-height: 150%;font-size:16pt;" lang="AR-SA" >الخطبة الثانية لعيد الفطر</span></p> <p class="MsoNormal" dir="RTL" style="text-align: right; line-height: 150%; direction: rtl; unicode-bidi: embed;"><span style="line-height: 150%;font-size:16pt;" lang="AR-SA" >الله اكبر×7</span><span dir="LTR" style="line-height: 150%;font-size:16pt;" ><br /></span><span style="line-height: 150%;font-size:16pt;" lang="AR-SA" >الله</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="line-height: 150%;font-size:16pt;" lang="AR-SA" ><span dir="LTR"></span> </span><span style="line-height: 150%;font-size:16pt;" lang="AR-SA" >اكبر كبيرا وا لحمد لله كثيرا وسبحان الله بكرة واصيلا. الحمد لله الذى</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="line-height: 150%;font-size:16pt;" lang="AR-SA" ><span dir="LTR"></span> </span><span style="line-height: 150%;font-size:16pt;" lang="AR-SA" >اعاد الأعياد وكرّر. احمده سبحانه ان خلق وصوّر. وأشهدا ن لاإله إلاالله</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="line-height: 150%;font-size:16pt;" lang="AR-SA" ><span dir="LTR"></span> </span><span style="line-height: 150%;font-size:16pt;" lang="AR-SA" >وحده لا شريك له,شهادة يثقل بهاالميزان في المحشر,واشهد ان محمدارسول الله</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="line-height: 150%;font-size:16pt;" lang="AR-SA" ><span dir="LTR"></span> </span><span style="line-height: 150%;font-size:16pt;" lang="AR-SA" >المبعوث الى الأسودوالأحمر. اللهمّ فصلّ وسلّم على سيّدنا محمّد وعلى اله</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="line-height: 150%;font-size:16pt;" lang="AR-SA" ><span dir="LTR"></span> </span><span style="line-height: 150%;font-size:16pt;" lang="AR-SA" >واصحابه الفائزين بالشرف الأفخر(امابعد)</span><span dir="LTR" style="line-height: 150%;font-size:16pt;" ><br /></span><span style="line-height: 150%;font-size:16pt;" lang="AR-SA" >فياعبادالله اتقواالله فيما امر. وانتهواعمّانهىالله عنه وحذّ ر. واعلموا أنّ الله تعالى صلّى على نبيّه قديما</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="line-height: 150%;font-size:16pt;" ><span dir="LTR"></span>.<br /></span><span style="line-height: 150%;font-size:16pt;" lang="AR-SA" >فقال</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="line-height: 150%;font-size:16pt;" lang="AR-SA" ><span dir="LTR"></span> </span><span style="line-height: 150%;font-size:16pt;" lang="AR-SA" >تعالى:إنّ الله وملائكته يصلّون على النبيّ يا أيّها الذين امنوا صلّوا</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="line-height: 150%;font-size:16pt;" lang="AR-SA" ><span dir="LTR"></span> </span><span style="line-height: 150%;font-size:16pt;" lang="AR-SA" >عليه وسلّموا تسليما. اللهمّ صلّ وسلّم على سيّدنامحمّد خير الخلق صاحب</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="line-height: 150%;font-size:16pt;" lang="AR-SA" ><span dir="LTR"></span> </span><span style="line-height: 150%;font-size:16pt;" lang="AR-SA" >الوجه الأنوار. وارض الّلهمّ عن كل ّالصحابة أجمعين. وعن التّابعين ومن</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="line-height: 150%;font-size:16pt;" lang="AR-SA" ><span dir="LTR"></span> </span><span style="line-height: 150%;font-size:16pt;" lang="AR-SA" >تبعهم بإحسان إلى يوم الّدين</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="line-height: 150%;font-size:16pt;" ><span dir="LTR"></span>.</span><span style="line-height: 150%;font-size:16pt;" lang="AR-SA" ></span></p> <p>Hadirin marilah kita sudahi ibadah shalat Id kita dengan bersama berdoa:</p> <p class="arabic" dir="RTL" style="text-align: right; line-height: 150%; direction: rtl; unicode-bidi: embed;"><span style="line-height: 150%;font-size:16pt;" lang="AR-SA" >اَللَّهُمَّ انْصُرْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ النَّاصِرِيْنَ</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="line-height: 150%;font-size:16pt;" lang="AR-SA" ><span dir="LTR"></span> </span><span style="line-height: 150%;font-size:16pt;" lang="AR-SA" >وَافْتَحْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ وَاغْفِرْ لَنَا</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="line-height: 150%;font-size:16pt;" lang="AR-SA" ><span dir="LTR"></span> </span><span style="line-height: 150%;font-size:16pt;" lang="AR-SA" >فَاِنَّكَ خَيْرُ الْغَافِرِيْنَ وَارْحَمْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="line-height: 150%;font-size:16pt;" lang="AR-SA" ><span dir="LTR"></span> </span><span style="line-height: 150%;font-size:16pt;" lang="AR-SA" >الرَّاحِمِيْنَ وَارْزُقْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّازِقِيْنَ وَاهْدِنَا</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="line-height: 150%;font-size:16pt;" lang="AR-SA" ><span dir="LTR"></span> </span><span style="line-height: 150%;font-size:16pt;" lang="AR-SA" >وَنَجِّنَا مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِيْنَ وَالْكَافِرِيْنَ</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="line-height: 150%;font-size:16pt;" ><span dir="LTR"></span>.</span></p> <p style="text-indent: 36pt;"><i>Ya Allah, tolonglah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi pertolongan. Menangkanlah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi kemenangan. Ampunilah kami, sesungguhnya ngkau adalah sebaik-baik pemberi pemberi ampun. Rahmatilah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi rahmat. Berilah kami rizki sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi rizki. Tunjukilah kami dan lindungilah kami dari kaum yang dzalim dan kafir.</i></p> <p class="arabic" dir="RTL" style="text-align: right; line-height: 150%; direction: rtl; unicode-bidi: embed;"><span lang="AR-SA">اَ</span><span style="line-height: 150%;font-size:16pt;" lang="AR-SA" >للَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَناَ الَّذِى هُوَ</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="line-height: 150%;font-size:16pt;" lang="AR-SA" ><span dir="LTR"></span> </span><span style="line-height: 150%;font-size:16pt;" lang="AR-SA" >عِصْمَةُ أَمْرِنَا وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَ الَّتِى فِيْهَا مَعَاشُنَا</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="line-height: 150%;font-size:16pt;" lang="AR-SA" ><span dir="LTR"></span> </span><span style="line-height: 150%;font-size:16pt;" lang="AR-SA" >وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِى فِيْهَا مَعَادُنَا وَاجْعَلِ</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="line-height: 150%;font-size:16pt;" lang="AR-SA" ><span dir="LTR"></span> </span><span style="line-height: 150%;font-size:16pt;" lang="AR-SA" >الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِى كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="line-height: 150%;font-size:16pt;" lang="AR-SA" ><span dir="LTR"></span> </span><span style="line-height: 150%;font-size:16pt;" lang="AR-SA" >لَنَا مِنْ كُلِّ شرٍّ</span><span dir="LTR" style="line-height: 150%;font-size:16pt;" ></span></p> <p style="text-indent: 36pt;">Ya Allah, perbaikilah agama kami untuk kami, karena ia merupakan benteng bagi urusan kami. Perbaiki dunia kami untuk kami yang ia menjadi tempat hidup kami. Perbikilah akhirat kami yang menjadi tempat kembali kami. Jadikanlah kehidupan ini sebagai tambahan bagi kami dalam setiap kebaikan dan jadikan kematian kami sebagai kebebasan bagi kami dari segala kejahatan.</p> <p class="arabic" dir="RTL" style="text-align: right; line-height: 150%; direction: rtl; unicode-bidi: embed;"><span style="line-height: 150%;font-size:16pt;" lang="AR-SA" >اَللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَاتَحُوْلُ</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="line-height: 150%;font-size:16pt;" lang="AR-SA" ><span dir="LTR"></span> </span><span style="line-height: 150%;font-size:16pt;" lang="AR-SA" >بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعْصِيَتِكَ وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَابِهِ</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="line-height: 150%;font-size:16pt;" lang="AR-SA" ><span dir="LTR"></span> </span><span style="line-height: 150%;font-size:16pt;" lang="AR-SA" >جَنَّتَكَ وَمِنَ الْيَقِيْنِ مَاتُهَوِّنُ بِهِ عَلَيْنَا مَصَائِبَ</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="line-height: 150%;font-size:16pt;" lang="AR-SA" ><span dir="LTR"></span> </span><span style="line-height: 150%;font-size:16pt;" lang="AR-SA" >الدُّنْيَا. اَللَّهُمَّ مَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="line-height: 150%;font-size:16pt;" lang="AR-SA" ><span dir="LTR"></span> </span><span style="line-height: 150%;font-size:16pt;" lang="AR-SA" >وَقُوَّتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا وَاجْعَلْهُ</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="line-height: 150%;font-size:16pt;" lang="AR-SA" ><span dir="LTR"></span> </span><span style="line-height: 150%;font-size:16pt;" lang="AR-SA" >ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ عَاداَنَا وَلاَ تَجْعَلْ مُصِيْبَتَنَا فِى</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="line-height: 150%;font-size:16pt;" lang="AR-SA" ><span dir="LTR"></span> </span><span style="line-height: 150%;font-size:16pt;" lang="AR-SA" >دِيْنِنَاوَلاَ تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلاَ مَبْلَغَ</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="line-height: 150%;font-size:16pt;" lang="AR-SA" ><span dir="LTR"></span> </span><span style="line-height: 150%;font-size:16pt;" lang="AR-SA" >عِلْمِنَا وَلاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لاَ يَرْحَمُنَا</span><span dir="LTR" style="line-height: 150%;font-size:16pt;" ></span></p> <p style="text-indent: 36pt;"><em>Ya Allah, anugerahkan kepada kami rasa takut kepada-Mu yang membatasi antara kami dengan perbuatan maksiat kepadamu dan berikan ketaatan kepada-Mu yang mengantarkan kami ke surga-Mu dan anugerahkan pula keyakinan yang akan menyebabkan ringan bagi kami segala musibah di dunia ini. Ya Allah, anugerahkan kepada kami kenikmatan melalui pendengaran, penglihatan dan kekuatan selamakami masih hidup dan jadikanlah ia warisan bagi kami. Dan jangan Engkau jadikan musibah atas kami dalam urusan agama kami dan janganlah Engkau jadikan dunia ini cita-cita kami terbesar dan puncak dari ilmu kami dan jangan jadikan berkuasa atas kami orang-orang yang tidak mengasihi kami. </em></p> <p class="arabic" dir="RTL" style="margin-right: 5.35pt; text-align: right; line-height: 150%; direction: rtl; unicode-bidi: embed;"><span style="line-height: 150%;font-size:16pt;" lang="AR-SA" >اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="line-height: 150%;font-size:16pt;" lang="AR-SA" ><span dir="LTR"></span> </span><span style="line-height: 150%;font-size:16pt;" lang="AR-SA" >وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="line-height: 150%;font-size:16pt;" lang="AR-SA" ><span dir="LTR"></span> </span><span style="line-height: 150%;font-size:16pt;" lang="AR-SA" >اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="line-height: 150%;font-size:16pt;" ><span dir="LTR"></span>.</span></p> <p style="text-indent: 36pt;"><em>Ya Allah, ampunilah dosa kaum muslimin dan muslimat, mu’minin dan mu’minat, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal dunia. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar, Dekat dan Mengabulkan do’a. </em></p> <p class="arabic" dir="RTL" style="text-align: right; direction: rtl; unicode-bidi: embed;"><span lang="AR-SA" style="font-size:16pt;">رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-size:16pt;"><span dir="LTR"></span>.</span><span dir="RTL"></span><span lang="AR-SA" style="font-size:16pt;"><span dir="RTL"></span> والحمد لله رب العالمين.</span></p> <p style="text-indent: 36pt;"><em>Ya Allah, anugerahkanlah kepada kami kehidupan yang baik di dunia, kehidupan yang baik di akhirat dan hindarkanlah kami dari azab neraka. </em><em><span style="" lang="IN">Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam.</span></em></p> <p dir="RTL" style="text-align: right; direction: rtl; unicode-bidi: embed;"><em><span style="font-style: normal;font-size:16pt;" lang="AR-SA" >والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته</span></em><i><span dir="LTR" lang="IN" style="font-size:16pt;"></span></i></p>Isa Ansorihttp://www.blogger.com/profile/06952454540005742749noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-7122892912441967989.post-42687510367937846802009-11-30T09:12:00.000+07:002009-11-30T09:46:24.271+07:00Ibadah Haji dan Kurban Sebagai Satu Sarana Uji Ketakwaan (Khutbah Idul Adha 1430 H)<div style="text-align: right;"><div style="text-align: center;"><span style="font-size:130%;">IBADAH HAJI DAN KURBAN SEBAGAI SALAH SATU SARANA UJI KETAKWAAN<br />(Khutbah Idul Adha 1430 H. Di Masjid Baiturrohim Wates Lampung Tengah)<br />Oleh: Isa Ansori<br /><br />بسم الله الرحمن الرحيم<br />السلام عليكم ورحمة الله وبركاته<br /></span></div><span style="font-size:130%;">الله اكبر ×9<br />الله اكبر كبيرا والحمد لله كثيرا وسبحان الله بكرة واصيلا لااله الا الله ولا نعبد إلاإياه, مخلصين له الدين ولوكره الكافرون لااله الله وحده صدق وعده ونصرعبده وأعزجنده وهزم الأحزاب وحده لااله الاالله والله أكبرالله اكبرولله الحمد.<br />الحمدلله الذي ألّف بين قلوبنافأصبحا بنعمته إخوانا.الحمدلله الذي ارسل رسوله بالهدى ودين الحق ليظهره علىالدين كله ولوكره المشركون. أشهد ان لاإله إلاالله وحده لاشريك له واشهد أنّ سيّدنا ونبيّنا محمداعبده ورسوله,لانبي بعده.<br />اللهم ّصلّ علي محمّدوعلى اله واصحابه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين. اما بعد ,فيا عبادالله ا تقوا الله حق تقاته ولاتموتن الا وانتم مسلمون<br />قال الله تعالي في كتابه الكريم اعوذ بالله من الشيطانالرجيم واذن في الناس بالحج ياتوك رجالا وعلي كل ضامر ياتين من كل فج عميق صدق الله العظيم</span><br /></div><br />Hadirin jama’ah Idul Adha Rahimakumullah.<br /><br />Pada hari ini kaum Muslimin di seluruh dunia tengah mencurahkan kekhusuan khususnya dalam tiga bentuk ibadah dalam rangka mengharapkan ridha Allah ialah pertama, Ibadah haji bagi muslim yang mampu ke baitullah Makkah Mukarramah, kedua, Ibadah sunnah shalat idul Adha bagi yang tinggal di rumah dan ketiga, menyembelih binatang kurban bagi mereka yang di rumah atau sedang menunaikan ibadah haji.<br /><br />Ketiga bentuk ibadah ini juga ibadah-ibadah yang lain, maksud dan tujuannya tiada lain adalah semata ikhlas beribadah kepada Allah mengharapkan keridhaanNya, Dan ikhlas dalam beribadah kepada Allah ini adalah tujuan utama Allah menciptakan manusia. Allah SWT berfirman:<br /><div style="text-align: right;"><span style="font-size:130%;">وما خلقت الجن والإنس الا ليعبدون . الذريات: 56</span></div> <span style="font-style: italic;"><br />“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahKu. (Adzariyat: 56).</span><br /><br /><div style="text-align: right;"><span style="font-size:130%;">وما امروا الا ليعبدالله مخلصين له الدين حنفاء ... البينة: 5<br /></span></div> <span style="font-style: italic;"><br />“Dan mereka tidaklah disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepadaNya dalam menjalankan agama dengan lurus ...” (Al Bayyinah: 5).</span><br /><br /> Demikian halnya dengan ibadah haji yang menjadi kewajiban bagi kita semua sebagai Muslim yang mampu, haji itu kita lakukan dalam upaya mengharap ridha Allah. Allah berfirman:<br /><br /><div style="text-align: right;">وَأَتِمُّوا الْحَجَّ وَالْعُمْرَةَ لِلَّهِ<br /></div><br /><span style="font-style: italic;">Dan sempurnakanlah ibadah haji dan `umrah karena Allah. (Al-baqarah: 196)</span><br /> <br />Rasulullah sangat menekankan wajibnya menunaikan ibadah haji ini bagi yang mampu, dalam salah satu hadisnya Rasul bersabda:<br /><span style="font-size:130%;"><br /></span><div style="text-align: right;"><span style="font-size:130%;">قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ مَلَكَ زَادًا وَرَاحِلَةً تُبَلِّغُهُ إِلَى بَيْتِ اللَّهِ وَلَمْ يَحُجَّ فَلَا عَلَيْهِ أَنْ يَمُوتَ يَهُودِيًّا أَوْ نَصْرَانِيًّا وَذَلِكَ أَنَّ اللَّهَ يَقُولُ فِي كِتَابِهِ وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنْ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا. رواه الترمذى</span><br /></div><br /><span style="font-style: italic;">Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa memiliki bekal dan kendaraan yang dapat mengantarkan dia ke Baitullah, akan tetapi dia tidak pergi haji, maka matilah ia dalam keadaan Yahudi atau Nasrani, itu karena firman Allah dalam kitab-Nya: “Allah mewajibkan haji ke baitullah atas manusia yang memiliki kemampuan ke sana”. (HR. Tirmidzi)</span><br /><br /> Begitupula ibadah sunnah qurban, ibadah ini kita lakukan dalam upaya mendekatkan diri kita kepada Allah SWT.<br /><br /><div style="text-align: right;"><span style="font-size:130%;">وَلِكُلِّ أُمَّةٍ جَعَلْنَا مَنْسَكًا لِيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ عَلَى مَا رَزَقَهُمْ مِنْ بَهِيمَةِ الْأَنْعَامِ فَإِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَلَهُ أَسْلِمُوا وَبَشِّرِ الْمُخْبِتِينَ. 34</span><br /></div><br /><span style="font-style: italic;">Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syari'atkan penyembelihan (korban), supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzkikan Allah kepada mereka, maka Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah). ( Al-Hajj: 34)</span><br /><br /> Dari ketiga bentuk ibadah itu - shalat idul adha, haji dan qurban - dua ibadah yang terahir ialah haji dan qurban diperuntukkan bagi kaum Muslimin yang memiliki kemampuan untuk melakukan itu. Rahasia apa yang terdapat dalam dua ibadah ini, sehingga dikhususkan bagi mereka yang mampu?:<br /><br />Allahu Akbar 3x walillahilhamd. Hadirin jamaah shalat Idul Adha Rahimakumullah.<br /><br />Berikut adalah sebagian hikmah yang terkandung dibalik disyariatkannya ibadah haji dan kurban bagi mereka yang mampu:<br /><br /><span style="font-weight: bold;">1. Menjadi Muslim yang kuat</span><br /><br />Allah menghendaki agar setiap orang Muslim itu menjadi orang yang terbaik dalam semua hal yang positif, termasuk dalam bidang ekonomi dengan menjadi orang kuat dan suka bekerja keras sehingga menjadi orang kaya lalu menggunakan harta kekayaannya itu untuk beribadah kepada Allah SWT. Allah berfirman:<br /><br /><div style="text-align: right;"><span style="font-size:130%;">وَابْتَغِ فِيمَا ءَاتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ. 77</span><br /></div><br /><span style="font-style: italic;">Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (keni`matan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (al-Qashash: 77)</span><br /><br />Nabi bersabda:<br /><br /><div style="text-align: right;"><span style="font-size:130%;">عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ وَفِي كُلٍّ خَيْرٌ احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلَا تَعْجَزْ وَإِنْ أَصَابَكَ شَيْءٌ فَلَا تَقُلْ لَوْ أَنِّي فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَذَا وَلَكِنْ قُلْ قَدَرُ اللَّهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ. رواه مسلم وابن ماجه</span><br /></div><br /><span style="font-style: italic;">Dari Abi Hurairah ia berkata, telah bersabda Rasulullah saw.: “Orang mukmin yang kuat itu lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah. Dalam setiap kebaikan senangilah atas setiap yang memberi manfaat kepadamu dan memintalah pertolongan kepada Allah dan janganlah lemah. Jika musibah menimpamu maka janganlah kamu berkata: “Andaikan aku melakukan begini, pasti akan begini, akan tetapi ucapkanlah semua atas qodar Allah, dan apapun yang Allah kehendaki maka akan Allah wujudkan” ketahuilah sesungguhnya kata “seandainya” itu membuka amalan syaitan. (HR. Muslim dan Ibnu Majah)</span><br /><br /><span style="font-weight: bold;">2. Satu bentuk ujian terhadap keikhlasan kita dalam beribadah kepada Allah. </span><br /><br />Sudahkah haji yang kita lakukan, atau binatang yang kita korbankan, kita lakukan keduanya itu murni ikhlas untuk mengharap ridha Allah. Ataukah masih terdapat maksud-maksud lain, seperti perasaan senang jika kita disebut orang kaya, perasaan senang jika kita disebut orang dermawan, sehingga kita akan marah jika kita dipanggil dengan tanpa gelar haji di depan nama kita, karena telah banyak harta kita keluarkan untuk mendapatkannya? Jika perasaan ini semua ada pada kita, baik ketika kita akan pergi berhaji atau berkurban ataukah setelah kita pulang haji dan melaksanakan kurban, segeralah kita bertobat, karena haji dan kurban kita itu sama sekali tidak ada nilainya dihadapan Allah swt. Na’udzubillah min dzalik. Hendaklah selalu kita ingat bahwa semua nilai ibadah kita itu tergantung dari niat kita. Karenanya berniatlah dalam setiap hal ikhlas beribadah mengaharap ridha Allah swt. Nabi bersabda:<br /><br /><div style="text-align: right;"> وعن أمير المؤمنين أبي حفص عمربن الخطاب رضي الله عنه قال سمعت رسول الله ص م يقول: إنما الأعمال بالنيات وانما لكل امرئ ما نوي, فمن كانت هجرته الي الله ورسوله فهجرته الي الله ورسوله, ومن كانت هجرته لدنيا يصيبها اوامرأة ينكحها فهجرته الي ما هاجر اليه. متفق عليه<span style="font-size:130%;"><br /></span></div><br /><span style="font-style: italic;">Dari amirul mukminin Abi Hafs Umar bin Khatab ra berkata: “Aku mendengar Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya setiap amal perbuatan itu tergantung niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang itu tergantung pada apa yang ia niatkan. Maka barangsiapa berhijrah karena Allah dan RasulNya maka pahala hijrahnya adalah Allah dan RasulNya, barangsiapa yang hijrahnya karena ingin mendapatkan dunia ia akan mendapatkannya atau hijrahnya karena perempuan yang ingin ia peristri maka hijrahnya sesuai apa yang ia tuju. (HR Bukhari Muslim)</span><br /><br />Dalam kisah kurban Qabil dan Habil putra Adam, diceritakan bahwa Allah hanya menerima kurban Habil karena ia niatkan qurbannya itu karena Allah, dan Allah menolak kurban dari Qabil karena ia berniat bukan karena Allah. Allah berfirman:<br /><br /><div style="text-align: right;"><span style="font-size:130%;">وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ ابْنَيْ ءَادَمَ بِالْحَقِّ إِذْ قَرَّبَا قُرْبَانًا فَتُقُبِّلَ مِنْ أَحَدِهِمَا وَلَمْ يُتَقَبَّلْ مِنَ الْآخَرِ قَالَ لَأَقْتُلَنَّكَ قَالَ إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ. 27<br /></span></div><br /><span style="font-style: italic;">Ceriterakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia berkata (Qabil): "Aku pasti membunuhmu!" Berkata Habil: "Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa". (Al-Maidah: 27)</span><br /><br />Dalam firmanNya yang lain, Allah menyebutkan bahwa:<br /><br /><div style="text-align: right;"><span style="font-size:130%;">لَنْ يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَاؤُهَا وَلَكِنْ يَنَالُهُ التَّقْوَى مِنْكُمْ كَذَلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَبَشِّرِ الْمُحْسِنِينَ. 37<br /></span></div><br /><span style="font-style: italic;">Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik. (Al-Hajj: 37)</span><br /><br /><span style="font-weight: bold;">3. Ujian ketaatan dan kesabaran dalam melaksanakan perintah Allah. </span><br /><br />Hadirin jamaah shalat Idul Adha Rahimakumullah. Ingatlah, bahwa Allah swt, akan selalu menguji hamba-hambaNya untuk mengetahui mana diantara mereka yang terus taat kepada-Nya dalam setiap keadaan, baik di waktu senang maupun susah, baik di waktu lapang maupun sempit, baik di waktu kaya maupun miskin. Senang-susah, lapang-sempit, kaya-miskin dan seturusnya, semuanya itu adalah bentuk-bentuk ujian dari Allah swt. Rasulullah bersabda:<br />Dalam keadaan kaya, janganlah lupa untuk mengeluarkan zakat dari harta yang kita miliki, yang merupakan hak dari saudara-saudara kita yang miskin, jangan lupa pula mensedakahkan harta itu dijalan Allah, seperti menyantuni fakir miskin, yatim piatu, membangun masjid dsb., termasuk di dalamnya berkurban.<br /><br />Dalam keadaan sempit, susah dan miskin, janganlah kita berputus asa dari rahmat Allah, tetapi tetaplah bersabar dan ikhlas mengabdi kepadaNya, dan yakinlah bahwa rahmat Allah di akhirat sangat luas disediakan bagi hamba-hambanya yang lulus dalam ujian dunia.<br />Sedangkan sabar dalam melaksanakan perintah Allah, maksudnya ialah dalam setiap kondisi tetaplah tekun berharap ridha Allah, dengan tetap ikhlas melaksanakan segala perintah dan menjauhi larangan-Nya. Jangan pernah melupakan Allah dengan melalaikan segala perintah-Nya, dan justru senang melaksanakan larangan-Nya.<br /><br />Sudah merupakan tabiat dari manusia, ia merasa senang ketika diuji dengan kenikmatan, dan bersedih hingga berputus asa ketika diuji dengan kesusahan. Allah berfirman:<br /><br /><div style="text-align: right;"><span style="font-size:130%;">فَأَمَّا الْإِنْسَانُ إِذَا مَا ابْتَلَاهُ رَبُّهُ فَأَكْرَمَهُ وَنَعَّمَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَكْرَمَنِ(15)وَأَمَّا إِذَا مَا ابْتَلَاهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَهَانَنِ. 16</span><br /></div><br /><span style="font-style: italic;">Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia berkata: "Tuhanku telah memuliakanku". Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rezkinya maka dia berkata: "Tuhanku menghinakanku". (al-Fajr: 15-16)</span><br /><br />Mari kita rubah tabiat kita itu, dengan tetap selau bersyukur dan ikhlas beribadah kepada Allah dalam segala keadaan, karena kita yakin akan sabda Rasul:<br /><br /><div style="text-align: right;"><span style="font-size:130%;">عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلَاءِ وَإِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلَاهُمْ فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السَّخَطُ. رواه الترمذى</span><br /></div><br /><span style="font-style: italic;">Dari Nabi saw bersabda: “Sesungguhnya besarnya pahala itu tergantung besarnya ujian, sesungguhnya Allah jika menyukai suatu kaum maka Allah akan menguji mereka. Maka barangsiapa ridha dengan ujian itu, maka ia mendapatkan ridha Allah. Dan barangsiapa yang murka dengan ujian itu, maka ia mendapatkan murka Allah. (HR. Tirmidzi)</span><br /><br /><span style="font-weight: bold;">4. Memperkokoh tali persaudaraan Muslim.</span><br /><br />Ibadah qurban mengajarkan bagaimana setiap Muslim hendaklah saling kasih-mengasihi dan tolong menolong sesama manusia. Si kaya menolong si lemah, dengan memberi makan daging bagi mereka yang memang jarang menikmatinya. Kebiasan ini, semestinya terus berlangsung kapanpun juga tidak hanya terbatas di saat hari raya. Dan wujud bantuanpun disesuaikan dengan kebutuhan mereka, dapat berupa makanan, pakain, biaya hidup dan pendidikan dsb. Rasulullah saw bersabda:<br /><br /><div style="text-align: right;"><span style="font-size:130%;">عن أنس رضى الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: لا يؤمن أحدكم حتى يحب لأخيه ما يحب لنفسه. رواه البخاري ومسلم و أحمد و النسائى</span><br /></div><br /><span style="font-style: italic;">Dari Anas ra. Dari Nabi saw beliau bersabda: “Tidak beriman salah seorang diantara kamu sehingga dia menyayangi saudara muslim lainnya seperti halnya dia menyayangi dirinya sendiri. (HR. Bukhari, Muslim, Ahad dan Nasai)</span><br /><br />Allahhu Akbar 3x walillahil hamd.<br /><br />Hadirin jamaah shalat Idul Adha Rahimakumullah.<br /><br />Hakikat keikhlasan dalam beribadah kurban yang kita lakukan itu, juga mengikuti suritauladan ketaatan dan keikhlasan Nabi Ibrahim dalam melaksanakan perintah Allah untuk menyembelih Ismail putra kesayangannya, yang lama sekali ia berpisah dengannya. Sebagaimana diceritakan Allah dalam firman-Nya:<br /><br /><div style="text-align: right;"><span style="font-size:130%;">فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَابُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَاأَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ. 102<br /></span></div><br /><span style="font-style: italic;">Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar". (ash Shaafaat: 102)</span><br /><br /> Dalam dialog antara seorang ayah dan anak pada ayat ini, disamping suritauladan akan nilai dalam ibadah haji dan kurban seperti telah kami uraikan di atas, dapat pula kita ambil pelajaran bahwa:<br /><br /><span style="font-weight: bold;">1. Sebagai orang tua atau pimpinan tidak bertindak otoriter atau sewenang-wenang. </span><br /><br />Orang tua yang baik adalah orang tua yang mendidik anaknya dengan contoh dan ketauladanan. Seorang pemimpin yang baik akan ditiru oleh rakyatnya jika ia memberikan contoh perilaku yang baik. Seorang pemimpin tidak diikuti ucapannya, tetapi perilaku atau tindak tanduknya. Seorang pemimpin juga harus menjunjung nilai-nilai demokratis, tidak selalu memberikan perintah-perintah, tetapi juga harus mendengarkan aspirasi rakyatnya.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">2. Ibu berperan penting dalam mendidik anak yang sholeh. </span><br /><br />Peran Ibu sbg madrasah/sekolah utama dan pertama bagi anak sangat penting. Pendidikan anak sholeh dimulai dari saat pertemuan benih dan sel telur, diawali do'a mohon perlindungan dari syetan. Mulai dari kandungan banyak dibacakan ayat2 Qur'an. Dari peran Ibulah, karakter anak sholeh dapat terbentuk. Intensitas pertemuan yang cukup, memungkinkan penanaman dan sosialisasi nilai-nilai normatif, akhlak, dan perilaku terpuji lainnya dapat terinternalisasi pada diri anak.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">3. Pembentukkan anak sholeh tergantung dari kedua orang tua</span><br /><br />Banyak orang tua yang beranggapan bahwa pendidikan itu akan terbentuk hanya di sekolah-sekolah, jadi tidaklah perlu orang tua mengarahkan anak-anaknya di rumah. Bahkan ada sebagian orang tua yang tidak tahu tujuan dalam mendidik anak. Perlu kita pahami, bahwasannya pendidikan di rumah yang meskipun sering disebut sebagai pendidikan informal, bukan berarti bisa diabaikan begitu saja. Orang tua harus memahami bahwa keluarga merupakan institusi pendidikan yang tidak kalah pentingnya dibandingkan institusi pendidikan formal. Ini bisa dimengerti karena keluarga merupakan sekolah paling awal bagi anak. Di keluargalah seorang anak pertama kali mendapatkan pengetahuan, pengajaran dan pendidikan.<br /><br /> Demikianlah khutbah idul Adha tahun ini, mudah-mudahan Allah menjadikan kita hamba-hambaNya yang selalu ikhlas dalam beribadah kepada-Nya, semata mengharapkan ridha-Nya, bersabar dalam melaksanakan perintah dan menjauhi larangan serta menghadapi segala ujian-ujian-Nya, Allah menganugerahi kita semua anak keturuanan yang sholeh-sholehah taat kepada Allah, Rasulullah dan kedua orang tuanya, serta bermanfaat untuk agama, nusa dan bangsanya, amin.<br /><br /><div style="text-align: right;"><span style="font-size:130%;">بارك الله لي و لكم في القران العظيم ونفعنى واياكم بما فيه من الايات و ذكر الحكيم اقول قولي هذا و استغفر الله العظيم لي ولكم ولسائرالمسلمين والمسلمات فاستغفروه إنّه هوالغفورالرحيم<br /></span></div><br /><br /><br /><div style="text-align: right;"><div style="text-align: center;"><span style="font-size:130%;">الخطبة الثانية لعيد الاضحي<br /><br /></span></div><span style="font-size:130%;">الله اكبر×7<br />الله اكبر كبيرا وا لحمد لله كثيرا وسبحان الله بكرة واصيلا. الحمد لله الذى اعاد الأعياد وكرّر. احمده سبحانه ان خلق وصوّر. وأشهدا ن لاإله إلاالله وحده لا شريك له,شهادة يثقل بهاالميزان في المحشر,واشهد ان محمدارسول الله المبعوث الى الأسودوالأحمر. اللهمّ فصلّ وسلّم على سيّدنا محمّد وعلى اله واصحابه الفائزين بالشرف الأفخر(امابعد)<br />فياعبادالله اتقواالله فيما امر.وانتهواعمّانهىالله عنه وحذّ ر. واعلموا أنّ الله تعالى صلّى على نبيّه قديما.<br />فقال تعالى:إنّ الله وملائكته يصلّون على النبيّ يا أيّها الذين امنوا صلّوا عليه وسلّموا تسليما. اللهمّ صلّ وسلّم على سيّدنامحمّد خير الخلق صاحب الوجه الأنوار. وارض الّلهمّ عن كل ّالصحابة أجمعين. وعن التّابعين ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الّدين.<br />الّلهمّ اغفر للمؤمنين والمؤمنات والمسلمين والمسلمات الاحياء منهم و الا موات انك قريب مجيب الدعوات .اللهم استر عيوبنا واكفنا ما اهمنا وقنا شر ما نتخوف ووفقنا ما نوينا من حوائج الدنيا والاخرة .ربّنا هب لنا ن ازواجا وذرّيّاتنا قرّة اعين واجعلنا للمتقين إماما .ربنا ا تنا فىالد نياحسنة وفىالأخرة حسنة وقنا عذاب النّار والحمد لله ربّ العالمين<br />والسلا م عليكم ورحمة الله وبركاته<br /></span></div>Isa Ansorihttp://www.blogger.com/profile/06952454540005742749noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7122892912441967989.post-75993826276273948602009-11-20T10:57:00.001+07:002009-11-20T11:20:24.260+07:00TUJUAN PENCIPTAAN MANUSIA<div style="text-align: center;"><span style="font-weight: bold;font-size:180%;" >TUJUAN PENCIPTAAN MANUSIA</span><br /></div><br /><br /><div style="text-align: justify;">Manusia sebagai makhluk Allah paling tidak memiliki tiga fungsi, dan ini merupakan tujuan penting Allah swt menciptakan manusia, ialah:<br /></div><br />1. Pertama, khilafah. Firman Allah swt:<br /><br /><div style="text-align: right;"><span style="font-size:130%;">وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً البقرة: 30</span><br /></div><br /><div style="text-align: justify;"><span style="font-style: italic;">Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". </span><br /><br />Kata khalifah dapat berarti orang yang menggantikan, maksudnya menggantikan orang yang pernah ada sebelumnya bisa berupa malaikat yang ada di bumi atau makhluk lainnya, bisa juga berarti menggantikan peran Allah untuk mewujudkan kebaikan di dunia. Khalifah juga bisa berarti orang sholeh, penguasa atau pemimpin yang harus mendayagunakan amanah kepemimpinannya untuk kebaikan, keadilan dan kesejahteraan semua orang. Dalam pengertian ini manusia diberi oleh Allah amanah berupa kekuasaan dan tanggung jawab untuk mendayagunakan dan memakmurkan dunia untuk kesejahteraan umat manusia dalam upaya beribadah mengabdi kepada-Nya.<br /><br />Pengertian khalifah sebagai penguasa atau pemimpin ini, tidak hanya terbatas bagi mereka yang memegang kekuasaan dalam suatu Negara. Dalam pandangan Islam setiap individu adalah penguasa atau pemimpin yang mempunyai tanggung jawab untuk menegakkan syariat Allah di dunia dengan beramar ma’ruf dan nahi munkar terlebih terhadap dirinya sendiri. Rasulullah saw bersabda:<br /></div><br /><div style="text-align: right;"><span style="font-size:130%;">عن عبد الله بن عمر رضي الله عنه, أن رسول الله ص م,قال: كلكم راع فمسئول عن رعيته, فالأمير الذي علي الناس راع وهو مسئول عنهم, والرجل راع علي أهل بيته وهو مسئول عنهم, والمرأة راعية علي بيت بعلها وولده وهي مسئولة عنهم, والعبد راع علي مال سيده وهو مسئول عنه, ألافكلكم راع وكلكم مسئول عن رعيته اخرجه البخاري</span><br /></div><br /><div style="text-align: justify;"><span style="font-style: italic;">Dari Abdullah bin Umar ra sesungguhnya Rasulullah saw bersabda: “Setiap kamu adalah pemimpin yang akan dituntut pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Seorang raja atau presiden yang memimpin manusia adalah pemimpin yang akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinan terhadap rakyatnya. Seorang suami adalah pemimpin atas keluarganya dan dia dimintai tanggung jawab atas kepemimpinan terhadap mereka. Seorang istri adalah pemimpin di rumah suaminya dan atas anak-anaknya, dia dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinan terhadap mereka. Seorang hamba (pembantu rumah tangga) adalah pemimpin atas harta tuannya, dia dimintai pertanggungjawaban atasnya, ketahuilah setiap kamu adalah pemimpin dan setiap kamu akan dimintai tanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. (HR. Bukhari).</span><br /><br />Tanggung jawab pemimpin menegakkan syariat Allah dengan selalu amar makruf dan nahi munkar, berdasarkan firman Allah:<br /></div><br /><div style="text-align: right;"><span style="font-size:130%;">كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ ال عمران: 110</span><br /></div><br /><div style="text-align: justify;"><span style="font-style: italic;">Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. </span><br /><br />Dalam memimpin, setiap orang hendaknya berlaku adil terhadap yang dipimpinnya, sebagaimana firman Allah:<br /></div><br /><div style="text-align: right;"><span style="font-size:130%;">يَادَاوُدُ إِنَّا جَعَلْنَاكَ خَلِيفَةً فِي الْأَرْضِ فَاحْكُمْ بَيْنَ النَّاسِ بِالْحَقِّ وَلَا تَتَّبِعِ الْهَوَى فَيُضِلَّكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ إِنَّ الَّذِينَ يَضِلُّونَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيدٌ بِمَا نَسُوا يَوْمَ الْحِسَابِ صاد: 26</span><br /></div><br /><div style="text-align: justify;"><span style="font-style: italic;">Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.</span><br /></div><br />2. Kedua, tujuan amanah, Allah swt berfirman:<br /><span style="font-size:130%;"><br /></span><div style="text-align: right;"><span style="font-size:130%;">إِنَّا عَرَضْنَا الْأَمَانَةَ عَلَى السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَنْ يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الْإِنْسَانُ إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولًا الأحزاب: 72</span><br /></div><br /><div style="text-align: justify;"><span style="font-style: italic;">Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh,</span><br /><br />Dalam pengertian umum amanat ini adalah kesanggupan manusia untuk melaksanakan segala yang diperintah Allah dan menjauhi segala yang dilarang-Nya. Pada tujuan penciptaan manusia yang kedua ini, manusia sebagai hamba Allah yang telah diangkat sebagai khalifah di dunia, diserahi amanat untuk dengan ikhlas beribadah dan mengabdi kepada-Nya dengan menegakkan syariat Allah di dunia.<br /><br />Dalam pengertian lebih khusus, ia adalah tanggungjawab setiap manusia sebagai pemimpin, dengan berusaha keras untuk menjadikan dirinya ahli dalam bidang yang ia tekuni. Serang guru misalnya, dikatakan telah berusaha memenuhi amanat apabila ia terus menerus meningkatkan kemampuan dan keahlian dalam bidang yang ia ajarkan, sehingga ia menjadi guru yang professional, demikian pula profesi-profesi yang lain. Sehingga apabila seseorang menerima suatu amanat diluar kemampuannya dan tanpa usaha untuk menjadikan dirinya mampu untuk melaksanakannya, berarti ia telah menyia-nyiakan amanat, dan ini akan berdampak buruk berupa kehancuran pada bidang yang ia bukanlah ahli untuk menanganinya. Rasulullah saw bersabda:<br /></div><span style="font-size:130%;"><br /></span><div style="text-align: right;"><span style="font-size:130%;">عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ بَيْنَمَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي مَجْلِسٍ يُحَدِّثُ الْقَوْمَ جَاءَهُ أَعْرَابِيٌّ فَقَالَ مَتَى السَّاعَةُ فَمَضَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُحَدِّثُ فَقَالَ بَعْضُ الْقَوْمِ سَمِعَ مَا قَالَ فَكَرِهَ مَا قَالَ وَقَالَ بَعْضُهُمْ بَلْ لَمْ يَسْمَعْ حَتَّى إِذَا قَضَى حَدِيثَهُ قَالَ أَيْنَ أُرَاهُ السَّائِلُ عَنْ السَّاعَةِ قَالَ هَا أَنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ فَإِذَا ضُيِّعَتْ الْأَمَانَةُ فَانْتَظِرْ السَّاعَةَ قَالَ كَيْفَ إِضَاعَتُهَا قَالَ إِذَا وُسِّدَ الْأَمْرُ إِلَى غَيْرِ أَهْلِهِ فَانْتَظِرْ السَّاعَة رواه البخارى و أحمد</span><br /><div style="text-align: justify; font-style: italic;"><br />Dari Abi Hurairah ra berkata: Di suatu majelis saat nabi saw sedang berceramah di hadapan kaum, datang menemui beliau seorang Arab dan berkata: “Kapan saat akan terjadi ya Rasul?” Rasulullah tetap saja berceramah, sehingga sebagian kaum berpendapat sebenarnya Rasul mendengar apa yang ditanyakan oleh orang Arab itu, namun nabi tidak menyukai pertanyaannya. Sedang yang lain berpendapat Nabi tidak mendengar pertanyaan itu hingga beliau selesai dari ceramahnya. Lalu nabi bersabda: “Dimana si penanya tetang saat tadi?a” Orang Arab itu menjawab: “Saya ya Rasul”. Rasul bersabda: “Apabila amanat disia-siakan maka tunggulah saat kehancurannya”. Orang Arab itu bertanya lagi: “Bagaimanakah menyia-nyiakan amanat itu?” Rasul menjawab: “Apabila suatu urusan diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, maka tunggulah saat kehancuran urusan itu”. (HR. Bukhari dan Ahmad).<br /><br /></div></div>Balasan bagi orang yang menyia-nyiakan amanat adalah seperti sabda Rasul saw:<br /><br /><div style="text-align: right;"><span style="font-size:130%;">عن الحسن,أن عبيد الله بن زياد عاد معقل بن يسار في مرضه الذي ماتي فيه, فقال له معقل: أني محدثك حديثا سمعته من رسول الله ص م, سمعت رسول الله ص م, سمعت النبي ص م يقول: ما من عبد استرعاه الله رعية فلم يحطها بنصيحة إلا لم يجد رائحة الجنة أخرجه البخارى</span><br /><div style="text-align: justify; font-style: italic;">Dari al-Hasan, sesungguhnya Ubaidillah bin Ziyad mengunjungi Ma’qil bin Yasar dalam sakit yang ia meninggal dalam sakit itu. Ma’qil berkata kepada Ubaidillah: Aku menyampaikan kepadamu hadis yang telah aku dengar dari Rasulullah saw. Aku mendengar beliau bersabda: “Seseorang yang Allah telah mengangkatnya menjadi pemimpin tetapi tidak menjalankannya dengan nasihat, ia tidak akan mendapatkan bau sorga” (HR. Bukhari).<br /><br /></div></div>3. Yang Ketiga adalah tujuan ibadah. Firman Allah:<br /><br /><div style="text-align: right;"><span style="font-size:130%;">وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ الذاريات :56</span><br /></div><br /><div style="text-align: justify;"><span style="font-style: italic;">“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku”. (Ad-Dzariyat: 56)</span><br /><br />Ini adalah inti dari fungsi dan tujuan Allah menciptakan manusia. Tujuan khilafah dan amanah seperti diuraikan di atas, hendaknya ditunaikan dalam rangka beribadah dan tunduk patuh menyembah Allah dengan ikhlas - mengikuti segala perintah dan menjauhi larangan-Nya - dalam rangka mendapatkan keridaan-Nya, tidak hanya ketika menjalankan ibadah mahdhoh seperti shalat, puasa, zakat dan haji, tetapi juga dalam ibadah-ibadah sosial dalam upaya mewujudkan kesejahteraan hidup manusia.<br /><br />Kesediaan manusia untuk tunduk patuh beribadah dan menyembah Allah ini, jauh hari telah diikrarkan oleh roh manusia pada saat ia akan ditiupkan ke dalam jasad janin di dalam perut ibunya. Allah berfirman:<br /></div><br /><div style="text-align: right;"><span style="font-size:130%;">وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي ءَادَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُوا بَلَى شَهِدْنَا أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَذَا غَافِلِينَ الأعراف: 172</span><br /></div><br /><div style="text-align: justify;"><span style="font-style: italic;">Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)".</span><br /></div><br />Allah perkukuh fungsi dan tujuan ibadah ini dalam firman-Nya yang lain:<br /><br /><div style="text-align: right;"><span style="font-size:130%;">وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ البينة: 5</span><br /></div><br /><div style="text-align: justify;"><span style="font-style: italic;">Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta`atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus. (al-Bayyinah: 5)</span><br /></div><br />Demikian, semoga kita mampu mewujudkan fungsi dan tujuan Allah menciptakan kita hidup di dunia ini, dalam rangka mendapatkan keridaan-Nya. Amin.Isa Ansorihttp://www.blogger.com/profile/06952454540005742749noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7122892912441967989.post-1588268739932652122009-03-30T10:11:00.009+07:002009-03-30T12:22:16.244+07:00KONSEP ISLAM DALAM MEMIMILIH PEMIMPIN<div style="text-align: center;"><span style="font-size:130%;">KONSEP ISLAM DALAM MEMILIH PEMIMPIN</span><br /></div><div style="text-align: center;">Oleh Isa Ansori<br /></div><br /><span style="font-weight: bold;">A. Pendahuluan</span><br /><br /> Tanggal 9 April 2009 mendatang, rakyat Indonesia akan menyelenggarakan pesta demokrasi memilih wakil rakyat yang akan duduk di lembaga Dewan Perwakilan Rakyat. Banyak Partai dengan beragam latar belakang ideologi dan haluan menawarkan beragam Caleg (Calon Legislatif) sebagai calon pemimpin yang akan mewakili dan menyuarakan kepentingan rakyat di lembaga legislatif Dewan Perwakilan Rakyat.<br /><br /> Selesai memilih wakil rakyat yang duduk di lembaga legislatif, rakyat Indonesia akan melanjutkan memilih pasangan Presiden dan Wakil Presiden sebagai pemimpin bangsa yang akan memimpin perjalanan seluruh rakyat dan bangsa Indonesia dalam 5 (lima) tahun ke depan.<br />Para calon pemimpin, baik yang akan duduk di lembaga legislatif maupun eksekutif mengampanyekan diri sebagai pemimpin terbaik yang layak dipilih masyarakat untuk membawa bangsa dan negara maju dan makmur di masa depan.<br /><br /> Bagaimanakah Islam memandang tentang Pemimpin dan Kepemimpinan, serta seperti apakah pemimpin yang baik itu?<br /><br /><span style="font-weight: bold;">B. Pemimpin Dalam Pandangan Islam</span><br /><br /> Pada prinsipnya menurut Islam setiap orang adalah pemimpin. Ini sejalan dengan fungsi dan peran manusia di muka bumi sebagai khalifahtullah, yang diberi tugas untuk senantiasa mengabdi dan beribadah kepada-Nya.<br />Allah berfirman:<br /><span style="font-size:130%;"><br />وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ</span><br /><br /> <span style="font-style: italic;">Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui". (Al-Baqarah: 30)</span><br /><br />وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ<span style="font-size:130%;"><br /></span><br /><span style="font-style: italic;"> Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. (Adz-Dzaariyaat: 56)</span><br /><br />Rasulullah SAW. bersabda:<br /><span style="font-size:130%;"><br />عن عبد الله بن عمر رضي الله عنه, أن رسول الله ص م, قال: (كلكم راع فمسئول عن رعيته, فالأمير الذي علي الناس راع وهو مسئول عنهم, والرجل راع علي أهل بيته وهو مسئول عنهم, والمرأة راعية علي بيت بعلها وولده وهي مسئولة عنهم, والعبد راع علي مال سيده وهو مسئول عنه, ألافكلكم راع وكلكم مسئول عن رعيته) اخرجه البخاري</span><br /><br /> <span style="font-style: italic;">Dari Abdullah bin Umar RA. Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: “Masing-masing kamu adalah pemimpin yang akan dimintai pertanggung jawaban atas kepemimpinannya. Seorang amir (Presiden) yang memimpin masyarakat adalah pemimpin yang akan dimintai pertanggung jawaban kepemimpinannya atas mereka. Seorang laki-laki (suami) adalah pemimpin atas ahli (keluarga) di rumahnya, dia akan dimintai pertanggung jawaban kepemimpinannya atas mereka. Seorang perempuan (isteri) adalah pemimpin atas rumah tangga suaminya dan anak-anaknya, dia akan dimintai pertanggung jawaban kepemimpinannya atas mereka. Seorang hamba adalah pemimpin atas harta tuannya, dia akan dimintai pertanggung jawaban kepemimpinannya atas harta itu. Ketahuailah masing-masing kamu adalah pemimpin dan masing-masing kamu akan dimintai pertanggung jawaban kepemimpinan atas yang dipimpinnya”. (HR. Bukhari)</span><br /><br /> Dalam implementasinya, pemimpin terbagi dua: Pertama, pemimpin yang dapat memimpin sesuai dengan apa yang diamanatkan Allah dan Rasul-Nya dan kedua, pemimpin yang menyelisihi amanat Allah dan Rasul-Nya.<br />Firman Allah:<br /><span style="font-size:130%;"><br />وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا وَكَانُوا بِآيَاتِنَا يُوقِنُونَ</span><br /><br /><span style="font-style: italic;"> Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami. (As-Sajdah: 24)</span><br /><br /><span style="font-size:130%;">وَجَعَلْنَاهُمْ أَئِمَّةً يَدْعُونَ إِلَى النَّارِ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ لَا يُنْصَرُونَ</span><br /><br /><span style="font-style: italic;"> Dan Kami jadikan mereka (Firaun dan bala tentaranya) pemimpin-pemimpin yang menyeru (manusia) ke neraka dan pada hari kiamat mereka tidak akan ditolong. (Al-Qashash: 41)</span><br /><br /><span style="font-weight: bold;">C. Kriteria Pemimpin Dalam Islam</span><br /><br /> Banyak sekali ayat al-Qur’an dan Hadis menyebutkan bagaimana hendaknya setiap orang yang Nabi katakan sebagai pemimpin baik bagi diri dan keluarganya, dan terlebih mereka yang menyatakan diri siap sebagai pemimpin bagi masyarakat, bersikap dan berperilaku dalam kehidupan mereka sehari-hari, di antaranya adalah:<br /><br /><span style="font-weight: bold;">1. Mengajak Bertaqwa Kepada Allah<br /><br /></span><span style="font-size:130%;">وَجَعَلْنَاهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا وَأَوْحَيْنَا إِلَيْهِمْ فِعْلَ الْخَيْرَاتِ وَإِقَامَ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءَ الزَّكَاةِ وَكَانُوا لَنَا عَابِدِينَ</span><br /><br /><span style="font-style: italic;"> "Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan telah Kami wahyukan kepada mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan hanya kepada Kamilah mereka selalu menyembah". (Al-Anbiya’: 73)</span><br /><span style="font-size:130%;"><br />وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا وَكَانُوا بِآيَاتِنَا يُوقِنُونَ</span><br /><br /><span style="font-style: italic;"> "Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami". (As-Sajdah: 24)</span><br /><br /><span style="font-weight: bold;">2. Adil Kepada Semua Orang Dan Tidak Pandang Bulu</span><br /><br />يَادَاوُدُ إِنَّا جَعَلْنَاكَ خَلِيفَةً فِي الْأَرْضِ فَاحْكُمْ بَيْنَ النَّاسِ بِالْحَقِّ وَلَا تَتَّبِعِ الْهَوَى فَيُضِلَّكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ إِنَّ الَّذِينَ يَضِلُّونَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيدٌ بِمَا نَسُوا يَوْمَ الْحِسَابِ<br /><br /><span style="font-style: italic;"> "Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan". (Shad: 26)</span><br /><span style="font-size:130%;"><br />يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ بِالْقِسْطِ شُهَدَاءَ لِلَّهِ وَلَوْ عَلَى أَنْفُسِكُمْ أَوِ الْوَالِدَيْنِ وَالْأَقْرَبِينَ إِنْ يَكُنْ غَنِيًّا أَوْ فَقِيرًا فَاللَّهُ أَوْلَى بِهِمَا فَلَا تَتَّبِعُوا الْهَوَى أَنْ تَعْدِلُوا وَإِنْ تَلْوُوا أَوْ تُعْرِضُوا فَإِنَّ اللَّهَ كَانَ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرً</span>ا<br /><br /><span style="font-style: italic;"> "Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjaan". (An-Nisa’: 135)</span><br /><br /><span style="font-weight: bold;">3. Menegakkan Amar Ma’ruf Nahi Munkar</span><br /><span style="font-size:130%;"><br />كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلَوْ ءَامَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ</span><br /><br /><span style="font-style: italic;"> "Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik". (Ali Imron: 110)</span><br /><br /><span style="font-weight: bold;">4. Menjadi Suri Tauladan Yang Baik Bagi Masyarakat</span><br /><br /><span style="font-size:130%;">لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا</span><br /><br /><span style="font-style: italic;"> "Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah". (Al-Ahzab: 21)</span><br /><br /><span style="font-weight: bold;">5. Mendorong Kerja Sama Dalam Memperjuangkan Kesejahteraan Bersama</span><br /><br /><span style="font-size:130%;">وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ</span><br /><br /><span style="font-style: italic;"> "Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya". (Al-Maidah: 2)</span><br /><br /><span style="font-weight: bold;">6. Mengukuhkan Tali Persaudaraan dan Kesatuan dan Persatuan</span><br /><span style="font-size:130%;"><br />وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَى شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ ءَايَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ</span><br /><br /><span style="font-style: italic;"> "Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan ni`mat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena ni`mat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk". (Ali Imron: 103)</span><br /><br /><span style="font-weight: bold;">7. Akomodatif, Pemaaf, Merangkul Semua Golongan dan Mengedepankan Musyawarah Dalam Setiap Mengambil Keputusan Penting Untuk Masyarakat</span><br /><span style="font-size:130%;"><br />فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ</span><br /><br /><span style="font-style: italic;"> "Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma`afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya". (Ali Imron: 159)</span><br /><br /><span style="font-weight: bold;">8. Jujur dan Amanat</span><br /><br /><span style="font-size:130%;">إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ أَنْ تَحْكُمُوا بِالْعَدْلِ إِنَّ اللَّهَ نِعِمَّا يَعِظُكُمْ بِهِ إِنَّ اللَّهَ كَانَ سَمِيعًا بَصِيرًا</span><br /><br /><span style="font-style: italic;"> "Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat". (An-Nisa’ : 58)</span><br /><br />Nabi SAW. bersabda:<br /><span style="font-size:130%;"><br />وعن ابوهريرة قال:قال رسول الله ص م :ثلاثة لا يكلمهم الله يوم القيامةولايزكيهم ولاينظراليهم ولهم عذاب أليم: شيخ زان, وملك كذاب, وعائل مستكبر. رواه مسلم</span><br /><br /> <span style="font-style: italic;">Dari Abu Hurairah berkata: Telah bersabda Rasulullah SAW.: “Tiga golongan, Allah tidak akan berbicara, mensucikan dan melihat kepada mereka, dan bagi merekalah siksa yang pedih; orang tua pezina, pemimpin yang suka bohong dan orang miskin yang sombong. (HR. Muslim).</span><br /><br /><span style="font-weight: bold;">9. Berwawasan Dan Berpengetahuan Luas dan Mencintai Ilmu Pengetahuan</span><br /><br /><span style="font-weight: bold;">يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ</span><br /><br /> <span style="font-style: italic;">"Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan". (Al-Mujadilah: 11)</span><br /><br /><span style="font-weight: bold;">10. Teguh Pendirian, Tegar dan Sabar Dalam Menghadapi Ujian<br /><br /></span><span style="font-size:130%;">فَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ وَمَنْ تَابَ مَعَكَ وَلَا تَطْغَوْا إِنَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ</span><br /><br /><span style="font-style: italic;"> "Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan". (Huud: 112)</span><br /><br /><span style="font-size:130%;">فَاصْبِرْ كَمَا صَبَرَ أُولُو الْعَزْمِ مِنَ الرُّسُلِ</span><br /><br /><span style="font-style: italic;"> "Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul telah bersabar". (al-Ahqaf: 35)</span><br /><br /><span style="font-weight: bold;">D. Tanggung Jawab Pemimpin</span><br /><br /> Begitu berat tanggung jawab setiap pemimpin, ia harus siap dan dapat mewujudkan perilaku yang termuat dalam kriteria di atas dalam hidup kesehariannya. Sehingga tercipta suatu kondisi dimana pemimpin mencintai dan memperjuangkan kepentingan rakyat, dan karenanya semua rakyatpun mencintai dan mendukung kepemimpinannya.<br /><br />Rasulullah bersabda:<br /><span style="font-size:130%;"><br />عن عَوْفَ بْنَ مَالِكٍ الْأَشْجَعِيَّ يَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ خِيَارُ أَئِمَّتِكُمْ الَّذِينَ تُحِبُّونَهُمْ وَيُحِبُّونَكُمْ وَتُصَلُّونَ عَلَيْهِمْ وَيُصَلُّونَ عَلَيْكُمْ وَشِرَارُ أَئِمَّتِكُمْ الَّذِينَ تُبْغِضُونَهُمْ وَيُبْغِضُونَكُمْ وَتَلْعَنُونَهُمْ وَيَلْعَنُونَكُمْ قُلْنَا أَفَلَا نُنَابِذُهُمْ يَا رَسُولَ اللَّهِ عِنْدَ ذَلِكَ قَالَ لَا مَا أَقَامُوا فِيكُمْ الصَّلَاةَ أَلَا مَنْ وُلِّيَ عَلَيْهِ وَالٍ فَرَآهُ يَأْتِي شَيْئًا مِنْ مَعْصِيَةِ اللَّهِ فَلْيَكْرَهْ مَا يَأْتِي مِنْ مَعْصِيَةِ اللَّهِ وَلَا يَنْزِعَنَّ يَدًا مِنْ طَاعَةٍ . رواه مسلم واحمد والدرامى</span><br /><br /><span style="font-style: italic;"> Dari Auf bin Malik al-Asyja’i ia berkata, aku telah mendengar Rasulullah SAW. bersabda: “Sebaik-baik pemimpinmu adalah orang-orang yang kamu semua mencintainya dan mereka semua mencintaimu, kamu semua mendoakan kesejahteraan buat mereka, dan mereka mendoakan kesejahteraan buat kamu. Dan sejelek-jelek pemimpinmu adalah orang-orang yang kamu semua membenci mereka dan mereka membenci kamu, kamu semua melaknati mereka dan mereka melaknati kamu”. Kami bertanya: “Ya Rasulullah apakah tidak sebaiknya kita singkirkan mereka? Rasul menjawab: “Jangan, selama mereka masih mendirikan shalat. Ketahuilah, barang siapa yang diberi kekuasaan, lalu masyarakat melihatnya menjalankan suatu perbuatan yang bermaksiat kepada Allah, hendaklah masyarakat membenci perbuatan penguasa yang bermaksiat ke pada Allah itu, dan janganlah ia menarik diri dari ketaatan (pada yang baik). (HR. Muslim, Ahmad, dan Ad-Daromi).</span><br /><br /> Karena beratnya menciptakan kondisi kepemimpinan seperti di atas, Rasulullah SAW. melarang sahabatnya meminta-minta untuk menjadi pemimpin, khawatir sulit merealisasikan tanggung jawab ini.<br /><br />Rasulullah SAW. bersabda:<br /><span style="font-size:130%;"><br />عن عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ سَمُرَةَ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا عَبْدَ الرَّحْمَنِ بْنَ سَمُرَةَ لَا تَسْأَلْ الْإِمَارَةَ فَإِنَّكَ إِنْ أُوتِيتَهَا عَنْ مَسْأَلَةٍ وُكِلْتَ إِلَيْهَا وَإِنْ أُوتِيتَهَا مِنْ غَيْرِ مَسْأَلَةٍ أُعِنْتَ عَلَيْهَا وَإِذَا حَلَفْتَ عَلَى يَمِينٍ فَرَأَيْتَ غَيْرَهَا خَيْرًا مِنْهَا فَكَفِّرْ عَنْ يَمِينِكَ وَأْتِ الَّذِي هُوَ خَيْرٌ . رواه البخاري</span><br /><br /><span style="font-style: italic;"> Dari Abdurrahman bin Samrah berkata; telah bersabda Nabi SAW.: “Wahai Abdurrahman bin Samrah, janganlah kamu meminta untuk menjadi pemimpin, karena sesungguhnya, jika engkau diberi jabatan karena meminta maka engkau akan dibebani sebagai wakil atas jabatan itu, dan jika diberi jabatan dengan tanpa meminta, maka engkau akan ditolong dalam menjalankan tugas itu. Dan jika engkau bersumpah, lalu engkau melihat bahwa yang berlawanan dengan sumpah itu lebih baik, maka bayarlah kifarat atas sumpahmu, dan kerjakanlah apa yang engkau pandang lebih baik”. (HR. Bukhari).</span><br /><br /> Dalam melaksanakan tanggung jawabnya, pemimpin hendaknya ikhlas dalam rangka beribadah kepada Allah dan Rasul-Nya, dan berkomitmen untuk tidak mengkhianati amanat yang diembannya. Ia tidak boleh melakukan korupsi, kolusi dan nepotisme yang mencederai tanggung jawab yang harus dipikulnya.<br /><br />Rasulullah SAW. bersabda:<br /><br /><span style="font-size:130%;">عن أبى هريرة قال (لعن رسول الله ص م الراشي والمرتشي في الحكم) رواه احمد والاربعة, وحسنه الترمذي,وصححه ابن حبان</span>.<br /><br /><span style="font-style: italic;">Dari Abi Hurairah RA. Berkata: “Rasulullah SAW. melaknat penyuap dan penerima suap dalam perkara hukum” HR. Ahmad dan al-Arba’ah. Imam Tarmidzi menganggap hadis ini hasan, dan Ibn Hiban menganggapnya shoheh.</span><br /><span style="font-size:130%;"><br />عن أبي حميد الساعدى, أن رسول الله ص استعمل عاملا, فجاءه العامل فرغ من عمله, فقال: يارسول الله هذا لكم, وهذا أهدي لي. فقال له: (أفلا قعدت في بيت أبيك وأمك فنظرت أيهدى لك أم لا؟) ثم قام رسول الله ص م عشية بعد الصلاة, فتشهد وأثنى على الله بما هو أهله, ثم قال: (أما بعد, فمابل العامل نستعمله فيأتينا فيقول هذا من عملكم,وهذا أهدى لي, أفلا قعد فى بيت أبيه وأمه فنظر هل يهدى له أم لا؟ فو الذي نفس محمد بيده! لايغل أحدكم منها شيئا إلا جاء به يوم القيمة يحمله على عنقه, إن كان بعيرا جاء به رغاء, وإن كانت بقرة جاء بها لها خوار, وإن كانت شاة جاء به تيعر, فقد بلغت) فقل أبو حميد: ثم رفع رسول الله ص م يده حتى إن لننظر إلى عفرة إبطيه. أخرجه البخاري</span><br /><br /> <span style="font-style: italic;">Dari Abi Hamid as Sa’idi sesungguhnya Rasullah SAW. mengangkat seorang pegawai, lalu selesai melaksanakan tugas datang mendatangi Rasulullah dan berkata: “Ya Rasulullah, harta ini untukmu (bagian Negara) dan yang ini adalah hadiah yang aku terima”. Lalu Rasulullah bersabda kepadanya: “Mengapa engkau tidak duduk saja di rumah bapak dan ibumu, lalu engkau tunggu apakah engkau akan diberi hadiah ataukah tidak?!”. Kemudian selesai menunaikan shalat Isya’ bersabda Rasulullah SAW.: “Amma ba’du, Ada apa dengan pegawai yang telah aku angkat ini, ia datang menemui kita dan berkata: “Harta ini bagianmu (milik Negara), dan yang ini sebagai hadiah untukku”, Mengapa ia tidak duduk saja di rumah bapak dan ibunya, lalu ia menunggu apakah ada yang akan memberinya hadiah atau tidak?, Sungguh demi Dzat yang jiwa Muhammad ada dalam genggaman-Nya!, Janganlah salah seorang diantara kamu menyalahgunakan dari harta itu sedikitpun, kecuali ia akan datang pada hari kiamat dengan memikul harta itu, kalau harta itu berupa onta ia akan meringkik, kalau berupa sapi ia akan mengemoo, kalau ia berupa kambing, ia akan mengembek, aku telah menyampaikan berita ini”. Berkata Abu Hamid: Lalu Rasulullah menganglat tangannya, sehingga kami dapat melihat putih ketiaknya. (HR. Bukhari).</span><br /><br /><span style="font-weight: bold;">E. Kewajiban Rakyat Terhadap Pemimpin</span><br /><br /> Sebagai rakyat tugasnya adalah taat kepada perintah pemimpin sepanjang perintah itu dalam rangka mewujudkan tanggung jawabnya yang tertuang dalam kriteria disebutkan di atas tadi, yakni dalam upaya melaksanakan perintah Allah dan Rasul-Nya.<br /><br />Allah SWT. Berfirman:<br /><span style="font-size:130%;"><br />يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا</span><br /><br /> <span style="font-style: italic;">"Hai orang-orang yang beriman, ta`atilah Allah dan ta`atilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya". (An-Nisa’: 59)<br /><br /></span> Batas ketaatan rakyat terhadap pemimpinnya adalah rakyat wajib mentaati semua perintah pemimpin selama pemimpin itu memerintahkan taqwa kepada Allah, sedangkan bila perintah itu untuk bermaksiat kepada Allah, maka gugurlah kewajiban untuk mentaatinya, dan muncul kewajiban baru yaitu nahi munkar ialah mencegah pemerintah dari menjalankan perbuatan maksiat tersebut.<br /><br />Rasulullah SAW. bersabda:<br /><span style="font-size:130%;"><br />حديث علي رضي الله عنه قال: بعث النبي ص م سرية وأمر عليهم رجلا من الانصار وأمرهم أن يطيعوه. فغضب عليهم, وقال: أليس قد أمر النبي ص م أن تطيعوني؟ قالوا بلي.قال:عزمت عليكم لما جمعتم حطبا وأوقدتم نارا ثم دخلتم فيها. فجمعوا حطبا,فأوقدوا. فلما هموا بالدخول, فقام ينظر بعضهم إلى بعض, قال بعضهم: إنما تبعنا النبي ص م فرارا من النار, أفندخلها؟ فبينما هم كذلك إذخمدت النار,وسكن خضبه. فذكرلنبي ص م, فقال: (لودخلوها ما خرجوا منها أبدا, أنما الطاعة في المعروف). أخرجه البخاري</span><br /><br /><span style="font-style: italic;"> Dari Ali RA. berkata: (Suatu hari ) Nabi SAW. mengutus bala tentara dan mengangkat seorang laki-laki Anshor sebagai komandan, dan Nabi memerintahkan kepada seluruh bala tentara untuk mentaati sang komandan. Suatu saat sang komandan marah kepada prajuritnya dan berkata: "Bukankah Nabi SAW. memerintahkan kalian semua untuk taat kepadaku?". Para prajurit menjawab: "Benar, komandan!". Komandan berkata: "Aku perintahkan kamu semua untuk mengumpulkan kayu bakar, lalu bakar ia dengan api, setelah itu masuklah kamu semua ke dalamnya!". Lalu para prajurit mengumpulkan kayu bakar dan menyalakannya. Tatkala mereka bermaksud untuk memasukinya, berdirilah setiap prajurit saling memandang diantara mereka, berkata sebagian prajurit: "Sesungguhnya kita semua mengikuti Nabi SAW. karena kita berlari dari api (neraka), apakah kita sekarang akan memasukinya?". Manakala mereka dalam keadaan demikian, padamlah api tadi, dan hilanglah marah sang komandan. Lalu kejadian itu dicertikan kepada Nabi SAW. dan Nabi bersabda: "Andaikan saja kamu semua memasuki api itu, pasti kamu tidak akan pernah keluar selamanya (mati dan masuk neraka). Sesungguhnya ketaatan kepada pemimpin itu adalah dalam hal yang Ma'ruf". (HR. Bukhari)</span><br />Allah berfirman:<br /><br /><span style="font-size:130%;">وَلَا تُطِيعُوا أَمْرَ الْمُسْرِفِينَ</span><br /><br /> <span style="font-style: italic;">Dan janganlah kamu mentaati perintah orang-orang yang melewati batas, (asy-syuara: 151)</span><br /><br /><span style="font-weight: bold;">F. Petunjuk Allah Dalam Memilih Pemimpin</span><br /><br /> Karena alasan ini, kini saatnya kita berhati-hati untuk menentukan pilihan pemimpin yang dapat memenuhi kriteria di atas, dengan memperhatikan petunjuk Allah dalam memilih pemimpin, ialah:<br /><br /><span style="font-weight: bold;">1. Pilihlah Pemimpin Yang Seakidah dan Memenuhi Kriteria Pemimpin Tersebut di Atas.</span><br /><br /><span style="font-size:130%;">يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاءَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ</span><br /><br /> <span style="font-style: italic;">"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim". (Al-Maidah: 51)</span><br /><br /><span style="font-size:130%;"><span style="font-style: italic;">يَ</span>اأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الَّذِينَ اتَّخَذُوا دِينَكُمْ هُزُوًا وَلَعِبًا مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَالْكُفَّارَ أَوْلِيَاءَ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ</span><br /><br /> <span style="font-style: italic;">"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil jadi pemimpinmu, orang-orang yang membuat agamamu jadi buah ejekan dan permainan, (yaitu) di antara orang-orang yang telah diberi Kitab sebelummu, dan orang-orang yang kafir (orang-orang musyrik). Dan bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang-orang yang beriman". (Al-Maidah: 57)</span><br /><br /><span style="font-weight: bold;">2. Pilihlah Pemimpin Yang Mengajak Bertaqwa Kepada Allah dan Jangan Memilih Pemimpin Yang Mendorong Bermaksiat Kepada-Nya Meskipun Ia Keluarga Kita.</span><br /><br /><span style="font-size:130%;">يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لَا تَتَّخِذُوا ءَابَاءَكُمْ وَإِخْوَانَكُمْ أَوْلِيَاءَ إِنِ اسْتَحَبُّوا الْكُفْرَ عَلَى الْإِيمَانِ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ</span><br /><br /> <span style="font-style: italic;">"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu jadikan bapak-bapak dan saudara-saudaramu pemimpin-pemimpinmu, jika mereka lebih mengutamakan kekafiran atas keimanan dan siapa di antara kamu yang menjadikan mereka pemimpin-pemimpinmu, maka mereka itulah orang-orang yang zalim". (At-Taubah: 23).</span><br /><br /> Kesalahan dalam memilih pemimpin dapat menyebabkan penyesalan dikemudian hari:<br /><br /><span style="font-size:130%;">وَقَالُوا رَبَّنَا إِنَّا أَطَعْنَا سَادَتَنَا وَكُبَرَاءَنَا فَأَضَلُّونَا السَّبِيلَا</span><br /><br /> <span style="font-style: italic;">Dan mereka berkata: "Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah menta'ati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar). (al-Ahzab: 67)</span><br /><br />Demikian, mudah-mudahan memberi manfaat buat kita semua.Isa Ansorihttp://www.blogger.com/profile/06952454540005742749noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7122892912441967989.post-76191044134669053782009-03-30T10:11:00.000+07:002018-08-20T09:49:32.774+07:00KONSEP ISLAM DALAM MEMIMILIH PEMIMPIN<div style="text-align: justify;">KONSEP ISLAM DALAM MEMILIH PEMIMPIN<br /></div>Oleh Isa Ansori<br /><br />A. Pendahuluan<br />Tanggal 9 April 2009 mendatang, rakyat Indonesia akan menyelenggarakan pesta demokrasi memilih wakil rakyat yang akan duduk di lembaga Dewan Perwakilan Rakyat. Banyak Partai dengan beragam latar belakang ideologi dan haluan menawarkan beragam Caleg (Calon Legislatif) sebagai calon pemimpin yang akan mewakili dan menyuarakan kepentingan rakyat di lembaga legislatif Dewan Perwakilan Rakyat.<br />Selesai memilih wakil rakyat yang duduk di lembaga legislatif, rakyat Indonesia akan melanjutkan memilih pasangan Presiden dan Wakil Presiden sebagai pemimpin bangsa yang akan memimpin perjalanan seluruh rakyat dan bangsa Indonesia dalam 5 (lima) tahun ke depan.<br />Para calon pemimpin, baik yang akan duduk di lembaga legislatif maupun eksekutif mengampanyekan diri sebagai pemimpin terbaik yang layak dipilih masyarakat untuk membawa bangsa dan negara maju dan makmur di masa depan.<br />Bagaimanakah Islam memandang tentang Pemimpin dan Kepemimpinan, serta seperti apakah pemimpin yang baik itu?<br />B. Pemimpin Dalam Pandangan Islam<br />Pada prinsipnya menurut Islam setiap orang adalah pemimpin. Ini sejalan dengan fungsi dan peran manusia di muka bumi sebagai khalifahtullah, yang diberi tugas untuk senantiasa mengabdi dan beribadah kepada-Nya.<br />Allah berfirman:<br />وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ<br />Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui". (Al-Baqarah: 30)<br /> وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ<br />Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. (Adz-Dzaariyaat: 56)<br /> Rasulullah SAW. bersabda:<br />عن عبد الله بن عمر رضي الله عنه, أن رسول الله ص م, قال: (كلكم راع فمسئول عن رعيته, فالأمير الذي علي الناس راع وهو مسئول عنهم, والرجل راع علي أهل بيته وهو مسئول عنهم, والمرأة راعية علي بيت بعلها وولده وهي مسئولة عنهم, والعبد راع علي مال سيده وهو مسئول عنه, ألافكلكم راع وكلكم مسئول عن رعيته) اخرجه البخاري<br />Dari Abdullah bin Umar RA. Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: “Masing-masing kamu adalah pemimpin yang akan dimintai pertanggung jawaban atas kepemimpinannya. Seorang amir (Presiden) yang memimpin masyarakat adalah pemimpin yang akan dimintai pertanggung jawaban kepemimpinannya atas mereka. Seorang laki-laki (suami) adalah pemimpin atas ahli (keluarga) di rumahnya, dia akan dimintai pertanggung jawaban kepemimpinannya atas mereka. Seorang perempuan (isteri) adalah pemimpin atas rumah tangga suaminya dan anak-anaknya, dia akan dimintai pertanggung jawaban kepemimpinannya atas mereka. Seorang hamba adalah pemimpin atas harta tuannya, dia akan dimintai pertanggung jawaban kepemimpinannya atas harta itu. Ketahuailah masing-masing kamu adalah pemimpin dan masing-masing kamu akan dimintai pertanggung jawaban kepemimpinan atas yang dipimpinnya”. (HR. Bukhari)<br />Dalam implementasinya, pemimpin terbagi dua: Pertama, pemimpin yang dapat memimpin sesuai dengan apa yang diamanatkan Allah dan Rasul-Nya dan kedua, pemimpin yang menyelisihi amanat Allah dan Rasul-Nya.<br />Firman Allah:<br />وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا وَكَانُوا بِآيَاتِنَا يُوقِنُونَ<br />Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami. (As-Sajdah: 24)<br />وَجَعَلْنَاهُمْ أَئِمَّةً يَدْعُونَ إِلَى النَّارِ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ لَا يُنْصَرُونَ<br />Dan Kami jadikan mereka (Firaun dan bala tentaranya) pemimpin-pemimpin yang menyeru (manusia) ke neraka dan pada hari kiamat mereka tidak akan ditolong. (Al-Qashash: 41)<br />C. Kriteria Pemimpin Dalam Islam<br />Banyak sekali ayat al-Qur’an dan Hadis menyebutkan bagaimana hendaknya setiap orang yang Nabi katakan sebagai pemimpin baik bagi diri dan keluarganya, dan terlebih mereka yang menyatakan diri siap sebagai pemimpin bagi masyarakat, bersikap dan berperilaku dalam kehidupan mereka sehari-hari, di antaranya adalah:<br />1. Mengajak Bertaqwa Kepada Allah<br />وَجَعَلْنَاهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا وَأَوْحَيْنَا إِلَيْهِمْ فِعْلَ الْخَيْرَاتِ وَإِقَامَ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءَ الزَّكَاةِ وَكَانُوا لَنَا عَابِدِينَ<br />Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan telah Kami wahyukan kepada mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan hanya kepada Kamilah mereka selalu menyembah. (Al-Anbiya’: 73)<br />وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا وَكَانُوا بِآيَاتِنَا يُوقِنُونَ<br />Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami. (As-Sajdah: 24)<br />2. Adil Kepada Semua Orang Dan Tidak Pandang Bulu<br />يَادَاوُدُ إِنَّا جَعَلْنَاكَ خَلِيفَةً فِي الْأَرْضِ فَاحْكُمْ بَيْنَ النَّاسِ بِالْحَقِّ وَلَا تَتَّبِعِ الْهَوَى فَيُضِلَّكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ إِنَّ الَّذِينَ يَضِلُّونَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيدٌ بِمَا نَسُوا يَوْمَ الْحِسَابِ<br />Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan. (Shad: 26)<br />يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ بِالْقِسْطِ شُهَدَاءَ لِلَّهِ وَلَوْ عَلَى أَنْفُسِكُمْ أَوِ الْوَالِدَيْنِ وَالْأَقْرَبِينَ إِنْ يَكُنْ غَنِيًّا أَوْ فَقِيرًا فَاللَّهُ أَوْلَى بِهِمَا فَلَا تَتَّبِعُوا الْهَوَى أَنْ تَعْدِلُوا وَإِنْ تَلْوُوا أَوْ تُعْرِضُوا فَإِنَّ اللَّهَ كَانَ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرًا<br />Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjaan. (An-Nisa’: 135)<br />3. Menegakkan Amar Ma’ruf Nahi Munkar<br />كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلَوْ ءَامَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ<br />Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. (Ali Imron: 110)<br />4. Menjadi Suri Tauladan Yang Baik Bagi Masyarakat<br />لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا<br />Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (Al-Ahzab: 21)<br />5. Mendorong Kerja Sama Dalam Memperjuangkan Kesejahteraan Bersama<br />وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ <br />Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya. (Al-Maidah: 2)<br />6. Mengukuhkan Tali Persaudaraan dan Kesatuan dan Persatuan<br />وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَى شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ ءَايَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ<br />Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan ni`mat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena ni`mat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. (Ali Imron: 103)<br />7. Akomodatif, Pemaaf, Merangkul Semua Golongan dan Mengedepankan Musyawarah Dalam Setiap Mengambil Keputusan Penting Untuk Masyarakat<br />فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ<br />Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma`afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. (Ali Imron: 159)<br />8. Jujur dan Amanat<br />إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ أَنْ تَحْكُمُوا بِالْعَدْلِ إِنَّ اللَّهَ نِعِمَّا يَعِظُكُمْ بِهِ إِنَّ اللَّهَ كَانَ سَمِيعًا بَصِيرًا<br />Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (An-Nisa’ : 58)<br />Nabi SAW. bersabda:<br />وعن ابوهريرة قال:قال رسول الله ص م :ثلاثة لا يكلمهم الله يوم القيامةولايزكيهم ولاينظراليهم ولهم عذاب أليم: شيخ زان, وملك كذاب, وعائل مستكبر. رواه مسلم<br />Dari Abu Hurairah berkata: Telah bersabda Rasulullah SAW.: “Tiga golongan, Allah tidak akan berbicara, mensucikan dan melihat kepada mereka, dan bagi merekalah siksa yang pedih; orang tua pezina, pemimpin yang suka bohong dan orang miskin yang sombong. (HR. Muslim).<br />9. Berwawasan Dan Berpengetahuan Luas dan Mencintai Ilmu Pengetahuan<br />يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ<br />Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al-Mujadilah: 11)<br />10. Teguh Pendirian, Tegar dan Sabar Dalam Menghadapi Ujian<br />فَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ وَمَنْ تَابَ مَعَكَ وَلَا تَطْغَوْا إِنَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ<br />Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (Huud: 112)<br />فَاصْبِرْ كَمَا صَبَرَ أُولُو الْعَزْمِ مِنَ الرُّسُلِ<br />Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul telah bersabar. (al-Ahqaf: 35)<br />D. Tanggung Jawab Pemimpin<br />Begitu berat tanggung jawab setiap pemimpin, ia harus siap dan dapat mewujudkan perilaku yang termuat dalam kriteria di atas dalam hidup kesehariannya. Sehingga tercipta suatu kondisi dimana pemimpin mencintai dan memperjuangkan kepentingan rakyat, dan karenanya semua rakyatpun mencintai dan mendukung kepemimpinannya.<br />Rasulullah bersabda:<br />عن عَوْفَ بْنَ مَالِكٍ الْأَشْجَعِيَّ يَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ خِيَارُ أَئِمَّتِكُمْ الَّذِينَ تُحِبُّونَهُمْ وَيُحِبُّونَكُمْ وَتُصَلُّونَ عَلَيْهِمْ وَيُصَلُّونَ عَلَيْكُمْ وَشِرَارُ أَئِمَّتِكُمْ الَّذِينَ تُبْغِضُونَهُمْ وَيُبْغِضُونَكُمْ وَتَلْعَنُونَهُمْ وَيَلْعَنُونَكُمْ قُلْنَا أَفَلَا نُنَابِذُهُمْ يَا رَسُولَ اللَّهِ عِنْدَ ذَلِكَ قَالَ لَا مَا أَقَامُوا فِيكُمْ الصَّلَاةَ أَلَا مَنْ وُلِّيَ عَلَيْهِ وَالٍ فَرَآهُ يَأْتِي شَيْئًا مِنْ مَعْصِيَةِ اللَّهِ فَلْيَكْرَهْ مَا يَأْتِي مِنْ مَعْصِيَةِ اللَّهِ وَلَا يَنْزِعَنَّ يَدًا مِنْ طَاعَةٍ . رواه مسلم واحمد والدرامى<br />Dari Auf bin Malik al-Asyja’i ia berkata, aku telah mendengar Rasulullah SAW. bersabda: “Sebaik-baik pemimpinmu adalah orang-orang yang kamu semua mencintainya dan mereka semua mencintaimu, kamu semua mendoakan kesejahteraan buat mereka, dan mereka mendoakan kesejahteraan buat kamu. Dan sejelek-jelek pemimpinmu adalah orang-orang yang kamu semua membenci mereka dan mereka membenci kamu, kamu semua melaknati mereka dan mereka melaknati kamu”. Kami bertanya: “Ya Rasulullah apakah tidak sebaiknya kita singkirkan mereka? Rasul menjawab: “Jangan, selama mereka masih mendirikan shalat. Ketahuilah, barang siapa yang diberi kekuasaan, lalu masyarakat melihatnya menjalankan suatu perbuatan yang bermaksiat kepada Allah, hendaklah masyarakat membenci perbuatan penguasa yang bermaksiat ke pada Allah itu, dan janganlah ia menarik diri dari ketaatan (pada yang baik). (HR. Muslim, Ahmad, dan Ad-Daromi).<br />Karena beratnya menciptakan kondisi kepemimpinan seperti di atas, Rasulullah SAW. melarang sahabatnya meminta-minta untuk menjadi pemimpin, khawatir sulit merealisasikan tanggung jawab ini.<br />Rasulullah SAW. bersabda:<br />عن عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ سَمُرَةَ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا عَبْدَ الرَّحْمَنِ بْنَ سَمُرَةَ لَا تَسْأَلْ الْإِمَارَةَ فَإِنَّكَ إِنْ أُوتِيتَهَا عَنْ مَسْأَلَةٍ وُكِلْتَ إِلَيْهَا وَإِنْ أُوتِيتَهَا مِنْ غَيْرِ مَسْأَلَةٍ أُعِنْتَ عَلَيْهَا وَإِذَا حَلَفْتَ عَلَى يَمِينٍ فَرَأَيْتَ غَيْرَهَا خَيْرًا مِنْهَا فَكَفِّرْ عَنْ يَمِينِكَ وَأْتِ الَّذِي هُوَ خَيْرٌ . رواه البخاري<br />Dari Abdurrahman bin Samrah berkata; telah bersabda Nabi SAW.: “Wahai Abdurrahman bin Samrah, janganlah kamu meminta untuk menjadi pemimpin, karena sesungguhnya, jika engkau diberi jabatan karena meminta maka engkau akan dibebani sebagai wakil atas jabatan itu, dan jika diberi jabatan dengan tanpa meminta, maka engkau akan ditolong dalam menjalankan tugas itu. Dan jika engkau bersumpah, lalu engkau melihat bahwa yang berlawanan dengan sumpah itu lebih baik, maka bayarlah kifarat atas sumpahmu, dan kerjakanlah apa yang engkau pandang lebih baik”. (HR. Bukhari).<br />Dalam melaksanakan tanggung jawabnya, pemimpin hendaknya ikhlas dalam rangka beribadah kepada Allah dan Rasul-Nya, dan berkomitmen untuk tidak mengkhianati amanat yang diembannya. Ia tidak boleh melakukan korupsi, kolusi dan nepotisme yang mencederai tanggung jawab yang harus dipikulnya.<br />Rasulullah SAW. bersabda:<br /><br />عن أبى هريرة قال (لعن رسول الله ص م الراشي والمرتشي في الحكم) رواه احمد والاربعة, وحسنه الترمذي,وصححه ابن حبان.<br />Dari Abi Hurairah RA. Berkata: “Rasulullah SAW. melaknat penyuap dan penerima suap dalam perkara hukum” HR. Ahmad dan al-Arba’ah. Imam Tarmidzi menganggap hadis ini hasan, dan Ibn Hiban menganggapnya shoheh.<br /><br />عن أبي حميد الساعدى, أن رسول الله ص استعمل عاملا, فجاءه العامل فرغ من عمله, فقال: يارسول الله هذا لكم, وهذا أهدي لي. فقال له: (أفلا قعدت في بيت أبيك وأمك فنظرت أيهدى لك أم لا؟) ثم قام رسول الله ص م عشية بعد الصلاة, فتشهد وأثنى على الله بما هو أهله, ثم قال: (أما بعد, فمابل العامل نستعمله فيأتينا فيقول هذا من عملكم,وهذا أهدى لي, أفلا قعد فى بيت أبيه وأمه فنظر هل يهدى له أم لا؟ فو الذي نفس محمد بيده! لايغل أحدكم منها شيئا إلا جاء به يوم القيمة يحمله على عنقه, إن كان بعيرا جاء به رغاء, وإن كانت بقرة جاء بها لها خوار, وإن كانت شاة جاء به تيعر, فقد بلغت) فقل أبو حميد: ثم رفع رسول الله ص م يده حتى إن لننظر إلى عفرة إبطيه. أخرجه البخاري<br /> Dari Abi Hamid as Sa’idi sesungguhnya Rasullah SAW. mengangkat seorang pegawai, lalu selesai melaksanakan tugas datang mendatangi Rasulullah dan berkata: “Ya Rasulullah, harta ini untukmu (bagian Negara) dan yang ini adalah hadiah yang aku terima”. Lalu Rasulullah bersabda kepadanya: “Mengapa engkau tidak duduk saja di rumah bapak dan ibumu, lalu engkau tunggu apakah engkau akan diberi hadiah ataukah tidak?!”. Kemudian selesai menunaikan shalat Isya’ bersabda Rasulullah SAW.: “Amma ba’du, Ada apa dengan pegawai yang telah aku angkat ini, ia datang menemui kita dan berkata: “Harta ini bagianmu (milik Negara), dan yang ini sebagai hadiah untukku”, Mengapa ia tidak duduk saja di rumah bapak dan ibunya, lalu ia menunggu apakah ada yang akan memberinya hadiah atau tidak?, Sungguh demi Dzat yang jiwa Muhammad ada dalam genggaman-Nya!, Janganlah salah seorang diantara kamu menyalahgunakan dari harta itu sedikitpun, kecuali ia akan datang pada hari kiamat dengan memikul harta itu, kalau harta itu berupa onta ia akan meringkik, kalau berupa sapi ia akan mengemoo, kalau ia berupa kambing, ia akan mengembek, aku telah menyampaikan berita ini”. Berkata Abu Hamid: Lalu Rasulullah menganglat tangannya, sehingga kami dapat melihat putih ketiaknya. (HR. Bukhari).<br />E. Kewajiban Rakyat Terhadap Pemimpin<br />Sebagai rakyat tugasnya adalah taat kepada perintah pemimpin sepanjang perintah itu dalam rangka mewujudkan tanggung jawabnya yang tertuang dalam kriteria disebutkan di atas tadi, yakni dalam upaya melaksanakan perintah Allah dan Rasul-Nya.<br />Allah SWT. Berfirman:<br />يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا<br />Hai orang-orang yang beriman, ta`atilah Allah dan ta`atilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (An-Nisa’: 59)<br />Batas ketaatan rakyat terhadap pemimpinnya adalah rakyat wajib mentaati semua perintah pemimpin selama pemimpin itu memerintahkan taqwa kepada Allah, sedangkan bila perintah itu untuk bermaksiat kepada Allah, maka gugurlah kewajiban untuk mentaatinya, dan muncul kewajiban baru yaitu nahi munkar ialah mencegah pemerintah dari menjalankan perbuatan maksiat tersebut.<br />Rasulullah SAW. bersabda:<br />حديث علي رضي الله عنه قال: بعث النبي ص م سرية وأمر عليهم رجلا من الانصار وأمرهم أن يطيعوه. فغضب عليهم, وقال: أليس قد أمر النبي ص م أن تطيعوني؟ قالوا بلي.قال:عزمت عليكم لما جمعتم حطبا وأوقدتم نارا ثم دخلتم فيها. فجمعوا حطبا,فأوقدوا. فلما هموا بالدخول, فقام ينظر بعضهم إلى بعض, قال بعضهم: إنما تبعنا النبي ص م فرارا من النار, أفندخلها؟ فبينما هم كذلك إذخمدت النار,وسكن خضبه. فذكرلنبي ص م, فقال: (لودخلوها ما خرجوا منها أبدا, أنما الطاعة في المعروف). أخرجه البخاري.<br />Allah berfirman:<br />وَلَا تُطِيعُوا أَمْرَ الْمُسْرِفِينَ<br />Dan janganlah kamu mentaati perintah orang-orang yang melewati batas, (asy-syuara: 151)<br />F. Petunjuk Allah Dalam Memilih Pemimpin<br />Karena alasan ini, kini saatnya kita berhati-hati untuk menentukan pilihan pemimpin yang dapat memenuhi kriteria di atas, dengan memperhatikan petunjuk Allah dalam memilih pemimpin, ialah:<br /><br />1. Pilihlah Pemimpin Yang Seakidah dan Memenuhi Kriteria Pemimpin Tersebut di Atas.<br />يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاءَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ<br />Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. (Al-Maidah: 51)<br />يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الَّذِينَ اتَّخَذُوا دِينَكُمْ هُزُوًا وَلَعِبًا مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَالْكُفَّارَ أَوْلِيَاءَ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ<br />Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil jadi pemimpinmu, orang-orang yang membuat agamamu jadi buah ejekan dan permainan, (yaitu) di antara orang-orang yang telah diberi Kitab sebelummu, dan orang-orang yang kafir (orang-orang musyrik). Dan bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang-orang yang beriman. (Al-Maidah: 57)<br />2. Pilihlah Pemimpin Yang Mengajak Bertaqwa Kepada Allah dan Jangan Memilih Pemimpin Yang Mendorong Bermaksiat Kepada-Nya Meskipun Ia Keluarga Kita.<br />يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لَا تَتَّخِذُوا ءَابَاءَكُمْ وَإِخْوَانَكُمْ أَوْلِيَاءَ إِنِ اسْتَحَبُّوا الْكُفْرَ عَلَى الْإِيمَانِ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ<br />Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu jadikan bapak-bapak dan saudara-saudaramu pemimpin-pemimpinmu, jika mereka lebih mengutamakan kekafiran atas keimanan dan siapa di antara kamu yang menjadikan mereka pemimpin-pemimpinmu, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. (At-Taubah: 23).<br />Kesalahan dalam memilih pemimpin dapat menyebabkan penyesalan dikemudian hari:<br />وَقَالُوا رَبَّنَا إِنَّا أَطَعْنَا سَادَتَنَا وَكُبَرَاءَنَا فَأَضَلُّونَا السَّبِيلَا<br />Dan mereka berkata: "Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah menta'ati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar). (al-Ahzab: 67)<br />Demikian, mudah-mudahan memberi manfaat buat kita semua.<br />Isa Ansorihttp://www.blogger.com/profile/06952454540005742749noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7122892912441967989.post-45327231758581294922009-02-23T13:53:00.004+07:002009-02-23T14:44:52.884+07:00TAFSIR AL-ANFAL: 17<span style="font-size:130%;"><span style="font-size:180%;"><span style="font-size:130%;">TAFSIR SURAH AL-ANFAL: 17</span>
<br /></span>Oleh: Isa Ansori
<br /></span>
<br /><span style="font-size:130%;">فَلَمْ تَقْتُلُوهُمْ وَلَكِنَّ اللَّهَ قَتَلَهُمْ وَمَا رَمَيْتَ إِذْ رَمَيْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ رَمَى وَلِيُبْلِيَ الْمُؤْمِنِينَ مِنْهُ بَلَاءً حَسَنًا إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ</span>
<br />
<br /><em>Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allahlah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar. (Allah berbuat demikian untuk membinasakan mereka) dan untuk memberi kemenangan kepada orang-orang mukmin, dengan kemenangan yang baik. Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui. (al-Anfal: 17)</em>
<br />
<br /><strong>a. Asbabun Nuzul</strong>
<br /><strong>
<br /></strong>Ada beberapa hadis yang dikatakan oleh para ulama tafsir sebagai asbabun nuzul dari ayat ini, ialah:
<br /></strong><ol><li>Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa pada waktu peperangan Uhud, Ubay bin Khalaf (pihak musuh) bermaksud menyerang Nabi saw. - dan dibiarkan oleh kawan-kawannya yang pada waktu itu menyongsong pasukan Rasulullah - akan tetapi dihadang oleh Mush`ab bin'Umair. Rasulullah saw. melihat bagian dada Ubay yang terbuka antara baju dan topinya, lalu ditikam oleh Rasulullah saw. dengan tombaknya. Ubay jatuh rebah dari kudanya serta salah satu tulang rusuknya patah, akan tetapi tiada mengeluarkan darah. Teman-teman Ubay datang menge­rumuninya saat ia meraung-raung kesakitan. Mereka berkata: "Alang­kah pengecutnya engkau, bukankah itu hanya goresan sedikit saja?" Ubay mengatakan bahwa Rasulullah saw. telah menikamnya, seraya mengingatkan sabda Rasulullah yang bersumpah: "Seandainya yang terkena kepada Ubay itu terkena pula pada sekampung Dzilmajaz (nama suatu daerah), pasti mereka akan mati semuanya." Ubay bin Khalaf mati sebelum sampai ke Mekah. Turunnya ayat ini (al-Anfal: 17) berkenaan dengan peristiwa tersebut, sebagai penegasan bahwa sebenarnya Allah-lah yang membunuhnya.
<br />Diriwayatkan oleh al-Hakim dari Said bin al-Musayyab yang bersumber dari bapaknya. Isnad Hadits ini sahih, hanya saja gharib. <a title="" style="mso-footnote-id: ftn1" href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=7122892912441967989#_ftn1" name="_ftnref1">[1]</a></li><li>Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa pada peperangan Khaibar, Rasulullah saw. meminta panah, dan memanahkannya ke benteng. Anak panah tersebut mengenai Ibnu Abil Haqiq (pihak musuh) hingga ia pun terbunuh di tempat tidurnya. Allah menurunkan ayat ini (al-Anfal: 17) ber­kenaan dengan peristiwa tersebut, sebagai penegasan bahwa yang melempar panah itu adalah Allah swt..
<br />Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari `Abdurrah­man bin Zubair. Hadits ini mursal, sanadnya jayyid (baik), akan tetapi gharib.<a title="" style="mso-footnote-id: ftn2" href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=7122892912441967989#_ftn2" name="_ftnref2">[2]</a></li><li>Hadits yang masyhur berkenaan dengan turunnya ayat ini (al­Anfal: 17) adalah peristiwa yang tejadi dalam peperangan Badr, di waktu Rasulullah saw. melemparkan segenggam batu-batu kecil hingga menye­babkan banyak yang mati di kalangan musuh.
<br />Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa di waktu peperangan Badr, para shahabat mendengar suara gemuruh dari langit ke bumi, seperti suara batu-batu kecil jatuh ke dalam bejana. Rasulullah saw. melempari lawannya dengan batu-batu kecil tadi sehingga kaum Mus­limin pun menang. Ayat ini (al-Anfal: 17) turun berkenaan dengan peristiwa tersebut, yang menegaskan bahwa sesungguhnya yang melemparkan batu-batu itu adalah Allah di saat Nabi melemparkannya. Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, Ibnu Abi Hatim, dan ath-Thabara­ni, yang bersumber dari Hakim bin Hizam.Diriwayatkan pula oleh Abusy Syaikh yang bersumber dari Za­bir dan Ibnu 'Abbas. Dan diriwayakan pula oleh Ibnu Jarir dari sumber lain, tapi mursal.<a title="" style="mso-footnote-id: ftn3" href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=7122892912441967989#_ftn3" name="_ftnref3">[3]</a>
<br />Berkata Ali bin Abi Thalhah dari Ibn Abas: “Pada saat perang Badr, Rasulullah saw mengangkat kedua tangan beliau dan berdo’a: “Ya Allah , jika tidak Engkau binasakan mereka (para musuh), maka Engkau tidak akan disembah lagi di muka bumi selamanya!”, Lalu malaikat Jibril berkata kepada Rasul: “Hai Muhammad, ambillah segenggam debu lalu lemparkan kea rah wajah mereka!”. Lalu Rasul mengambil segenggam debu dan melemparkan kea rah wajah mereka, maka tak seorang pun dari kaum musyrikin kecuali matanya, lubang hidungnya, dan mulutnya terkena debu yang segenggam itu, lalu mereka melarikan diri..<a title="" style="mso-footnote-id: ftn4" href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=7122892912441967989#_ftn4" name="_ftnref4">[4]</a>
<br />Diriwayatkan sesungguhnya para sahabat Rasul saw. ketika telah selesai dari perang Badr, masing-masing dari mereka menceritakan perbuatan-perbuatan apa saja yang telah mereka kerjakan: “Aku telah membunuh dengan begini”; “Kalau aku begini”. Datang dari melakukan pekerjaan itu dengan bangga dan sejenisnya. Lalu diturunkan ayat itu (al-Anfal: 17) sebagai pemberitahuan bahwa Allah-lah yang telah membunuh mereka dan berkuasa atas segala sesuatu.<a title="" style="mso-footnote-id: ftn5" href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=7122892912441967989#_ftn5" name="_ftnref5">[5]</a></li><li>Ada yang mengatakan bahwa yang dimaksud dengan ar-ramyu (melempar, memanah) adalah lemparan Rasulullah pada waktu perang Hunain. Diriwayatkan oleh Ibn Wahab dari Malik.
<br />Malik berkata: “Tak seorangpun dari musuh yang tidak terkena lemparan Rasul pada waktu itu”. Ibn Qasim juga meriwayatkan hadis sejenis.<a title="" style="mso-footnote-id: ftn6" href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=7122892912441967989#_ftn6" name="_ftnref6">[6]</a></li></ol><p><strong>b. Tema/Topik dari al-Anfal: 17</strong></p><p>Surah al-Anfal: 17 ini memiliki satu tema pokok, dan tema lain yang merupakan penafsiran dari tema pokok.</p><ol><li>Tema/Topik utama dari al-Anfal: 17 ini adalah manusia harus berjuang dan bekerja keras untuk mencapai tujuannya, dalam rangka mengabdi kepada Allah. Sebagaimana Rasulullah dan para sahabat berusaha, berjuang dan berperang di jalan Allah, untuk menegakkan panji Islam dan beribadah mencapai ridla-Nya. Allah turut serta dalam perbuatan dan usaha kerasnya itu. Pada ayat ini, Allah menunjukkan kekuasaan-Nya dengan membantu Rasulullah dan kaum Muslimin mengalahkan musuh-musuh Allah dan Rasul-Nya serta kaum Muslimin.</li><li>Tema/Topik yang merupakan penafsiran dari al-Anfal: 17 adalah sebagaimana diungkapkan oleh penganut faham Jabariah, yaitu Allah memiliki kekuasaan mutlak termasuk menciptakan perbuatan manusia.
<br />Pendapat seperti ini juga dikatakan oleh Ibn Katsir dalam tafsirnya:
<br /><span style="font-size:130%;">يبين تعالى أنه خالق أفعال العباد وأنه المحمود على جميع ما صدر منهم من خير لأنه هو الذي وفقهم لذلك وأعانهم
<br /></span>Allah swt. menjelaskan bahwa Allahlah yang telah menciptakan perbuatan-perbuatan para hamba, dan sesungguhnya Dia maha terpuji atas segala apa yang disandarkan kepada para hamba dalam hal kebaikan, karena Dialah yang membantu dan memberi pertolongan kepada mereka.<a title="" style="mso-footnote-id: ftn7" href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=7122892912441967989#_ftn7" name="_ftnref7">[7]</a></li></ol><p><strong>c. Ayat-ayat Lain Yang Terkait/Satu Maksud Dengan al-Anfal: 17</strong></p><p>Ayat-ayat yang senada dengan tema/topik utama seperti tersebut pada topik no. 1 di atas adalah:</p><p>1. Ali Imron: 123</p><p><span style="font-size:130%;">وَلَقَدْ نَصَرَكُمُ اللَّهُ بِبَدْرٍ وَأَنْتُمْ أَذِلَّةٌ فَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُون</span> </p><p><em>“Sungguh Allah telah menolong kamu dalam peperangan Badar, padahal kamu adalah (ketika itu) orang-orang yang lemah. Karena itu bertakwalah kepada Allah, supaya kamu mensyukuri-Nya.” (Ali-Imron: 123)</em></p><p>2. At-Taubah: 25</p><p><span style="font-size:130%;">لَقَدْ نَصَرَكُمُ اللَّهُ فِي مَوَاطِنَ كَثِيرَةٍ وَيَوْمَ حُنَيْنٍ إِذْ أَعْجَبَتْكُمْ كَثْرَتُكُمْ فَلَمْ تُغْنِ عَنْكُمْ شَيْئًا وَضَاقَتْ عَلَيْكُمُ الْأَرْضُ بِمَا رَحُبَتْ ثُمَّ وَلَّيْتُمْ مُدْبِرِين</span></p><p><em>Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (hai para mu'minin) di medan peperangan yang banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu di waktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlahmu, maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfa`at kepadamu sedikitpun, dan bumi yang luas itu telah terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari ke belakang dengan bercerai-berai. (at-Taubah: 25)</em></p><p>3. al-Baqarah: 249</p><p><span style="font-size:130%;">قَالَ الَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُمْ مُلَاقُو اللَّهِ كَمْ مِنْ فِئَةٍ قَلِيلَةٍ غَلَبَتْ فِئَةً كَثِيرَةً بِإِذْنِ اللَّهِقل وَاللَّهُ مَعَ الصَّابِرِينَ</span></p><p><em>"Orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah berkata: "Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar." (al-Baqarah: 249)</em></p><p>Sedangkan ayat-ayat lain yang terkait dengan topik no. 2 diantaranya adalah:</p><p>1. as-Saffat: 96</p><p><span style="font-size:130%;">وَاللَّهُ خَلَقَكُمْ وَمَا تَعْمَلُونَ</span> </p><p><em>“Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu". (as-Saffat: 96)</em></p><p>2. al-Insan: 30</p><p><span style="font-size:130%;">وَمَا تَشَاءُونَ إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ</span> </p><p><em>“Dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila dikehendaki Allah.” (al-Insan: 30)</em></p><p>3. al-An’am: 111</p><p><span style="font-size:130%;">مَا كَانُوا لِيُؤْمِنُوا إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ</span></p><p><em>“Mereka tidak (juga) akan beriman, kecuali jika Allah menghendaki.” (al-An’am: 111)</em></p><p>4. al-Hadid: 22</p><p><span style="font-size:130%;">مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا</span></p><p><em>“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya.” (al-Hadid: 22)</em></p><p><strong>d. Ajaran Yang Terkandung Dalam al-Anfal: 17</strong></p><p>Surah al-Anfal: 17 mengandung ajaran pokok bahwa:</p><ol><li>Manusia, lebih khusus setiap Muslim harus berusaha dan berjuang keras dalam segala aspek kehidupan untuk menggapai kesejehteraan hidup dalam rangka beribadah mengharapkan ridha Allah. Seperti dicontohkan Rasulullah saw. dalam asbabun nuzul ayat itu, yaitu dengan berperang di jalan Allah untuk mempertahankan keberlangsungan Islam, dalam rangka beribadah mengharap ridla Allah.</li><li>Dalam usaha dan kerja kerasnya, manusia khususnya setiap Muslim harus meyakini bahwa ada qudrah dan iradah Allah di dalamnya. Ini juga berarti, bahwa setiap Muslim harus mengimani qadla dan qadar Allah. Dijelaskan oleh ayat itu, bahwa Allah-lah yang sejatinya melempar, memanah, membunuh musuh-musuh Allah ketika nabi saw. dan para sahabatnya melakukan peperangan.</li></ol><p><strong>e. Makna Kontekstual dari al-Anfal: 17</strong></p><p>Surah al-Anfal: 17 mengandung ajaran pokok bahwa setiap Muslim harus berjuang dan bekerja keras di segala bidang (ekonomi, sosial, politik, hukum dll.) untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam rangka beribadah kepada Allah SWT. Ini seperti yang dicontohkan Rasulullah saw. dalam asbabun nuzul ayat tersebut, bahwa untuk menjaga agar Allah tetap disembah dan Islam tetap berjaya hingga hari qiyamah, Rasulullah saw. dan para sahabat pergi berjihad berperang di jalan Allah, mempertaruhkan jiwa dan raga karena Allah, meskipun menurut akal dan teori peperangan, mereka dalam kondisi sulit, dalam keterbatasan personil tentara dan persenjataan, hingga kecil sekali kemungkinan untuk dapat memenangkan peperangan.
<br />Surah al-Anfal: 17 ini juga mengajarkan kepada setiap Muslim untuk meyakini bahwa setiap perbuatan yang ia lakukan, pada dasarnya adalah atas qudrah, iradah, seijin, dan ada andil Allah SWT di dalamnya. Oleh karenanya setiap Muslim hendaklah mengimani qada dan qadar Allah, bahwa Allah SWT. adalah Dzat Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu. Setiap siapa dan apa saja yang Allah menghendaki baik, maka akan menjadi baik, dan tidak ada kekuatan lain yang dapat menolaknya. Demikian pula sebaliknya, setiap siapa dan apa saja yang Allah menghendaki buruk, maka akan menjadi buruk, dan tidak ada kekuatan lain yang dapat menolaknya. Dan tidak ada kewajiban atas Allah untuk berbuat baik atau buruk, semuanya adalah dalam batas-batas kewenangan dan kekuasaan-Nya.
<br />Allah berfirman:</p><p><span style="font-size:130%;">مَنْ يَهْدِ اللَّهُ فَهُوَ الْمُهْتَدِ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَنْ تَجِدَ لَهُ وَلِيًّا مُرْشِدًا</span> </p><p><em>“Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barangsiapa yang disesatkan-Nya, maka kamu tak akan mendapatkan seorang pemimpinpun yang dapat memberi petunjuk kepadanya.” (al-Kahfi: 17)</em></p><p><span style="font-size:130%;">قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ بِيَدِكَ الْخَيْرُ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ</span> </p><p><em>“Katakanlah: "Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (ali Imron: 26)</em></p><p>Ini tidak berarti bahwa manusia tidak ada kuasa sama sekali atas perbuatannya, bagaimanapun manusia adalah makhluk, yang Allah telah menjadikannya sebagai khalifah di muka bumi, Allah memberinya akal dan pikiran untuk mendayagunakan bumi dan alam semesta untuk kesejahteraan bersama dalam rangka beribadah mengabdi kepada-Nya. Ini artinya bahwa Allah mendelegasikan kekuasaan-Nya kepada manusia, agar manusia bekerja dan berusaha keras untuk mencapai kesejahteraan dalam rangka berusaha dan beribadah mengharapkan ridla-Nya, sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rasulullah saw. dalam kehidupan kesehariannya.
<br />Allah swt. berfirman:</p><p><span style="font-size:130%;">وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ وَسَتُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ</span> </p><p><em>“Dan katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mu'min akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan". (At-Taubah: 105)</em></p><p><span style="font-size:130%;">مَنْ عَمِلَ صَالِحًا فَلِنَفْسِهِ وَمَنْ أَسَاءَ فَعَلَيْهَا وَمَا رَبُّكَ بِظَلَّامٍ لِلْعَبِيدِ</span> </p><p><em>“Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barangsiapa yang berbuat jahat maka (dosanya) atas dirinya sendiri; dan sekali-kali tidaklah Tuhanmu menganiaya hamba-hamba (Nya).” (Fushilat: 46)</em></p><p>Meskipun demikian, dalam melakukan perbuatannya, manusia tidak sama sekali terlepas dari kekuasaan Allah, karena pada hakekatnya, manusia dan seluruh isi alam semesta adalah milik Allah. Manusia dan makhluk selainnya adalah berenang-renang dalam qudrah iradah-Nya, dan tidak ada kemampuan untuk melepaskan diri daripada-Nya. Bagaimana manusia dapat melepaskan diri dari kekuasaan Allah, jika jantungnya yang memompa secara otomatis peredaran darahnya digerakkan oleh Allah, dan kemampuannya untuk menggunakan akal pikiran dan seluruh panca indera dan anggota badan adalah dalam kuasa dan seijin-Nya, dan sekali lagi manusia tidak memiliki apa-apa, jiwa raganya dan seluruh alam semesta adalah milik-Nya yang pada akhirnya akan kembali kepada-Nya.
<br />Allah swt. berfirman:</p><p>
<br /><span style="font-size:130%;">الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ</span> </p><p><em>“(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, "Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun" (al-Baqarah: 156)</em></p><p>Manusia dan seluruh mahluk lainnya dalam qudrah iradah Allah dapat diibaratkan seperti ikan-ikan yang berenang di lautan luas, (ikan-ikan itu adalah manusia dan seluruh makhluk lainnya, sedangkan lautan luas adalah qudrah iradah Allah yang tidak terbatas). Ikan itu bebas bergerak kemanapun dan berbuat apapun dalam usaha mendapatkan makanan dan melindungi diri dari ancaman dan bahaya, apabila ia ingin hidup dan melangsungkan kehidupannya. Tapi ikan itu tidak akan bisa lepas dari air di lautan, ia tetap berada di dalamnya.
<br />Ini berarti kebebasan berbuat manusia seperti faham qodariah, menurut pendapat saya masih dalam bingkai qudrah iradah Allah. Allah mendelegasikan qudrah iradah-Nya kepada manusia, sehingga manusia dapat menentukan sendiri perbuatan yang ia lakukan. Setiap kali manusia berbuat, maka perbuatannya itu ada dalam bingkai qudrah iradah-Nya. Jadi pada dasarnya ketika manusia bebas menentukan perbuatan, artinya ia berpindah dari satu qudrah iradah Allah menuju qudrah iradah lainya.</p><p>Allah memberikan kebebasan manusia untuk berbuat, ini seperti tertuang dalam firman Allah pada surah at-Taubah: 105, Fushilat: 46 tersebut di atas, serta banyak lagi ayat lainnya. Allah mendorong manusia untuk selalu bekerja keras dalam usaha memperbaiki kehidupannya, yang semuanya masih dalam qudrah iradah-Nya sebagai rangkaian ibadah menggapai ridla-Nya. Seperti firman Allah:</p><p><span style="font-size:130%;">لَهُ مُعَقِّبَاتٌ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ يَحْفَظُونَهُ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِقَوْمٍ سُوءًا فَلَا مَرَدَّ لَهُ وَمَا لَهُمْ مِنْ دُونِهِ مِنْ وَالٍ</span> </p><p><em>“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” (Ar-Ra’d: 11)</em></p><p>Selanjutnya Allah sebagai penilai setiap amal perbuatan, dan akan membalasnya sesuai dengan apa yang dikerjakan.</p><p>Allah berfirman:</p><p><span style="font-size:130%;">مَنْ عَمِلَ سَيِّئَةً فَلَا يُجْزَى إِلَّا مِثْلَهَا وَمَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَئِكَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ يُرْزَقُونَ فِيهَا بِغَيْرِ حِسَابٍ</span> </p><p><em>“Barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, maka dia tidak akan dibalas melainkan sebanding dengan kejahatan itu. Dan barangsiapa mengerjakan amal yang saleh baik laki-laki maupun perempuan sedang ia dalam keadaan beriman, maka mereka akan masuk surga, mereka diberi rezki di dalamnya tanpa hisab.” (al-Mu’min: 40)</em></p><p>Rasulullah bersabda: </p><p><span style="font-size:130%;">عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنْ الْأَجْرِ مِثْلُ أُجُورِ مَنْ تَبِعَهُ لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا وَمَنْ دَعَا إِلَى ضَلَالَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنْ الْإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا. رواه مسلم و أبي داود و أحمد و الدارمي</span></p><p><em>Dari Abi Hurairah, sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa mengajak/mempelopori kepada petunjuk (kebaikan), maka ia akan mendapatkan pahala semisal pahala orang-orang yang mengikutinya, tidak sedikitpun berkurang pahalanya itu. Dan barang siapa mengajak/mempelopori kepada kesesatan, maka ia akan mendapatkan dosa semisal dosa orang-orang yang mengikutinya, tidak sedikitpun berkurang dosanya itu.” (HR. Muslim, Abu Dawud, Ahmad dan Daromi).</em></p>
<br /><strong>Catatan Kaki</strong>
<br /><a title="" style="mso-footnote-id: ftn1" href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=7122892912441967989#_ftnref1" name="_ftn1">[1]</a> Asbabun Nuzul: Latar Belakang Historis Turunnya Ayat-ayat al-Qur’an. Edisi ke 2. Tim Editor: H.A.A. Dahlan, M. Zaka Alfarisi. Bandung: Penerbit Diponegoro, 2004. hal. 236.
<br /><a title="" style="mso-footnote-id: ftn2" href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=7122892912441967989#_ftnref2" name="_ftn2">[2]</a> Ibid.
<br /><a title="" style="mso-footnote-id: ftn3" href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=7122892912441967989#_ftnref3" name="_ftn3">[3]</a> Ibid.
<br /><a title="" style="mso-footnote-id: ftn4" href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=7122892912441967989#_ftnref4" name="_ftn4">[4]</a> Ibn Katsir. Tafsir Ibn Katsir. Dalam CD Holy Qur’an.
<br /><a title="" style="mso-footnote-id: ftn5" href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=7122892912441967989#_ftnref5" name="_ftn5">[5]</a> al-Qurthubi. Tafsir al-Qurthubi. Dalam CD Holy Qur’an.
<br /><a title="" style="mso-footnote-id: ftn6" href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=7122892912441967989#_ftnref6" name="_ftn6">[6]</a> Ibid.
<br /><a title="" style="mso-footnote-id: ftn7" href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=7122892912441967989#_ftnref7" name="_ftn7">[7]</a> Ibnu Katsir. Ibid.
<br />Isa Ansorihttp://www.blogger.com/profile/06952454540005742749noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7122892912441967989.post-34481271347343660142009-01-30T14:17:00.004+07:002009-01-30T15:08:17.377+07:00Mengenal Tasawuf<div align="left"><strong><span style="font-size:130%;color:#000099;">MENGENAL TASAWUF</span></strong> </div><div align="left"></div><div align="left">Oleh: Isa Ansori</div><div align="left"><br /><strong>A. PENDAHULUAN</strong> </div><div align="left"><br />Manusia adalah makhluk Allah yang sempurna yang diciptakan untuk menjadi khalifah Allah di muka bumi dengan tujuan semata beribadah kepada-Nya. Allah berfirman: </div><div align="left"><br /><span style="font-size:130%;">لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ</span><br /></div><div align="left"><em></em></div><div align="left"><em></em> </div><div align="left"><em>“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”. (At-Tin: 4)<br /></em><br /><span style="font-size:130%;">وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ</span><br /></div><div align="left"><em></em></div><div align="left"><em>“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (Al-Baqarah: 30)<br /></em><br /><span style="font-size:130%;">وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ<br /></div></span><div align="left"><em></em> </div><div align="left"><em>“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (Ad-Dzariat: 56)<br /></em><br />Selanjutnya Rasulullah memberi tuntunan bagaimana proses ibadah itu hendaknya diwujudkan:</div><div align="left"><br /><span style="font-size:130%;">عن أبي هُرَيْرَةَ قال كان النبيُّ صلى الله عليه وسلم بارزًا يومًا للناسِ فأَتاه رجلٌ فقال: ما الإيمان قال: الإيمان أن تؤمنَ بالله وملائكتِهِ وبلقائِهِ وبرسلِهِ وتؤمَن بالبعثِ قال: ما الإسلامُ قال: الإسلامُ أن تعبدَ اللهَ ولا تشركَ به وتقيمَ الصلاةَ وتؤدِّيَ الزكاةَ المفروضةَ وتصومَ رمضانَ قال: ما الإحسان قال: أن تعبدَ الله كأنك تراهُ، فإِن لم تكن تراه فإِنه يراك قال: متى الساعةُ قال: ما المسئولُ عنها بأَعْلَم مِنَ السائل، وسأُخبرُكَ عن أشراطِها؛ إِذا وَلَدَتِ الأَمَةُ رَبَّهَا، وَإِذا تطاولَ رُعاةُ الإبِلِ البَهْمُ في البنيان، في خمسٍ لا يعلمهنَّ إِلاَّ الله ثم تلا النبيُّ صلى الله عليه وسلم (إِنَّ الله عنده علم الساعة ) الآية: ثم أدبر فقال: رُدُّوه فلم يَرَوْا شيئاً فقال: هذا جبريل جاءَ يُعَلِّمُ الناسَ دينَهم .متفق عليه</span><br /></div><div align="left"><em></em></div><div align="left"><em></em> </div><div align="left"><em>“Dari Abi Hurairah ia berkata: Suatu hari Nabi SAW. nampak di tengah manusia, lalu seorang laki-laki mendatanginya dan bertanya: “Apakah iman itu?” Rasul menjawab: “Iman ialah engkau percaya pada Allah, Malaikat-Nya, bertemu dengan-Nya, Rasul-Nya dan bangkit dari kubur (hari kiamat). Lelaki itu bertanya lagi: “Apakah Islam itu?”. Rasul menjawab: “Islam adalah Engkau menyembah Allah dan jangan menyekutukan-Nya, dirikanlah shalat, tunaikan zakat fardhu, dan berpusa bulan Ramadhan”. Lelaki itu bertanya lagi: “Apakah Ihsan itu?”. Rasul menjawab: “Hendaklah engkau beribadah/menyembah Allah seolah-olah engkau melihat Allah, lalu jika engkau tak melihat-Nya ketahuilah sesungguhnya Dia melihatmu”. Lelaki itu bertanya lagi: “Kapan terjadi hari kiamat?”: Rasul menjawab: “Tidaklah orang yang ditanya tentang hal ini (rasul) lebih mengetahui jawabannya dari si penanya, aku akan jelaskan tentang tanda-tanda kiamat (ialah): apabila seorang budak melahirkan tuannya, apabila para penggembala binatang ternak telah berlomba bermegah dalam bangunan, ia termasuk lima hal yang tak seorangpun mengetahuinya kecuali Allah”, lalu Rasul membaca ayat: إِنَّ الله عنده علم الساعة sampai ayat terahir. Lalu lelaki itu pergi dan Nabipun berkata kepada para sahabat: “Panggillah lelaki itu”, tetapi tak seorangpun dari sahabat melihatnya lagi. Lalu Nabi berkata: “Lelaki itu adalah Jibril, ia datang untuk mengajarkan kepada manusia tentang agama”. (HR. Bukhari dan Muslim)<br /></em><br />Pada hadis di atas Nabi membimbing setiap Muslim dalam beribadah dan menyembah Allah dengan konsep Ihsan yang dijelaskan rasul dengan: “Hendaklah engkau beribadah/menyembah Allah seolah-olah engkau melihat Allah, lalu jika engkau tak melihat-Nya ketahuilah sesungguhnya Dia melihatmu”. Konsep ini adalah dasar bertasawuf dalam Islam. Menurut rasul, setiap muslim hendaklah selalu menjalin hubungan yang intim dengan Tuhannya setiap saat. Sebab, bagi muslim setiap gerak anggota badan, panca indera dan bahkan hati adalah rangkaian pemenuhan kewajiban ibadah kepada-Nya. Allah berfirman: </div><div align="left"><br /><span style="font-size:130%;">وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا<br /></span></div><div align="left"><em></em></div><div align="left"><em></em> </div><div align="left"><em>“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (Al-Isro: 36)<br /></em><br />Allah sangat dekat dengan hamba-hambaNya, Allah berfirman: </div><div align="left"><br /><span style="font-size:130%;">وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ</span><br /></div><div align="left"><em></em></div><div align="left"><em></em> </div><div align="left"><em>“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran”. (Al-Baqarah: 186)<br /></em><br />Selanjutnya kalangan ulama tasawuf memberikan pengajaran bagaimana langkah-langkah yang harus ditempuh oleh seorang muslim untuk mewujudkan perilakau ihsan dalam keseharian dengan beragam jalan diantaranya maqamat seperti dirumuskan oleh para sufi.<br />Permasalahannya adalah: Darimana asal usul tasawuf dan Apa konsep maqamat dalam tasawuf serta aplikasinya dalam kehidupan?<br /><br />B. PENGERTIAN TASAWUF </div><div align="left"><br />Sebelum lebih jauh membahas tentang asal-usul tasawuf, sedikit kami berikan pengertian singkat sufi dan tasawuf. Ada beberapa pendapat tentang asal-usul kata tasawuf. Ada yang mengatakan bahwa tasawuf berasal dari kata safa’, artinya suci, bersih atau murni. Karena memang, jika dilihat dari segi niat maupun tujuan dari setiap tindakan dan ibadah kaum sufi, maka jelas bahwa semua itu dilakukan dengan niat suci untuk membersihkan jiwa dalam mengabdi kepada Allah SWT. Ada lagi yang mengatakan tasawuf berasal dari kata saff, artinya saff atau baris. Mereka dinamakan sebagai para sufi, menurut pendapat ini, karena berada pada baris (saff) pertama di depan Allah, karena besarnya keinginan mereka akan Dia, kecenderungan hati mereka terhadap-Nya. Ada pula yang mengatakan bahwa tasawuf berasal dari kata suffah atau suffah al Masjid, artinya serambi mesjid. Istilah ini dihubungkan dengan suatu tempat di Mesjid Nabawi yang didiami oleh sekelompok para sahabat Nabi yang sangat fakir dan tidak mempunyai tempat tinggal. Mereka dikenal sebagai ahli suffah. Mereka adalah orang yang menyediakan waktunya untuk berjihad dan berdakwah serta meninggalkan usaha-usaha duniawi. Jelasnya, mereka dinamakan sufi karena sifat-sifat mereka menyamai sifat orang-orang yang tinggal di serambi mesjid (suffah) yang hidup pada masa nabi SAW. Sementara pendapat lain mengatakan bahwa tasawuf berasal dari kata suf, yaitu bulu domba atau wol. Hal ini karena mereka (para sufi) tidak memakai pakaian yang halus disentuh atau indah dipandang, untuk menyenangkan dan menenteramkan jiwa. Mereka memakai pakaian yang hanya untuk menutupi aurat dengan bahan yang terbuat dari kain wol kasar (suf). </div><div align="left"> </div><div align="left"></div><div align="left">Sedangkan tasawuf menurut beberapa tokoh sufi adalah seperti berikut:<br />1. Bisyri bin Haris mengatakan bahwa sufi ialah orang yang suci hatinya menghadap Allah SWT.<br />2. Sahl at-Tustari mengatakan bahwa sufi ialah orang yang bersih dari kekeruhan, penuh dengan renungan, putus hubungan dengan manusia dalam menghadap Allah SWT, dan baginya tiada beda antara harga emas dan pasir.<br />3. Al-Junaid al-Bagdadi (w. 289 H), tokoh sufi modern, mengatakan bahwa tasawuf ialah membersihkan hati dari sifat yang menyamai binatang dan melepaskan akhlak yang fitri, menekan sifat basyariah (kemanusiaan), menjauhi hawa nafsu, memberikan tempat bagi kerohanian, berpegang pada ilmu kebenaran, mengamalkan sesuatu yang lebih utama atas dasar keabadiannya, memberi nasihat kepada umat, benar-benar menepati janji terhadap Allah SWT, dan mengikuti syari’at Rasulullah SAW.<br />4. Abu Qasim Abdul Kari mal-Qusyairi memberikan definisi bahwa tasawuf ialah menjabarkan ajaran-ajaran al-Qur’an dan sunah, berjuang mengendalikan nafsu, menjauhi perbuatan bid’ah, mengendalikan syahwat, dan menghindari sikap meringan-ringankan ibadah.<br />5. Abu Yazid al-Bustami secara lebih luas mengatakan bahwa arti tasawuf mencakup tiga aspek, yaitu kha (melepaskan diri dari perangai yang tercela), ha (menghiasi diri dengan akhlak yang terpuji) dan jim (mendekatkan diri kepada Tuhan). </div><div align="left"><br /><strong>C. TUJUAN TASAWUF</strong> </div><div align="left"><br />Adapun tujuan tasawuf adalah:<br />1. Menurut Harun Nasution, tujuan tasawuf adalah mendekatkan diri sedekat mungkin dengan Tuhan sehingga ia dapat melihat-Nya dengan mata hati bahkan rohnya dapat bersatu dengan Roh Tuhan.<br />2. Menurut K. Permadi, tujuan tasawuf ialah fana untuk mencapai makrifatullah, yaitu leburnya diri pribadi pada kebaqaan Allah, dimana perasaan keinsanan lenyap diliputi rasa ketuhanan. </div><div align="left"> </div><div align="left">Dengan demikian inti dari ajaran tasawuf adalah menempatkan Allah sebagai pusat segala aktivitas kehidupan dan menghadirkan-Nya dalam diri manusia sebagai usaha memperoleh keridaan-Nya. </div><div align="left"><br /><strong>D. ASAL USUL TASAWUF</strong> </div><div align="left"><br />Tasawuf Islam bersumber dari al-Qur’an dan Hadis. Banyak ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi SAW. berbicara tentang hubungan antara Allah dengan hamba-Nya manusia, diantaranya seperti tertulis pada pendahuluan di atas. </div><div align="left"> </div><div align="left"></div><div align="left">Secara umum Islam mengatur kehidupan yang bersifat lahiriah atau jasadiah, dan kehidupan yang bersifat batiniah. Pada unsur kehidupan yang bersifat batiniah inilah kemudian lahir tasawuf. Unsur kehidupan tasawuf ini mendapat perhatian yang cukup besar dari sumber ajaran Islam, al-Qur’an dan al-Sunnah serta praktek kehidupan Nabi dan sahabatnya. Lebih jauh, al-Qur’an berbicara tentang kemungkinan manusia dan Tuhan dapat saling mencintai (mahabbah) seperti dalam al-Maidah: 54; perintah agar manusia senantiasa bertaubat (at-Tahrim: 8); petunjuk bahwa manusia akan senantiasa bertemu dengan Tuhan dimanapun mereka berada (al-Baqarah: 110); Allah dapat memberikan cahaya kepada orang yang dikehendaki (an-Nur: 35); Allah mengingatkan manusia agar dalam hidupnya tidak diperbudak oleh kehidupan dunia dan harta benda (al-Hadid, al-Fathir: 5); dan senantiasa bersikap sabar dalam menjalani pendakatan diri kepada Allah SWT (Ali Imron: 3).<br />Begitu juga perintah Allah untuk ikhlas semata mengharap ridha-Nya dalam beribadah (al-Bayinah: 5); berperilaku jujur (al-Anfal: 58), adil, taqwa (al-Maidah: 6); yakin, tawakal (al-Anfal: 49); qonaah, rendah hati dan tidak sombong (al-Isra’:37); beribadah dengan penuh pengharapan terhadap ridha-Nya (raja’) (al-Kahfi: 110), takut terhadap murka Allah atas segala dosa (khauf) (at-Tahrim: 6); menahan hawa nafsu (Yusuf: 53); amar ma’ruf nahi munkar (Ali Imron: 104); dan banyak lagi konsep akhlak dan amal diajarkan dalam al-Qur’an kesemuanya adalah sumber tasawuf dalam Islam. </div><div align="left"><br />Sejalan dengan apa yang dibicarakan al-Qur’an, as-Sunnah pun banyak berbicara tentang kehidupan rohaniah. Teks hadis qudsi berikut dapat dipahami dengan pendekatan tasawuf: </div><div align="left"><br /><span style="font-size:130%;">كنت كنزا مخفيا فاحببت ان اعرف فخلقت الخلق فبى عرفونى</span><br /><em></em></div><div align="left"><em></em> </div><div align="left"><em>“Aku adalah perbendaharaan yang tersembunyi, maka Aku menjadikan makhluk agar mereka mengenal-Ku”.</em><br /><br />Hadis tersebut memberi petunjuk bahwa alam raya, termasuk manusia adalah merupakan cermin Tuhan, atau bayangan Tuhan. Tuhan ingin mengenalkan diri-Nya melalui penciptaan alam ini. Dengan demikian dalam alam raya ini terdapat potensi ketuhanan yang dapat didayagunakan untuk mengenal-Nya. Dan apa yang ada di alam raya ini pada hakikatnya adalah milik Tuhan dan akan kembali kepada-Nya, sebagaimana firman-Nya dalam al-Baqarah: 156: “Orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun" Sesungguhnya Kami adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah Kami kembali.” dan al-Baqarah 45-46: “Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. dan Sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu', (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.” </div><div align="left"><br />Juga hadis riwayat Imam Bukhari berikut yang menyatakan: </div><div align="left"><br /><span style="font-size:130%;">لا يزال العبد يتقرب الي بالنوافل حتى احبه فاذا احببته كنت سمعه الذى يسمع وبصره الذى يبصر به ولسانه الذى ينطق به ويده الذى يبطش بها ورجله الذى يمشوى بها فبى يسمع فبى يبصر وبى ينطق وبى يعقل وبى يبطش وبى يمشى.<br /></span></div><div align="left"><em></em></div><div align="left"><em></em> </div><div align="left"><em>“Senantiasa seorang hamba itu mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan-amalan sunat, sehingga Aku mencintainya. Maka apabila Aku mencintainya maka jadilah Aku pendengarannya yang dia pakai untuk mendengar, penglihatannya yang dia pakai untuk melihat, lidahnya yang dia pakai untuk berbicara, tangannya yang dia pakai untuk mengepal dan kakinya yang dia pakai untuk berjalan; maka dengan-Ku lah dia mendengar, melihat, berbicara, berfikir, meninju dan berjalan.”</em><br /><br />Hadis tersebut memberi petunjuk dapat bersatunya manusia dan Tuhan, yang selanjutnya dikenal dengan istilah al-Fana’ yaitu fana’nya makhluk kepada Tuhan yang saling mencintai.<br />Benih-benih tasawuf dipraktekkan langsung oleh Muhammad SAW. dalam kehidupan kesehariannya. Perilaku hidup Nabi SAW sebelum diangkat menjadi Rasul, berhari-hari beliau berkhalawat di gua Hira’, terutama pada bulan Ramadhan. Di sana Nabi SAW banyak berzikir dan bertafakur mendekatkan diri kepada Allah SWT. Pengasingan diri Nabi SAW. di gua Hira’ ini merupakan acuan utama para sufi dalam berkhalawat. Puncak kedekatan Nabi SAW dengan Allah terjadi ketika beliau melakukan Isro’ wal mi’roj. Dikisahkan Nabi berdialog langsung dengan Allah ketika menerima perintah Shalat lima waktu. </div><div align="left"><br />Perikehidupan (sirah) Nabi SAW juga merupakan benih-benih tasawuf, yaitu pribadi Nabi yang sederhana, zuhud, dan tidak pernah terpesona oleh kemewahan dunia. Dalam salah satu do’anya nabi bermohon: “Wahai Allah, hidupkanlah aku dalam kemiskinan dan matikanlah aku selaku orang miskin.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah dan Hakim). Pada suatu waktu Nabi SAW datang ke rumah istrinya, Aisyah binti Abu Bakar as-Shidiq, ternyata di rumahnya tidak ada makanan. Keadaan seperti ini diterimanya dengan sabar, lalu beliau menahan laparnya dengan berpuasa (HR. Abu Daud, Tirmidzi dan Nasai). Nabi juga sering mengganjal perutnya dengan batu sebagai penahan lapar. </div><div align="left"><br />Cara beribadah Nabi SAW juga merupakan cikal-bakal tasawuf. Nabi SAW adalah orang yang paling tekun beribadah. Dalam satu riwayat dari Aisyah RA disebutkan bahwa pada suatu malam Nabi SAW mengerjakan shalat malam; di dalam shalat lututnya bergetar karena panjang, banyak rakaat serta khusu’ dalam shalatnya. Tatkala ruku’ dan sujud terdengar suara tangisnya, namun beliau tetap terus melakukan shalat sampai suara azan Bilal bin Rabah terdengar di waktu subuh. Melihat Nabi SAW demikian tekun melakukan shalat, Aisyah bertanya: “Wahai junjungan, bukankah dosamu yang terdahulu dan akan datang telah diampuni Allah, kenapa engkau masih terlalu banyak melakukan shalat?” Nabi SAW menjawab: ‘Aku ingin menjadi hamba yang banyak bersyukur”. (HR. Bukhari dan Muslim).<br />Akhlak Nabi SAW merupakan acuan akhlak yang tiada bandingannya. Akhlak Nabi bukan hanya dipuji oleh manusia termasuk musuh-musuhnya, tetapi juga oleh Allah SWT. Allah berfirman: “Dan sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung”. (QS. 68:4). Dan ketika Aisyah ditanya tentang akhlak Nabi SAW, ia menjawab: “Akhlaknya adalah al-Qur’an”. (HR. Ahmad dan Muslim). </div><div align="left"><br />Ajaran rasul tentang bersikap dan berperilaku dalam kehidupan sehari-hari banyak diikuti oleh para sahabatnya, dilanjutkan oleh para tabi’in, tabiit tabi’in dan seluruh Muslim hingga saat ini . Mereka mengikuti firman Allah: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (Al-Ahzab: 21). </div><div align="left"><br />Demikian sekilas asal-usul tasawuf dalam Islam. Jelas asal-usul tasawuf Islam bersumber dari al-Qur’an dan Hadis. Namun demikian perlu juga kita perhatikan pendapat dari kalangan orientalis Barat. Mereka mengatakan bahwa sumber yang membentuk tasawuf itu ada lima, yaitu unsur Islam, unsur Masehi (agama Nasrani), unsur Yunani, unsur Hindu/Budha dan unsur Persia. Unsur dari Islam sudah dijelaskan pada penjelasan sebelumnya, selanjutnya unsur di luar Islam yang masuk ke dalam tasawuf menurut orientalis dapat dijelaskan berikut: </div><div align="left"><br />1. Unsur Masehi (agama Nasrani) </div><div align="left"><br />Orang Arab sangat menyukai cara kependataan, khususnya dalam hal latihan jiwa dan ibadah. Atas dasar ini Von Kromyer berpendapat bahwa tasawuf adalah buah dari unsur agama Nasrani yang terdapat pada zaman Jahiliyah.Hal ini diperkuat pula oleh Gold Ziher yang mengatakan bahwa sikap fakir dalam Islam adalah merupakan cabang dari agama Nasrani. Selanjutnya Noldicker mengatakan bahwa pakaian kasar yang kelak digunakan para sufi sebagai lambang kesederhanaan hidup adalah merupakan pakaian yang biasa dipakai oleh para pendeta. Sedangkan Nicholson mengatakan bahwa istilah-istilah tasawuf itu berasal dari agama Nasrani, dan bahkan ada yang berpendapat bahwa aliran tasawuf berasal dari agama Nasrani.<br />Unsur lain yang dikatakan berasal dari Nasrani adalah sikap fakir. Menurut keyakinan Nasrani bahwa Isa bin Maryam adalah seorang yang fakir, dan Injil juga disampaikan kepada orang fakir. Isa berkata: “Beruntunglah kamu orang-orang miskin, karena bagi kamulah kerajaan Allah. Beruntunglah kamu orang yang lapar, karena kamu akan kenyang.” Selanjutnya adalah sikap tawakal kepada Allah dalam soal penghidupan terlihat pada peranan syekh yang menyerupai pendeta, bedanya pendeta dapat menghapus dosa; selibasi, yaitu menahan diri tidak kawin karena kawin dianggap dapat mengalihkan perhatian diri dari Khalik, dan penyaksian, dimana sufi dapat menyaksikan hakikat Allah dan mengadakan hubungan dengan Allah. </div><div align="left"><br />2. Unsur Yunani </div><div align="left"><br />Kebudayaan Yunani yaitu filsafatnya telah masuk pada dunia Islam di mana perkembangannya dimulai pada akhir Daulah Umayyah dan puncaknya pada Daulah Abbasiyah, metode berpikir filsafat Yunani ini juga telah ikut mempengaruhi pola fikir sebagian orang Islam yang ingin berhubungan dengan Tuhan. Pada persoalan ini, boleh jadi tasawuf yang terkena pengaruh Yunani adalah tasawuf yang kemudian diklasifikasikan sebagai tasawuf yang bercorak filsafat. Hal ini dapat dilihat dari pikiran al-Farabi, al-Kindi, Ibnu Sina, terutama dalam uraian tentang filsafat jiwa. Demikian juga pada uraian-uraian tasawuf dari Abu Yazid, al-Hallaj, Ibnu Arabi, Syukhrawardi, dan lain sebagainya. </div><div align="left"><br />Selain itu, ada yang mengatakan bahwa masuknya filsafat ke dunia Islam melalui mazhab paripatetic dan Neo-Platonisme. Mazhab yang pertama (paripatetic) kelihatannya lebih banyak masuk ke dalam bentuk skolastisisme ortodoks (kalam), sedangkan untuk Neo Platonisme lebih masuk kepada dunia tasawuf. </div><div align="left"> </div><div align="left"></div><div align="left">Filsafat emanasinya Plotinus yang mengatakan bahwa wujud ini memancar dari zat Tuhan Yang Maha Esa menjadi salah satu dasar argumentasi para orientalis dalam menyikapi asal mula tasawuf di dunia Islam. Dalam emanasinya, Plotinus menjelaskan bahwa roh berasal dari Tuhan dan akan kembali kepada Tuhan. Akan tetapi ketika masuk ke alam materi, roh menjadi kotor, dan untuk kembali ke tempat asalnya, roh harus terlebih dahulu dibersihkan. Penyucian roh dilakukan dengan cara meninggalkan dunia dan mendekati Tuhan sebisa mungkin, atau bersatu dengan Tuhan. Dikatakan pula bahwa filsafat ini mempunyai pengaruh terhadap munculnya kaum zahid dan sufi dalam Islam. </div><div align="left"><br />3. Unsur Hindu/Budha </div><div align="left"><br />Tasawuf dan sistem kepercayaan agama Hindu memiliki persamaan, seperti sikap fakir. Darwis Al-Birawi mencatat adanya persamaan cara ibadah dan mujahadah pada tasawuf dan ajaran Hindu. Demikian juga pada paham reinkarnasi (perpindahan roh dari satu badan ke badan lain), cara pelepasan dari dunia versi Hindu-Budha dengan persatuan diri dengan jalan mengingat Allah. </div><div align="left"> </div><div align="left">Salah satu maqamat sufiah al-Fana nampaknya ada persamaan dengan ajaran Nirwana dalam agama Hindu. Gold Ziher mengatakan bahwa ada hubungan persamaan antara tokoh Sidharta Gautama dengan Ibrahim bin Adham tokoh sufi. </div><div align="left"><br />Menurut Qomar Kailan pendapat-pendapat ini terlalu ekstrim sekali karena kalau diterima bahwa ajaran tasawuf itu berasal dari Hindu/Budha berarti zaman Nabi Muhammad telah berkembang ajaran Hindu/Budha itu ke Mekkah, padahal sepanjang sejarah belum ada kesimpulan seperti itu. </div><div align="left"><br />4. Unsur Persia </div><div align="left"><br />Sebenarnya Arab dan Persia memiliki hubungan sejak lama, yaitu pada bidang politik, pemikiran, kemasyarakatan dan sastra. Namun, belum ditemukan argumentasi kuat yang menyatakan bahwa kehidupan rohani Persia telah masuk ke tanah Arab. Yang jelas kehidupan kerohanian Arab masuk ke Persia hingga orang-orang Persia itu terkenal sebagai ahli-ahli tasawuf. Barangkali ada persamaan antara istilah zuhud di Arab dengan zuhud menurut agama Manu dan Mazdaq; antara istilah Hakikat Muhammad dan paham Hormuz (Tuhan Kebaikan) dalam agama Zarathustra. </div><div align="left"><br />Dari semua uraian di atas dapatlah disimpulkan bahwa sebenarnya tasawuf itu bersumber dari ajaran Islam itu sendiri ialah al-Qur’an dan Sunah, mengingat yang dipraktekkan Nabi SAW dan para sahabat. Namun setelah tasawuf itu berkembang menjadi pemikiran, bisa saja ia mendapat pengaruh dari luar seperti filsafat Yunani dan sebagainya. Dan andaipun terdapat persamaan dengan ajaran beberapa agama, kemungkinan yang dapat terjadi adalah persamaan dengan agama-agama samawi (Nasrani dan Yahudi), mengingat semua agama samawi berasal dari tuhan yang sama Allah SWT yang dalam Islam diyakini sama mengajarkan tentang ketauhidan. </div><div align="left"><br /><strong>E. MAQAMAT</strong> </div><div align="left"><br />Secara harfiah maqamat berasal dari bahasa Arab yang berarti tempat orang berdiri atau pangkal mulia. Istilah ini selanjutnya digunakan untuk arti sebagai jalan panjang yang harus ditempuh oleh seorang sufi untuk berada dekat dengan Allah. Dalam bahasa Inggris maqamat dikenal dengan istilah stages yang berarti tangga. Harun Nasution menyebut dengan istilah stations. </div><div align="left"><br />Tentang berapa jumlah tangga, station atau maqamat yang harus ditempuh oleh seorang sufi untuk sampai menuju Tuhan, di kalangan sufi tidak sama pendapatnya. Muhammad al-Kalabazy dalam kitabnya al-Ta’aruf Mazhab ahl al-Tasawwuf, sebagai dikutip Harun Nasution misalnya mengatakan bahwa maqamat itu jumlahnya ada sepuluh, yaitu: al-taubah, al-zuhud, al-shabr, al-faqr, al-tawadlu’, al-taqwa, al-tawakkal, al-ridla, al-mahabbah dan al-ma’rifah. Abu Nasr al-Sarraj al-Tusi dalam kitab al-Luma’ menyebutkan jumlah maqamat hanya tujuh, yaitu: al-taubah, al-wara’, al-zuhud, al-faqr, al-tawakkal, al-mahabbah, al-ma’rifah, dan al-ridha. Sementara itu Imam al-Ghazali dalam kitabnya Ihya’ Ulum al-Din mengatakan bahwa maqamat itu ada delapan, yaitu: al-taubah, al-shabr, al-zuhud, al-tawakkal, al-mahabbah, al-ma’rifah dan al-ridla. </div><div align="left"><br />Kutipan di atas memperlihatkan penyebutan maqamat yang berbeda-beda, namun ada maqamat yang oleh kalangan sufi disepakati, ialah: al-taubah, al-zuhud, al-wara’, al-faqr, al-shabr, al-tawakkal dan al-ridla. Sedangkan al-tawadhlu, al-mahabbah dan al-ma’rifah oleh mereka tidak disepakati sebagai maqamat, ketiga istilah terakhir oleh para sufi terkadang disebut sebagai maqamat, dan terkadang sebagai hal dan ittihad (tercapainya kesatuan wujud rohaniah dengan Tuhan).<br />Berikut kami uraikan secara singkat tujuh maqamat yang disepakati: </div><div align="left"><br />1. al- Taubah </div><div align="left"><br />Banyak ayat al-Qur’an dan Hadis yang mendorong setiap hamba untuk selalu bertobat terhadap kesalahan. Diantaranya firman Allah: </div><div align="left"><br /><span style="font-size:130%;">وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ</span><br /></div><div align="left"><em></em></div><div align="left"><em></em> </div><div align="left"><em>“Dan orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau Menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.” (Ali Imron: 135)<br /></em><br />Nabi SAW bersabda: </div><div align="left"><br /><span style="font-size:130%;">قال الله تعالى ياابن ادم إنك ما دعوتنى ورجوتنى غفرت لك على ما كان منك ولا أبالى ياابن ادم لو بلغت ذنوبك عنان السماء ثم استغفرتنى غفرت لك ياابن ادم إنك لو أتيتنى بقراب الأرض خطايا ثم لقيتنى لا تشرك بى شيئا لاتيتك بقرابها مغفرة. رواه الترمذى<br /></span></div><div align="left"><em></em></div><div align="left"><em></em> </div><div align="left"><em>“Allah SWT berfirman: “Wahai Ibn Adam sesungguhnya sepanjang engkau memohon dan mengharap kepada-Ku, Aku ampuni engkau atas segala dosa yang ada dan aku tidak peduli (seberapapun), Wahai ibn Adam, andai saja dosamu sampai sepenuh langit kemudian engkau datang memohon ampun kepada-Ku, engkau akan aku ampuni, Wahai ibn Adam, sesungguhnya andai engkau datang kepada-Ku dengan dosa sepenuh bumi kemudian bertemu dengan-Ku dengan tidak menyekutukan Aku pada suatu apapun, pasti Aku akan mendatangimu (pula) dengan ampunan sepenuh isi bumi.” (HR. Tarmidzi)<br /></em><br />Dalam ajaran tasawuf konsep taubat dikembangkan dan mendapat berbagai macam pengertian. Taubat dibedakan menjadi taubat dalam syariat biasa ialah taubatnya orang awam dan maqam taubat ialah taubat orang khawas. Dalam hal ini ulama sufi Dzu al-Nun al-Mishri mengatakan: </div><div align="left"><br /><span style="font-size:130%;">توبة العوام من الذنوب وتوبة الخواص من الغفلة</span><br /></div><div align="left"><em></em></div><div align="left"><em></em> </div><div align="left"><em>“Taubatnya orang-orang awam adalah (sekedar) taubat dari dosa-dosa, sedang taubat orang khawas ialah taubat dari ghaflah (lalai mengingat Tuhan).”<br /></em><br />Bagi golongan khawas atau sufi, yang dipandang dosa adalah tidak sekedar berbuat maksiat kepada Allah, bahkan yang terbesar adalah dosa ghaflah (terlena dari mengingat Tuhan). Dengan demikian taubat merupakan pangkal peralihan dari hidup lama (ghaflah) ke kehidupan baru secara sufi, yakni hidup selalu mengingat Tuhan sepanjang masa. Karena taubat menurut sufi terutama adalah taubat dari ghaflah, maka kesempurnaan taubat menurut ajaran tasawuf adalah apabila telah tercapai maqam التوبة من توبة (taubat dari taubat), maksudnya mentaubati terhadap kesadaran keberadaan diri dan kesadaran akan taubatnya itu sendiri. Dalam hal ini Hujwiri mengatakan:<br />“Orang yang bertaubat adalah pencinta Tuhan. Pencinta Tuhan adalah selalu ingat pada Tuhan. Maka ingat pada Tuhan berarti salah bila masih ingat akan dosanya. Karena ingat akan dosa itu adalah tabir penyekat antara Tuhan dengan pengingat Tuhan. Kesadaran akan keberadaan dirinya itu termasuk dosa, bahkan dosa yang paling besar dari segala dosa-dosa. Melupakan dosa dengan demikian harus melupakan keberadaan dirinya.”<br /><br />Keberadaan pada maqam التوبة من توبة dalam ilmu tasawuf adalah proses kepada hal (mystical sate), yakni telah merupakan anugerah Tuhan semata-mata, dan bukan lagi hasil upaya manusia. Dalam hal ini R.A. Nicholson mengatakan:<br />“Acording to the hit mystical theory, repentance is purely an act of divine grace, coming from God to man, not from man to God.”<br />Menurut teori mistik yang tinggi, taubat semata-mata anugerah Tuhan, datang dari Tuhan kepada manusia, bukan dari manusia kepada Tuhan.”<br /><br />2. al-Wara </div><div align="left"><br />Secara harfiah al-Wara’ artinya saleh, menjauhkan diri dari perbuatan dosa. Kata ini selanjutnya mengandung arti menjauhi hal-hal yang tidak baik. Dan dalam pengertian sufi al-Wara’ adalah meninggalkan segala yang di dalamnya terdapat keragu-raguan antara halal dan haram (subhat).<br />Ibrahim bin Adham, seorang ulama sufi mengatakan: </div><div align="left"><br /><span style="font-size:130%;">الورع ترك كل شبهة وترك مالا يعنيك وهو ترك الفضلات</span> </div><div align="left"><br /><em>”Wara’ adalah meninggalkan setiap yang berbau subhat dan meninggalkan apa yang tidak perlu, yaitu meninggalkan berbagai macam kesenangan.”<br /></em><br />Dasar dari sikap al-Wara’ adalah sabda Nabi SAW.: </div><div align="left"><br /><span style="font-size:130%;">فمن اتقى من الشبهات فقد استبرأ من الحرام .رواه البخارى<br /><img class="gl_size" alt="Ukuran huruf" src="http://www.blogger.com/img/blank.gif" border="0" /></span></div><div align="left"></div><div align="left"><em></em></div><div align="left"><em></em> </div><div align="left"><em>“Barangsiapa yang dirinya terbebas dari subhat, maka sesungguhnya ia telah terbebas dari yang haram.” (HR. Bukhari).<br /></em><br />Sahabat Nabi SAW. Abu Bakar as-Shiddiq pernah berkata: </div><div align="left"><br /><span style="font-size:130%;">كنا ندع سبعين بابا من الحلال مخافة أن نقع فى باب من الحرام<br /></span></div><div align="left"><em></em></div><div align="left"><em></em> </div><div align="left"><em>“Kami meningalkan tujuh puluh pintu menuju yang halal lantaran takut jatuh pada satu pintu menuju haram”.<br /></em><br />Ulama sufi membagi wara’ ke dalam beberapa tingkatan, seperti dikatakan oleh Yahya bin Ma’adz: </div><div align="left"><br /><span style="font-size:130%;">الورع على وجهين ورع فى الظاهر وهو أن لا يتحرك إلا لله تعالى وورع فى الباطن وهو أن لا يدخل قلبك سواه تعالى</span><br /></div><div align="left"><em>“Wara’ itu dua tingkat, wara’ segi lahir yaitu hendaklah kamu tidak bergerak kecuali untuk ibadah pada Allah; dan wara’ batin, yakni agar tidak masuk dalam hatimu kecuali Allah Ta’ala.”</em><br /><br />3. al-Zuhud </div><div align="left"><br />Secara harfiah al-Zuhud berarti tidak ingin kepada sesuatu yang bersifat keduniawian. Sedangkan menurut Harun Nasution keadaan meninggalkan dunia dan hidup kematerian. Selanjutnya menurut al-Qusyairi, ulama berbeda pendapat dalam mengartikan zuhud. Sebagian ada yang mengatakan bahwa zuhud adalah orang yang zuhud dalam masalah yang haram, karena yang halal adalah sesuatu yang mubah dalam pandangan Allah, yaitu orang yang diberikan nikmat berupa harta yang halal, kemudian ia bersyukur dan meninggalkan dunia itu dengan kesadarannya sendiri. Sebagian ada pula yang mengatakan bahwa zuhud adalah zuhud dalam yang haram sebagai suatu kewajiban. </div><div align="left"><br />Dilihat dari maksudnya, zuhud terbagi menjadi tiga tingkatan, Pertama (terendah), ialah menjauhkan dunia agar terhindari dari hukuman akhirat. Kedua, menjauhi dunia dengan menimbang imbalan di akhirat. Dan Ketiga (tertinggi), mengucilkan dunia bukan karena takut atau karena berharap, tetapi karena cinta kepada Allah belaka. Orang yang berada pada tingkat tertinggi ini akan memandang segala sesuatu, kecuali Allah, tidak mempunyai arti apa-apa.<br />Dasar dari sikap zuhud adalah firman Allah: </div><div align="left"><br /><span style="font-size:130%;">قُلْ مَتَاعُ الدُّنْيَا قَلِيلٌ وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ لِمَنِ اتَّقَى وَلَا تُظْلَمُونَ فَتِيلًا</span><br /></div><div align="left"><em></em></div><div align="left"><em></em> </div><div align="left"><em>“Katakanlah: "Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa, dan kamu tidak akan dianiaya sedikitpun.” (an-Nisa’: 77)<br /></em><br /><span style="font-size:130%;">وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَلَلدَّارُ الْآخِرَةُ خَيْرٌ لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ أَفَلَا تَعْقِلُونَ</span></div><div align="left"></div><div align="left"><em></em></div><div align="left"><em></em> </div><div align="left"><em>“Dan Tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka[468]. dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?” (al-An’am: 32)<br /></em><br /><span style="font-size:130%;">فَمَا مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا فِي الْآخِرَةِ إِلَّا قَلِيلٌ<br /></div></span><div align="left"><em>“ Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) diakhirat hanyalah sedikit.” (at-Taubah: 38)<br /></em><br /><span style="font-size:130%;">وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَى<br /></span></div><div align="left"><em></em></div><div align="left"><em></em> </div><div align="left"><em>“sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal.” (al-A’la: 17)<br /></em><br />Abdul Hakim Hasan dalam bukunya al-Thashawwuf fi al-Syi’ri al-‘Arabi mengatakan:<br />“Adapun zuhud menurut bahasa Arab materinya tidak berkeinginan. Dikatakan, zuhud pada sesuatu apabila tidak tamak padanya. Adapun sasarannya adalah dunia. Dikatakan pada seseorang bila dia menarik diri untuk tekun beribadah dan menghindarkan diri dari keinginan menikmati kelezatan hidup adalah zuhud pada dunia. Nabi SAW. bersabda: ”Jika kamu sekalian melihat seseorang dianugerahi zuhud di dunia dan cerdas nalarnya, maka kau dekatilah dia, bahwasanya dia adalah orang bijaksana.” Dikatakan, zuhud adalah setengah dari firman Allah: “(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu; dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu” (al-Hadid: 23). Maka seorang zahid tidak bergembira dengan adanya dunia di tangannya. Abu ‘Usman berkata: “Zuhud itu kamu tinggalkan dunia, kemudian kamu tidak peduli siapa yang mengambilnya”. Kesemua makna-makna di atas berkisar pada menghindari kelezatan hidup duniawi dan kenikmatannya, dan ketiadaan kecenderungan kepadanya. Maka Zuhud itu salbi (negatif) sifatnya.”<br /><br />4. Fakir </div><div align="left"><br />Secara harfiah fakir biasanya diartikan sebagai orang yang berhajat, butuh atau orang miskin. Sedangkan dalam pandangan sufi, fakir adalah tidak meminta lebih dari apa yang telah ada pada diri kita. Tidak meminta rezeki kecuali hanya untuk dapat menjalankan kewajiban-kewajiban. Tidak meminta sungguhpun tak ada pada diri kita, kalau diberi diterima. Tidak meminta tetapi tidak menolak. </div><div align="left"><br />Jika pada maqam wara’ seorang sufi berusaha meninggalkan subhat agar hidup hanya mencari yang jelas halal, kemudian dengan zuhud telah menjauhi keinginan terhadap yang halal-halal dan hanya yang amat penting bagi kelangsungan hidupnya, maka dalam maqam fakir seorang sufi mengosongkan seluruh hati dari ikatan dan keinginan terhadap apa saja selain Allah. Maqam fakir merupakan perwujudan upaya “tahthir al qalbi bi ‘l-kulliyati ‘an ma siwa ‘llah” (penyucian hati secara keseluruhan terhadap apa yang selain Allah). Inilah ajaran qath’u al-‘ala’iq قطع العلائق atau tajrid التجريد yakni ajaran untuk membelakangi atau membuang dunia. Yang dituju dengan konsep fakir atau tajrid sebenarnya hanyalah memutuskan persangkutan hati dengan dunia, sehingga hatinya hanya terisi pada kegandrungan pada keindahan penghayatan makrifat pada Zat Allah saja disepenjang keadaan. Yakni terciptanya suasana hati yang netral, tidak ingin dan tidak memikirkan ada atau tidaknya dunia. </div><div align="left"><br />Yang menjadi dasar maqam fakir ini, menurut Imam al-Ghazali, adalah kelakuan Nabi SAW sewaktu emas belum diharamkan bagi pria, Nabi pernah berkhotbah dan di tengah-tengah khotbahnya beliau berhenti serta menanggalkan dan melempar cincin emas dari tangan beliau. Sewaktu ditanyakan tentang kejadian itu beliau menjawab bahwa cincin itu mengganggu kekhususkan khotbahwanya. </div><div align="left"><br />5. Maqam Sabar </div><div align="left"><br />Secara harfiah, sabar berarti tabah hati. Menurut Zun al-Nun al-Mishry, sabar artinya menjauhkan diri dari hal-hal yang bertentangan dengan kehendak Allah, tetapi tenang ketika mendapatkan cobaan, dan menampakkan sikap cukup walaupun sebenarnya berada dalam kefakiran dalam bidang ekonomi. Selanjutnya Ibn Atma mengatakan sabar artinya tetap tabah dalam menghadapi cobaan dengan sikap yang baik. Ibn Usman al-Hariri mengatakan, sabar adalah orang yang mampu memasung dirinya atas segala sesuatu yang kurang menyenangkan. Pendapat lain mengatakan sabar adalah menghilangkan rasa mendapatkan cobaan tanpa menunjukkan rasa kesal.<br />Dasar maqam sabar, banyak terdapat dalam firman Allah dan hadis Nabi diantaranya: </div><div align="left"><br /><span style="font-size:130%;">فَاصْبِرْ كَمَا صَبَرَ أُولُو الْعَزْمِ مِنَ الرُّسُلِ وَلَا تَسْتَعْجِلْ لَهُمْ</span><br /></div><div align="left"><em></em></div><div align="left"><em></em> </div><div align="left"><em>“Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari Rasul-rasul telah bersabar dan janganlah kamu meminta disegerakan (azab) bagi mereka.” (al-Ahqaf: 35)</em><br /><br /><span style="font-size:130%;">يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ<br /></div></span><div align="left"><em>“Hai orang-orang yang beriman, Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (al-Baqarah: 153) </em><br /><br />Dalam tasawuf sabar dijadikan satu maqam sesudah fakir yang merupakan syarat untuk bisa berkonsentrasi dalam berzikir mengingat Allah. Dalam keadaan fakir, seseorang dalam hidupnya tentu akan dilanda berbagai macam penderitaan dan kepincangan. Oleh sebab itu ia harus segera melangkah ke maqam sabar. Jadi dengan maqam sabar, para sufi memang telah menyengaja dan menyiapkan diri bergelimang dengan seribu satu kesulitan dan derita dalam hidupnya dengan sikap sabar, tanpa ada keluhan sedikitpun. Itulah laku maqam sabar dalam tasawuf. </div><div align="left"><br />6. Maqam Tawakal </div><div align="left"><br />Dasar tawakal sebagai maqam dalam sufi, adalah firman Allah: </div><div align="left"><br /><span style="font-size:130%;">قُلْ لَنْ يُصِيبَنَا إِلَّا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَنَا هُوَ مَوْلَانَا وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ</span><br /></div><div align="left"><em></em></div><div align="left"><em></em> </div><div align="left"><em>“Katakanlah: "Sekali-kali tidak akan menimpa Kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami. Dialah pelindung Kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal." (at-Taubah: 51)<br /></em><br /><span style="font-size:130%;">وَاتَّقُوا اللَّهَ وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ<br /></div></span><div align="left"><em>“Dan bertakwalah kepada Allah, dan hanya kepada Allah sajalah orang-orang mukmin itu harus bertawakkal.” (al-Maidah: 11)<br /></em><br />Dalam syari’at Islam Ahlus Sunnah diajarkan bahwa tawakal dilakukan sesudah segala daya upaya dan iktiyar dijalankan. Jadi yang ditawakalkan atau digantungkan pada rahmat pertolongan Allah adalah hasil usaha setelah segala ikhtiyar dilakukan. Sedangkan dalam tasawuf maqam tawakal dijadikan sebagai wasilah atau tangga untuk memalingkan dan menyucikan hati manusia agar tidak terikat dan tidak ingin dan memikirkan keduniaan serta apa saja selain Allah, dan menyerahkan segala sesuatu termasuk jiwa raganya hanya kepada Allah SWT. </div><div align="left"><br />Dalam risalah Qusyairiyah disebutkan bawa Sahl bin Abdullah mengatakan: “Permulaan dari maqam tawakal itu adalah seorang hamba (manusia) di depan Allah Yang Maha Kuasa laksana mayat di depan orang yang memandikan, dibolak-balikkan sekehendaknya tanpa bergerak dan ikhtiyar.” Dalam risalah ini juga disebutkan bahwa Hamdun mengatakan: ”Tawakal itu berserah diri (mempercayakan diri) pada jaminan pemeliharaan Allah sepenuhnya.”<br />Konsep tawakal yang dikembangkan oleh kalangan sufi condong kepada tawakal faham jabariah, ialah menggantungkan segalanya kepada Allah SWT. Hal ini karena penghayatan akhir yang dicitakan oleh seorang sufi adalah penghayatan yang diluar kemampuan dan ikhtiyar manusia, akan tetapi karena kehendak Allah semata seperti penghayatan fana’ dan mukasyafah, suatu pengalaman ruhaniah yang amat tergantung sepenuhnya pada kekuatan dari luar manusia. </div><div align="left"><br />7. Maqam Ridla </div><div align="left"><br />Setelah mencapai maqam tawakal, nasib hidup para sufi bulat-bulat diserahkan pada pemeliharaan dan rahmat Allah, meninggalkan dan membelakangi segala keinginan terhadap apa saja selain Allah, selanjutnya harus segera diikuti penataan hati untuk mencapai maqam ridla. </div><div align="left"><br />Maqam ridla adalah ajaran untuk menanggapi dan mengubah segala bentuk keadaan jiwa baik itu kebahagiaan, kesenangan, penderitaan, kesengsaraan dan kekusahan menjadi kegembiraan dan kenikmatan karena kebahagiaan menikmati segala pemberian Allah SWT. Yakni sebagaimana dikatakan oleh Imam al-Ghazali, rela menerima apa saja, segala yang telah dan sedang dialaminya itulah yang terbaik baginya, tak ada yang terlebih baik selain apa yang telah dan sedang dialaminya. Ibnu Khaff mengatakan tentang ridla: ”Kerelaan hati menerima ketentuan Tuhan, dan persetujuan hatinya terhadap yang diridhai Allah untuknya”. An-Nuri mengatakan: “Ridla itu kegirangan hati menanggapi kepedihan ketentuan Tuhan”. Robi’ah al-‘Adawiyah mengatakan: “Jika dia telah gembira menerima musibah seperti kegembiraannya menerima nikmat.” </div><div align="left"><br />Seorang sufi akan selalu bahagia bersama Tuhannya, karena bagi sufi segala keadaan hidup baik itu nikmat atau cobaan adalah dalam rangka beribadah semata mengharap ridha Allah SWT.<br />Dasar ridla sebagai maqam dalam sufi adalah firman Allah: </div><div align="left"><br /><span style="font-size:130%;">أَلَا إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ<br /></span></div><div align="left"><em></em></div><div align="left"><em></em> </div><div align="left"><em>“Ingatlah, Sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (Yunus: 62)<br /></em><br />Juga dalam hadis Qudsi, Allah berfirman: </div><div align="left"><br /><span style="font-size:130%;">إنني اناالله لا اله الا انا من لم يصبر على بلائى ولم يشكر لنعمائى ولم يرضى بقضائى فليخرج من تحت سمائى وليطلب ربا سواي</span><br /></div><div align="left"><em></em></div><div align="left"><em></em> </div><div align="left"><em>“Sesungguhnya Aku ini Allah, tiada Tuhan selain Aku. Barangsiapa yang tidak bersabar atas cobaan-Ku, tidak bersyukur atas segala nikmat-Ku serta tidak rela terhadap keputusan-Ku, maka hendaklah ia keluar dari kolong langit dan cari Tuhan selain Aku”.<br /></em><br />F. KESIMPULAN </div><div align="left"><br />1. Tasawuf itu bersumber dari ajaran Islam itu sendiri ialah al-Qur’an dan Sunah, mengingat yang dipraktekkan Nabi SAW dan para sahabat. Namun setelah tasawuf itu berkembang menjadi pemikiran, bisa saja ia mendapat pengaruh dari luar seperti filsafat Yunani dan sebagainya. Dan andaipun terdapat persamaan dengan ajaran beberapa agama, kemungkinan yang dapat terjadi adalah persamaan dengan agama-agama samawi (Nasrani dan Yahudi), mengingat semua agama samawi berasal dari tuhan yang sama Allah SWT yang dalam Islam diyakini sama mengajarkan tentang ketauhidan.<br />2. Para sufi mengenalkan jalan untuk mengenal Allah yang disebut Maqamat, ialah jalan panjang yang harus ditempuh oleh seorang sufi untuk berada dekat dengan Allah. Maqamat dalam sufi tersebut adalah: al-Taubah, al-Wara’, al-Zuhud, Fakir, Sabar, Tawakal, dan al-Ridla.<br /><br />DAFTAR PUSTAKA<br /><br />Abudin Nata, Dr. MA. Akhlak Tasawuf. Jakarta: RadjaGrafindo Persada, 2002<br />al-Ghazali. Ihya’ Ulumu al-Din. Jilid III. Beirut: Dar al-Fikr, t.t.<br />Asmaran As, Drs. MA. Pengantar Studi Tasawuf. Jakarta: RadjaGrafindo Persada, 1996<br />http://media.isnet.org/islam/Paramadina/Konteks/TasawufHN1.html<br />Permadi, K.Drs. S.H. Pengantar Ilmu Tasawuf. Jakarta: Rineka Cipta, 2004<br />Rosihon Anwar, Drs. M.Ag. Drs. Mukhtar Solihin, M.Ag. Ilmu Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia, 2000.<br />Simuh. Tasawuf dan Perkembangannya Dalam Islam. Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1996 </div>Isa Ansorihttp://www.blogger.com/profile/06952454540005742749noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-7122892912441967989.post-14446058003346253552009-01-23T13:59:00.001+07:002018-08-20T09:49:30.499+07:00TASAWUF: ASAL-USUL DAN MAQAMAT
<br />
<br />
<br />A. PENDAHULUAN
<br />
<br />Manusia adalah makhluk Allah yang sempurna yang diciptakan untuk menjadi khalifah Allah di muka bumi dengan tujuan semata beribadah kepada-Nya. Allah berfirman:
<br />
<br />لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ
<br />
<br />“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”. (At-Tin: 4)
<br />
<br />وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ(30)
<br />
<br /> “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (Al-Baqarah: 30)
<br />
<br />وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ(56)
<br /> “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (Ad-Dzariat: 56)
<br />
<br />Selanjutnya Rasulullah memberi tuntunan bagaimana proses ibadah itu hendaknya diwujudkan:
<br />عن أبي هُرَيْرَةَ قال كان النبيُّ صلى الله عليه وسلم بارزًا يومًا للناسِ فأَتاه رجلٌ فقال: ما الإيمان قال: الإيمان أن تؤمنَ بالله وملائكتِهِ وبلقائِهِ وبرسلِهِ وتؤمَن بالبعثِ قال: ما الإسلامُ قال: الإسلامُ أن تعبدَ اللهَ ولا تشركَ به وتقيمَ الصلاةَ وتؤدِّيَ الزكاةَ المفروضةَ وتصومَ رمضانَ قال: ما الإحسان قال: أن تعبدَ الله كأنك تراهُ، فإِن لم تكن تراه فإِنه يراك قال: متى الساعةُ قال: ما المسئولُ عنها بأَعْلَم مِنَ السائل، وسأُخبرُكَ عن أشراطِها؛ إِذا وَلَدَتِ الأَمَةُ رَبَّهَا، وَإِذا تطاولَ رُعاةُ الإبِلِ البَهْمُ في البنيان، في خمسٍ لا يعلمهنَّ إِلاَّ الله ثم تلا النبيُّ صلى الله عليه وسلم (إِنَّ الله عنده علم الساعة ) الآية: ثم أدبر فقال: رُدُّوه فلم يَرَوْا شيئاً فقال: هذا جبريل جاءَ يُعَلِّمُ الناسَ دينَهم (متفق عليه)
<br />“Dari Abi Hurairah ia berkata: Suatu hari Nabi SAW. nampak di tengah manusia, lalu seorang laki-laki mendatanginya dan bertanya: “Apakah iman itu?” Rasul menjawab: “Iman ialah engkau percaya pada Allah, Malaikat-Nya, bertemu dengan-Nya, Rasul-Nya dan bangkit dari kubur (hari kiamat). Lelaki itu bertanya lagi: “Apakah Islam itu?”. Rasul menjawab: “Islam adalah Engkau menyembah Allah dan jangan menyekutukan-Nya, dirikanlah shalat, tunaikan zakat fardhu, dan berpusa bulan Ramadhan”. Lelaki itu bertanya lagi: “Apakah Ihsan itu?”. Rasul menjawab: “Hendaklah engkau beribadah/menyembah Allah seolah-olah engkau melihat Allah, lalu jika engkau tak melihat-Nya ketahuilah sesungguhnya Dia melihatmu”. Lelaki itu bertanya lagi: “Kapan terjadi hari kiamat?”: Rasul menjawab: “Tidaklah orang yang ditanya tentang hal ini (rasul) lebih mengetahui jawabannya dari si penanya, aku akan jelaskan tentang tanda-tanda kiamat (ialah): apabila seorang budak melahirkan tuannya, apabila para penggembala binatang ternak telah berlomba bermegah dalam bangunan, ia termasuk lima hal yang tak seorangpun mengetahuinya kecuali Allah”, lalu Rasul membaca ayat: إِنَّ الله عنده علم الساعة sampai ayat terahir. Lalu lelaki itu pergi dan Nabipun berkata kepada para sahabat: “Panggillah lelaki itu”, tetapi tak seorangpun dari sahabat melihatnya lagi. Lalu Nabi berkata: “Lelaki itu adalah Jibril, ia datang untuk mengajarkan kepada manusia tentang agama”. (HR. Bukhari dan Muslim)
<br />Pada hadis di atas Nabi membimbing setiap Muslim dalam beribadah dan menyembah Allah dengan konsep Ihsan yang dijelaskan rasul dengan: “Hendaklah engkau beribadah/menyembah Allah seolah-olah engkau melihat Allah, lalu jika engkau tak melihat-Nya ketahuilah sesungguhnya Dia melihatmu”. Konsep ini adalah dasar bertasawuf dalam Islam. Menurut rasul, setiap muslim hendaklah selalu menjalin hubungan yang intim dengan Tuhannya setiap saat. Sebab, bagi muslim setiap gerak anggota badan, panca indera dan bahkan hati adalah rangkaian pemenuhan kewajiban ibadah kepada-Nya. Allah berfirman:
<br />وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا(36)
<br /> “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (Al-Isro: 36)
<br />Allah sangat dekat dengan hamba-hambaNya, Allah berfirman:
<br />وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ(186)
<br /> “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran”. (Al-Baqarah: 186)
<br />Selanjutnya kalangan ulama tasawuf memberikan pengajaran bagaimana langkah-langkah yang harus ditempuh oleh seorang muslim untuk mewujudkan perilakau ihsan dalam keseharian dengan beragam jalan diantaranya maqamat seperti dirumuskan oleh para sufi.
<br />Permasalahannya adalah: Darimana asal usul tasawuf dan Apa konsep maqamat dalam tasawuf serta aplikasinya dalam kehidupan?
<br />B. PENGERTIAN TASAWUF
<br />Sebelum lebih jauh membahas tentang asal-usul tasawuf, sedikit kami berikan pengertian singkat sufi dan tasawuf. Ada beberapa pendapat tentang asal-usul kata tasawuf. Ada yang mengatakan bahwa tasawuf berasal dari kata safa’, artinya suci, bersih atau murni. Karena memang, jika dilihat dari segi niat maupun tujuan dari setiap tindakan dan ibadah kaum sufi, maka jelas bahwa semua itu dilakukan dengan niat suci untuk membersihkan jiwa dalam mengabdi kepada Allah SWT. Ada lagi yang mengatakan tasawuf berasal dari kata saff, artinya saff atau baris. Mereka dinamakan sebagai para sufi, menurut pendapat ini, karena berada pada baris (saff) pertama di depan Allah, karena besarnya keinginan mereka akan Dia, kecenderungan hati mereka terhadap-Nya. Ada pula yang mengatakan bahwa tasawuf berasal dari kata suffah atau suffah al Masjid, artinya serambi mesjid. Istilah ini dihubungkan dengan suatu tempat di Mesjid Nabawi yang didiami oleh sekelompok para sahabat Nabi yang sangat fakir dan tidak mempunyai tempat tinggal. Mereka dikenal sebagai ahli suffah. Mereka adalah orang yang menyediakan waktunya untuk berjihad dan berdakwah serta meninggalkan usaha-usaha duniawi. Jelasnya, mereka dinamakan sufi karena sifat-sifat mereka menyamai sifat orang-orang yang tinggal di serambi mesjid (suffah) yang hidup pada masa nabi SAW. Sementara pendapat lain mengatakan bahwa tasawuf berasal dari kata suf, yaitu bulu domba atau wol. Hal ini karena mereka (para sufi) tidak memakai pakaian yang halus disentuh atau indah dipandang, untuk menyenangkan dan menenteramkan jiwa. Mereka memakai pakaian yang hanya untuk menutupi aurat dengan bahan yang terbuat dari kain wol kasar (suf).
<br />Sedangkan tasawuf menurut beberapa tokoh sufi adalah seperti berikut:
<br />1. Bisyri bin Haris mengatakan bahwa sufi ialah orang yang suci hatinya menghadap Allah SWT.
<br />2. Sahl at-Tustari mengatakan bahwa sufi ialah orang yang bersih dari kekeruhan, penuh dengan renungan, putus hubungan dengan manusia dalam menghadap Allah SWT, dan baginya tiada beda antara harga emas dan pasir.
<br />3. Al-Junaid al-Bagdadi (w. 289 H), tokoh sufi modern, mengatakan bahwa tasawuf ialah membersihkan hati dari sifat yang menyamai binatang dan melepaskan akhlak yang fitri, menekan sifat basyariah (kemanusiaan), menjauhi hawa nafsu, memberikan tempat bagi kerohanian, berpegang pada ilmu kebenaran, mengamalkan sesuatu yang lebih utama atas dasar keabadiannya, memberi nasihat kepada umat, benar-benar menepati janji terhadap Allah SWT, dan mengikuti syari’at Rasulullah SAW.
<br />4. Abu Qasim Abdul Kari mal-Qusyairi memberikan definisi bahwa tasawuf ialah menjabarkan ajaran-ajaran al-Qur’an dan sunah, berjuang mengendalikan nafsu, menjauhi perbuatan bid’ah, mengendalikan syahwat, dan menghindari sikap meringan-ringankan ibadah.
<br />5. Abu Yazid al-Bustami secara lebih luas mengatakan bahwa arti tasawuf mencakup tiga aspek, yaitu kha (melepaskan diri dari perangai yang tercela), ha (menghiasi diri dengan akhlak yang terpuji) dan jim (mendekatkan diri kepada Tuhan).
<br />C. TUJUAN TASAWUF
<br />Adapun tujuan tasawuf adalah:
<br />1. Menurut Harun Nasution, tujuan tasawuf adalah mendekatkan diri sedekat mungkin dengan Tuhan sehingga ia dapat melihat-Nya dengan mata hati bahkan rohnya dapat bersatu dengan Roh Tuhan.
<br />2. Menurut K. Permadi, tujuan tasawuf ialah fana untuk mencapai makrifatullah, yaitu leburnya diri pribadi pada kebaqaan Allah, dimana perasaan keinsanan lenyap diliputi rasa ketuhanan.
<br />Dengan demikian inti dari ajaran tasawuf adalah menempatkan Allah sebagai pusat segala aktivitas kehidupan dan menghadirkan-Nya dalam diri manusia sebagai usaha memperoleh keridaan-Nya.
<br />D. ASAL USUL TASAWUF
<br />Tasawuf Islam bersumber dari al-Qur’an dan Hadis. Banyak ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi SAW. berbicara tentang hubungan antara Allah dengan hamba-Nya manusia, diantaranya seperti tertulis pada pendahuluan di atas.
<br />Secara umum Islam mengatur kehidupan yang bersifat lahiriah atau jasadiah, dan kehidupan yang bersifat batiniah. Pada unsur kehidupan yang bersifat batiniah inilah kemudian lahir tasawuf. Unsur kehidupan tasawuf ini mendapat perhatian yang cukup besar dari sumber ajaran Islam, al-Qur’an dan al-Sunnah serta praktek kehidupan Nabi dan sahabatnya. Lebih jauh, al-Qur’an berbicara tentang kemungkinan manusia dan Tuhan dapat saling mencintai (mahabbah) seperti dalam al-Maidah: 54; perintah agar manusia senantiasa bertaubat (at-Tahrim: 8); petunjuk bahwa manusia akan senantiasa bertemu dengan Tuhan dimanapun mereka berada (al-Baqarah: 110); Allah dapat memberikan cahaya kepada orang yang dikehendaki (an-Nur: 35); Allah mengingatkan manusia agar dalam hidupnya tidak diperbudak oleh kehidupan dunia dan harta benda (al-Hadid, al-Fathir: 5); dan senantiasa bersikap sabar dalam menjalani pendakatan diri kepada Allah SWT (Ali Imron: 3).
<br />Begitu juga perintah Allah untuk ikhlas semata mengharap ridha-Nya dalam beribadah (al-Bayinah: 5); berperilaku jujur (al-Anfal: 58), adil, taqwa (al-Maidah: 6); yakin, tawakal (al-Anfal: 49); qonaah, rendah hati dan tidak sombong (al-Isra’:37); beribadah dengan penuh pengharapan terhadap ridha-Nya (raja’) (al-Kahfi: 110), takut terhadap murka Allah atas segala dosa (khauf) (at-Tahrim: 6); menahan hawa nafsu (Yusuf: 53); amar ma’ruf nahi munkar (Ali Imron: 104); dan banyak lagi konsep akhlak dan amal diajarkan dalam al-Qur’an kesemuanya adalah sumber tasawuf dalam Islam.
<br />Sejalan dengan apa yang dibicarakan al-Qur’an, as-Sunnah pun banyak berbicara tentang kehidupan rohaniah. Teks hadis qudsi berikut dapat dipahami dengan pendekatan tasawuf:
<br />كنت كنزا مخفيا فاحببت ان اعرف فخلقت الخلق فبى عرفونى
<br />“Aku adalah perbendaharaan yang tersembunyi, maka Aku menjadikan makhluk agar mereka mengenal-Ku”.
<br />Hadis tersebut memberi petunjuk bahwa alam raya, termasuk manusia adalah merupakan cermin Tuhan, atau bayangan Tuhan. Tuhan ingin mengenalkan diri-Nya melalui penciptaan alam ini. Dengan demikian dalam alam raya ini terdapat potensi ketuhanan yang dapat didayagunakan untuk mengenal-Nya. Dan apa yang ada di alam raya ini pada hakikatnya adalah milik Tuhan dan akan kembali kepada-Nya, sebagaimana firman-Nya dalam al-Baqarah: 156: “Orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun" Sesungguhnya Kami adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah Kami kembali.” dan al-Baqarah 45-46: “Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. dan Sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu', (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.”
<br />Juga hadis riwayat Imam Bukhari berikut yang menyatakan:
<br />لا يزال العبد يتقرب الي بالنوافل حتى احبه فاذا احببته كنت سمعه الذى يسمع وبصره الذى يبصر به ولسانه الذى ينطق به ويده الذى يبطش بها ورجله الذى يمشوى بها فبى يسمع فبى يبصر وبى ينطق وبى يعقل وبى يبطش وبى يمشى.
<br />“Senantiasa seorang hamba itu mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan-amalan sunat, sehingga Aku mencintainya. Maka apabila Aku mencintainya maka jadilah Aku pendengarannya yang dia pakai untuk mendengar, penglihatannya yang dia pakai untuk melihat, lidahnya yang dia pakai untuk berbicara, tangannya yang dia pakai untuk mengepal dan kakinya yang dia pakai untuk berjalan; maka dengan-Ku lah dia mendengar, melihat, berbicara, berfikir, meninju dan berjalan.”
<br />Hadis tersebut memberi petunjuk dapat bersatunya manusia dan Tuhan, yang selanjutnya dikenal dengan istilah al-Fana’ yaitu fana’nya makhluk kepada Tuhan yang saling mencintai.
<br />Benih-benih tasawuf dipraktekkan langsung oleh Muhammad SAW. dalam kehidupan kesehariannya. Perilaku hidup Nabi SAW sebelum diangkat menjadi Rasul, berhari-hari beliau berkhalawat di gua Hira’, terutama pada bulan Ramadhan. Di sana Nabi SAW banyak berzikir dan bertafakur mendekatkan diri kepada Allah SWT. Pengasingan diri Nabi SAW. di gua Hira’ ini merupakan acuan utama para sufi dalam berkhalawat. Puncak kedekatan Nabi SAW dengan Allah terjadi ketika beliau melakukan Isro’ wal mi’roj. Dikisahkan Nabi berdialog langsung dengan Allah ketika menerima perintah Shalat lima waktu.
<br />Perikehidupan (sirah) Nabi SAW juga merupakan benih-benih tasawuf, yaitu pribadi Nabi yang sederhana, zuhud, dan tidak pernah terpesona oleh kemewahan dunia. Dalam salah satu do’anya nabi bermohon: “Wahai Allah, hidupkanlah aku dalam kemiskinan dan matikanlah aku selaku orang miskin.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah dan Hakim). Pada suatu waktu Nabi SAW datang ke rumah istrinya, Aisyah binti Abu Bakar as-Shidiq, ternyata di rumahnya tidak ada makanan. Keadaan seperti ini diterimanya dengan sabar, lalu beliau menahan laparnya dengan berpuasa (HR. Abu Daud, Tirmidzi dan Nasai). Nabi juga sering mengganjal perutnya dengan batu sebagai penahan lapar.
<br />Cara beribadah Nabi SAW juga merupakan cikal-bakal tasawuf. Nabi SAW adalah orang yang paling tekun beribadah. Dalam satu riwayat dari Aisyah RA disebutkan bahwa pada suatu malam Nabi SAW mengerjakan shalat malam; di dalam shalat lututnya bergetar karena panjang, banyak rakaat serta khusu’ dalam shalatnya. Tatkala ruku’ dan sujud terdengar suara tangisnya, namun beliau tetap terus melakukan shalat sampai suara azan Bilal bin Rabah terdengar di waktu subuh. Melihat Nabi SAW demikian tekun melakukan shalat, Aisyah bertanya: “Wahai junjungan, bukankah dosamu yang terdahulu dan akan datang telah diampuni Allah, kenapa engkau masih terlalu banyak melakukan shalat?” Nabi SAW menjawab: ‘Aku ingin menjadi hamba yang banyak bersyukur”. (HR. Bukhari dan Muslim).
<br />Akhlak Nabi SAW merupakan acuan akhlak yang tiada bandingannya. Akhlak Nabi bukan hanya dipuji oleh manusia termasuk musuh-musuhnya, tetapi juga oleh Allah SWT. Allah berfirman: “Dan sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung”. (QS. 68:4). Dan ketika Aisyah ditanya tentang akhlak Nabi SAW, ia menjawab: “Akhlaknya adalah al-Qur’an”. (HR. Ahmad dan Muslim).
<br />Ajaran rasul tentang bersikap dan berperilaku dalam kehidupan sehari-hari banyak diikuti oleh para sahabatnya, dilanjutkan oleh para tabi’in, tabiit tabi’in dan seluruh Muslim hingga saat ini . Mereka mengikuti firman Allah: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (Al-Ahzab: 21).
<br />Demikian sekilas asal-usul tasawuf dalam Islam. Jelas asal-usul tasawuf Islam bersumber dari al-Qur’an dan Hadis. Namun demikian perlu juga kita perhatikan pendapat dari kalangan orientalis Barat. Mereka mengatakan bahwa sumber yang membentuk tasawuf itu ada lima, yaitu unsur Islam, unsur Masehi (agama Nasrani), unsur Yunani, unsur Hindu/Budha dan unsur Persia. Unsur dari Islam sudah dijelaskan pada penjelasan sebelumnya, selanjutnya unsur di luar Islam yang masuk ke dalam tasawuf menurut orientalis dapat dijelaskan berikut:
<br />1. Unsur Masehi (agama Nasrani)
<br />Orang Arab sangat menyukai cara kependataan, khususnya dalam hal latihan jiwa dan ibadah. Atas dasar ini Von Kromyer berpendapat bahwa tasawuf adalah buah dari unsur agama Nasrani yang terdapat pada zaman Jahiliyah.Hal ini diperkuat pula oleh Gold Ziher yang mengatakan bahwa sikap fakir dalam Islam adalah merupakan cabang dari agama Nasrani. Selanjutnya Noldicker mengatakan bahwa pakaian kasar yang kelak digunakan para sufi sebagai lambang kesederhanaan hidup adalah merupakan pakaian yang biasa dipakai oleh para pendeta. Sedangkan Nicholson mengatakan bahwa istilah-istilah tasawuf itu berasal dari agama Nasrani, dan bahkan ada yang berpendapat bahwa aliran tasawuf berasal dari agama Nasrani.
<br />Unsur lain yang dikatakan berasal dari Nasrani adalah sikap fakir. Menurut keyakinan Nasrani bahwa Isa bin Maryam adalah seorang yang fakir, dan Injil juga disampaikan kepada orang fakir. Isa berkata: “Beruntunglah kamu orang-orang miskin, karena bagi kamulah kerajaan Allah. Beruntunglah kamu orang yang lapar, karena kamu akan kenyang.” Selanjutnya adalah sikap tawakal kepada Allah dalam soal penghidupan terlihat pada peranan syekh yang menyerupai pendeta, bedanya pendeta dapat menghapus dosa; selibasi, yaitu menahan diri tidak kawin karena kawin dianggap dapat mengalihkan perhatian diri dari Khalik, dan penyaksian, dimana sufi dapat menyaksikan hakikat Allah dan mengadakan hubungan dengan Allah.
<br />2. Unsur Yunani
<br />Kebudayaan Yunani yaitu filsafatnya telah masuk pada dunia Islam di mana perkembangannya dimulai pada akhir Daulah Umayyah dan puncaknya pada Daulah Abbasiyah, metode berpikir filsafat Yunani ini juga telah ikut mempengaruhi pola fikir sebagian orang Islam yang ingin berhubungan dengan Tuhan. Pada persoalan ini, boleh jadi tasawuf yang terkena pengaruh Yunani adalah tasawuf yang kemudian diklasifikasikan sebagai tasawuf yang bercorak filsafat. Hal ini dapat dilihat dari pikiran al-Farabi, al-Kindi, Ibnu Sina, terutama dalam uraian tentang filsafat jiwa. Demikian juga pada uraian-uraian tasawuf dari Abu Yazid, al-Hallaj, Ibnu Arabi, Syukhrawardi, dan lain sebagainya.
<br />Selain itu, ada yang mengatakan bahwa masuknya filsafat ke dunia Islam melalui mazhab paripatetic dan Neo-Platonisme. Mazhab yang pertama (paripatetic) kelihatannya lebih banyak masuk ke dalam bentuk skolastisisme ortodoks (kalam), sedangkan untuk Neo Platonisme lebih masuk kepada dunia tasawuf.
<br />Filsafat emanasinya Plotinus yang mengatakan bahwa wujud ini memancar dari zat Tuhan Yang Maha Esa menjadi salah satu dasar argumentasi para orientalis dalam menyikapi asal mula tasawuf di dunia Islam. Dalam emanasinya, Plotinus menjelaskan bahwa roh berasal dari Tuhan dan akan kembali kepada Tuhan. Akan tetapi ketika masuk ke alam materi, roh menjadi kotor, dan untuk kembali ke tempat asalnya, roh harus terlebih dahulu dibersihkan. Penyucian roh dilakukan dengan cara meninggalkan dunia dan mendekati Tuhan sebisa mungkin, atau bersatu dengan Tuhan. Dikatakan pula bahwa filsafat ini mempunyai pengaruh terhadap munculnya kaum zahid dan sufi dalam Islam.
<br />3. Unsur Hindu/Budha
<br />Tasawuf dan sistem kepercayaan agama Hindu memiliki persamaan, seperti sikap fakir. Darwis Al-Birawi mencatat adanya persamaan cara ibadah dan mujahadah pada tasawuf dan ajaran Hindu. Demikian juga pada paham reinkarnasi (perpindahan roh dari satu badan ke badan lain), cara pelepasan dari dunia versi Hindu-Budha dengan persatuan diri dengan jalan mengingat Allah.
<br />Salah satu maqamat sufiah al-Fana nampaknya ada persamaan dengan ajaran Nirwana dalam agama Hindu. Gold Ziher mengatakan bahwa ada hubungan persamaan antara tokoh Sidharta Gautama dengan Ibrahim bin Adham tokoh sufi.
<br />Menurut Qomar Kailan pendapat-pendapat ini terlalu ekstrim sekali karena kalau diterima bahwa ajaran tasawuf itu berasal dari Hindu/Budha berarti zaman Nabi Muhammad telah berkembang ajaran Hindu/Budha itu ke Mekkah, padahal sepanjang sejarah belum ada kesimpulan seperti itu.
<br />4. Unsur Persia
<br />Sebenarnya Arab dan Persia memiliki hubungan sejak lama, yaitu pada bidang politik, pemikiran, kemasyarakatan dan sastra. Namun, belum ditemukan argumentasi kuat yang menyatakan bahwa kehidupan rohani Persia telah masuk ke tanah Arab. Yang jelas kehidupan kerohanian Arab masuk ke Persia hingga orang-orang Persia itu terkenal sebagai ahli-ahli tasawuf. Barangkali ada persamaan antara istilah zuhud di Arab dengan zuhud menurut agama Manu dan Mazdaq; antara istilah Hakikat Muhammad dan paham Hormuz (Tuhan Kebaikan) dalam agama Zarathustra.
<br />Dari semua uraian di atas dapatlah disimpulkan bahwa sebenarnya tasawuf itu bersumber dari ajaran Islam itu sendiri ialah al-Qur’an dan Sunah, mengingat yang dipraktekkan Nabi SAW dan para sahabat. Namun setelah tasawuf itu berkembang menjadi pemikiran, bisa saja ia mendapat pengaruh dari luar seperti filsafat Yunani dan sebagainya. Dan andaipun terdapat persamaan dengan ajaran beberapa agama, kemungkinan yang dapat terjadi adalah persamaan dengan agama-agama samawi (Nasrani dan Yahudi), mengingat semua agama samawi berasal dari tuhan yang sama Allah SWT yang dalam Islam diyakini sama mengajarkan tentang ketauhidan.
<br />E. MAQAMAT
<br />Secara harfiah maqamat berasal dari bahasa Arab yang berarti tempat orang berdiri atau pangkal mulia. Istilah ini selanjutnya digunakan untuk arti sebagai jalan panjang yang harus ditempuh oleh seorang sufi untuk berada dekat dengan Allah. Dalam bahasa Inggris maqamat dikenal dengan istilah stages yang berarti tangga. Harun Nasution menyebut dengan istilah stations.
<br />Tentang berapa jumlah tangga, station atau maqamat yang harus ditempuh oleh seorang sufi untuk sampai menuju Tuhan, di kalangan sufi tidak sama pendapatnya. Muhammad al-Kalabazy dalam kitabnya al-Ta’aruf Mazhab ahl al-Tasawwuf, sebagai dikutip Harun Nasution misalnya mengatakan bahwa maqamat itu jumlahnya ada sepuluh, yaitu: al-taubah, al-zuhud, al-shabr, al-faqr, al-tawadlu’, al-taqwa, al-tawakkal, al-ridla, al-mahabbah dan al-ma’rifah. Abu Nasr al-Sarraj al-Tusi dalam kitab al-Luma’ menyebutkan jumlah maqamat hanya tujuh, yaitu: al-taubah, al-wara’, al-zuhud, al-faqr, al-tawakkal, al-mahabbah, al-ma’rifah, dan al-ridha. Sementara itu Imam al-Ghazali dalam kitabnya Ihya’ Ulum al-Din mengatakan bahwa maqamat itu ada delapan, yaitu: al-taubah, al-shabr, al-zuhud, al-tawakkal, al-mahabbah, al-ma’rifah dan al-ridla.
<br />Kutipan di atas memperlihatkan penyebutan maqamat yang berbeda-beda, namun ada maqamat yang oleh kalangan sufi disepakati, ialah: al-taubah, al-zuhud, al-wara’, al-faqr, al-shabr, al-tawakkal dan al-ridla. Sedangkan al-tawadhlu, al-mahabbah dan al-ma’rifah oleh mereka tidak disepakati sebagai maqamat, ketiga istilah terakhir oleh para sufi terkadang disebut sebagai maqamat, dan terkadang sebagai hal dan ittihad (tercapainya kesatuan wujud rohaniah dengan Tuhan).
<br />
<br />Berikut kami uraikan secara singkat tujuh maqamat yang disepakati:
<br />1. al- Taubah
<br />Banyak ayat al-Qur’an dan Hadis yang mendorong setiap hamba untuk selalu bertobat terhadap kesalahan. Diantaranya firman Allah:
<br />وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ(135)
<br /> “Dan orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau Menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.” (Ali Imron: 135)
<br />Nabi SAW bersabda:
<br />قال الله تعالى ياابن ادم إنك ما دعوتنى ورجوتنى غفرت لك على ما كان منك ولا أبالى ياابن ادم لو بلغت ذنوبك عنان السماء ثم استغفرتنى غفرت لك ياابن ادم إنك لو أتيتنى بقراب الأرض خطايا ثم لقيتنى لا تشرك بى شيئا لاتيتك بقرابها مغفرة. (رواه الترمذى)
<br />“Allah SWT berfirman: “Wahai Ibn Adam sesungguhnya sepanjang engkau memohon dan mengharap kepada-Ku, Aku ampuni engkau atas segala dosa yang ada dan aku tidak peduli (seberapapun), Wahai ibn Adam, andai saja dosamu sampai sepenuh langit kemudian engkau datang memohon ampun kepada-Ku, engkau akan aku ampuni, Wahai ibn Adam, sesungguhnya andai engkau datang kepada-Ku dengan dosa sepenuh bumi kemudian bertemu dengan-Ku dengan tidak menyekutukan Aku pada suatu apapun, pasti Aku akan mendatangimu (pula) dengan ampunan sepenuh isi bumi.” (HR. Tarmidzi)
<br />Dalam ajaran tasawuf konsep taubat dikembangkan dan mendapat berbagai macam pengertian. Taubat dibedakan menjadi taubat dalam syariat biasa ialah taubatnya orang awam dan maqam taubat ialah taubat orang khawas. Dalam hal ini ulama sufi Dzu al-Nun al-Mishri mengatakan:
<br />توبة العوام من الذنوب وتوبة الخواص من الغفلة
<br />“Taubatnya orang-orang awam adalah (sekedar) taubat dari dosa-dosa, sedang taubat orang khawas ialah taubat dari ghaflah (lalai mengingat Tuhan).”
<br />Bagi golongan khawas atau sufi, yang dipandang dosa adalah tidak sekedar berbuat maksiat kepada Allah, bahkan yang terbesar adalah dosa ghaflah (terlena dari mengingat Tuhan). Dengan demikian taubat merupakan pangkal peralihan dari hidup lama (ghaflah) ke kehidupan baru secara sufi, yakni hidup selalu mengingat Tuhan sepanjang masa.
<br />Karena taubat menurut sufi terutama adalah taubat dari ghaflah, maka kesempurnaan taubat menurut ajaran tasawuf adalah apabila telah tercapai maqam التوبة من توبة (taubat dari taubat), maksudnya mentaubati terhadap kesadaran keberadaan diri dan kesadaran akan taubatnya itu sendiri. Dalam hal ini Hujwiri mengatakan:
<br />“Orang yang bertaubat adalah pencinta Tuhan. Pencinta Tuhan adalah selalu ingat pada Tuhan. Maka ingat pada Tuhan berarti salah bila masih ingat akan dosanya. Karena ingat akan dosa itu adalah tabir penyekat antara Tuhan dengan pengingat Tuhan. Kesadaran akan keberadaan dirinya itu termasuk dosa, bahkan dosa yang paling besar dari segala dosa-dosa. Melupakan dosa dengan demikian harus melupakan keberadaan dirinya.”
<br />Keberadaan pada maqam التوبة من توبة dalam ilmu tasawuf adalah proses kepada hal (mystical sate), yakni telah merupakan anugerah Tuhan semata-mata, dan bukan lagi hasil upaya manusia. Dalam hal ini R.A. Nicholson mengatakan:
<br />“Acording to the hit mystical theory, repentance is purely an act of divine grace, coming from God to man, not from man to God.”
<br />Menurut teori mistik yang tinggi, taubat semata-mata anugerah Tuhan, datang dari Tuhan kepada manusia, bukan dari manusia kepada Tuhan.”
<br />2. al-Wara
<br />Secara harfiah al-Wara’ artinya saleh, menjauhkan diri dari perbuatan dosa. Kata ini selanjutnya mengandung arti menjauhi hal-hal yang tidak baik. Dan dalam pengertian sufi al-Wara’ adalah meninggalkan segala yang di dalamnya terdapat keragu-raguan antara halal dan haram (subhat).
<br />
<br />Ibrahim bin Adham, seorang ulama sufi mengatakan:
<br />الورع ترك كل شبهة وترك مالا يعنيك وهو ترك الفضلات
<br />”Wara’ adalah meninggalkan setiap yang berbau subhat dan meninggalkan apa yang tidak perlu, yaitu meninggalkan berbagai macam kesenangan.”
<br />Dasar dari sikap al-Wara’ adalah sabda Nabi SAW.:
<br />فمن اتقى من الشبهات فقد استبرأ من الحرام (رواه البخارى)
<br />“Barangsiapa yang dirinya terbebas dari subhat, maka sesungguhnya ia telah terbebas dari yang haram.” (HR. Bukhari).
<br />Sahabat Nabi SAW. Abu Bakar as-Shiddiq pernah berkata:
<br />كنا ندع سبعين بابا من الحلال مخافة أن نقع فى باب من الحرام
<br />“Kami meningalkan tujuh puluh pintu menuju yang halal lantaran takut jatuh pada satu pintu menuju haram”.
<br />Ulama sufi membagi wara’ ke dalam beberapa tingkatan, seperti dikatakan oleh Yahya bin Ma’adz:
<br />الورع على وجهين ورع فى الظاهر وهو أن لا يتحرك إلا لله تعالى وورع فى الباطن وهو أن لا يدخل قلبك سواه تعالى
<br />“Wara’ itu dua tingkat, wara’ segi lahir yaitu hendaklah kamu tidak bergerak kecuali untuk ibadah pada Allah; dan wara’ batin, yakni agar tidak masuk dalam hatimu kecuali Allah Ta’ala.”
<br />3. al-Zuhud
<br />Secara harfiah al-Zuhud berarti tidak ingin kepada sesuatu yang bersifat keduniawian. Sedangkan menurut Harun Nasution keadaan meninggalkan dunia dan hidup kematerian. Selanjutnya menurut al-Qusyairi, ulama berbeda pendapat dalam mengartikan zuhud. Sebagian ada yang mengatakan bahwa zuhud adalah orang yang zuhud dalam masalah yang haram, karena yang halal adalah sesuatu yang mubah dalam pandangan Allah, yaitu orang yang diberikan nikmat berupa harta yang halal, kemudian ia bersyukur dan meninggalkan dunia itu dengan kesadarannya sendiri. Sebagian ada pula yang mengatakan bahwa zuhud adalah zuhud dalam yang haram sebagai suatu kewajiban.
<br />Dilihat dari maksudnya, zuhud terbagi menjadi tiga tingkatan, Pertama (terendah), ialah menjauhkan dunia agar terhindari dari hukuman akhirat. Kedua, menjauhi dunia dengan menimbang imbalan di akhirat. Dan Ketiga (tertinggi), mengucilkan dunia bukan karena takut atau karena berharap, tetapi karena cinta kepada Allah belaka. Orang yang berada pada tingkat tertinggi ini akan memandang segala sesuatu, kecuali Allah, tidak mempunyai arti apa-apa.
<br />Dasar dari sikap zuhud adalah firman Allah:
<br />قُلْ مَتَاعُ الدُّنْيَا قَلِيلٌ وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ لِمَنِ اتَّقَى وَلَا تُظْلَمُونَ فَتِيلًا(77)
<br /> “Katakanlah: "Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa, dan kamu tidak akan dianiaya sedikitpun.” (an-Nisa’: 77)
<br />
<br />وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَلَلدَّارُ الْآخِرَةُ خَيْرٌ لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ أَفَلَا تَعْقِلُونَ(32)
<br />
<br /> “Dan Tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka[468]. dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?” (al-An’am: 32)
<br />فَمَا مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا فِي الْآخِرَةِ إِلَّا قَلِيلٌ(38)
<br /> “ Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) diakhirat hanyalah sedikit.” (at-Taubah: 38)
<br />وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَى(17)
<br />“sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal.” (al-A’la: 17)
<br />Abdul Hakim Hasan dalam bukunya al-Thashawwuf fi al-Syi’ri al-‘Arabi mengatakan:
<br />“Adapun zuhud menurut bahasa Arab materinya tidak berkeinginan. Dikatakan, zuhud pada sesuatu apabila tidak tamak padanya. Adapun sasarannya adalah dunia. Dikatakan pada seseorang bila dia menarik diri untuk tekun beribadah dan menghindarkan diri dari keinginan menikmati kelezatan hidup adalah zuhud pada dunia. Nabi SAW. bersabda: ”Jika kamu sekalian melihat seseorang dianugerahi zuhud di dunia dan cerdas nalarnya, maka kau dekatilah dia, bahwasanya dia adalah orang bijaksana.” Dikatakan, zuhud adalah setengah dari firman Allah: “(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu; dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu” (al-Hadid: 23). Maka seorang zahid tidak bergembira dengan adanya dunia di tangannya. Abu ‘Usman berkata: “Zuhud itu kamu tinggalkan dunia, kemudian kamu tidak peduli siapa yang mengambilnya”. Kesemua makna-makna di atas berkisar pada menghindari kelezatan hidup duniawi dan kenikmatannya, dan ketiadaan kecenderungan kepadanya. Maka Zuhud itu salbi (negatif) sifatnya.”
<br />4. Fakir
<br />Secara harfiah fakir biasanya diartikan sebagai orang yang berhajat, butuh atau orang miskin. Sedangkan dalam pandangan sufi, fakir adalah tidak meminta lebih dari apa yang telah ada pada diri kita. Tidak meminta rezeki kecuali hanya untuk dapat menjalankan kewajiban-kewajiban. Tidak meminta sungguhpun tak ada pada diri kita, kalau diberi diterima. Tidak meminta tetapi tidak menolak.
<br />Jika pada maqam wara’ seorang sufi berusaha meninggalkan subhat agar hidup hanya mencari yang jelas halal, kemudian dengan zuhud telah menjauhi keinginan terhadap yang halal-halal dan hanya yang amat penting bagi kelangsungan hidupnya, maka dalam maqam fakir seorang sufi mengosongkan seluruh hati dari ikatan dan keinginan terhadap apa saja selain Allah. Maqam fakir merupakan perwujudan upaya “tahthir al qalbi bi ‘l-kulliyati ‘an ma siwa ‘llah” (penyucian hati secara keseluruhan terhadap apa yang selain Allah). Inilah ajaran qath’u al-‘ala’iq قطع العلائق atau tajrid التجريد yakni ajaran untuk membelakangi atau membuang dunia. Yang dituju dengan konsep fakir atau tajrid sebenarnya hanyalah memutuskan persangkutan hati dengan dunia, sehingga hatinya hanya terisi pada kegandrungan pada keindahan penghayatan makrifat pada Zat Allah saja disepenjang keadaan. Yakni terciptanya suasana hati yang netral, tidak ingin dan tidak memikirkan ada atau tidaknya dunia.
<br />Yang menjadi dasar maqam fakir ini, menurut Imam al-Ghazali, adalah kelakuan Nabi SAW sewaktu emas belum diharamkan bagi pria, Nabi pernah berkhotbah dan di tengah-tengah khotbahnya beliau berhenti serta menanggalkan dan melempar cincin emas dari tangan beliau. Sewaktu ditanyakan tentang kejadian itu beliau menjawab bahwa cincin itu mengganggu kekhususkan khotbahwanya.
<br />5. Maqam Sabar
<br />Secara harfiah, sabar berarti tabah hati. Menurut Zun al-Nun al-Mishry, sabar artinya menjauhkan diri dari hal-hal yang bertentangan dengan kehendak Allah, tetapi tenang ketika mendapatkan cobaan, dan menampakkan sikap cukup walaupun sebenarnya berada dalam kefakiran dalam bidang ekonomi. Selanjutnya Ibn Atma mengatakan sabar artinya tetap tabah dalam menghadapi cobaan dengan sikap yang baik. Ibn Usman al-Hariri mengatakan, sabar adalah orang yang mampu memasung dirinya atas segala sesuatu yang kurang menyenangkan. Pendapat lain mengatakan sabar adalah menghilangkan rasa mendapatkan cobaan tanpa menunjukkan rasa kesal.
<br />Dasar maqam sabar, banyak terdapat dalam firman Allah dan hadis Nabi diantaranya:
<br />فَاصْبِرْ كَمَا صَبَرَ أُولُو الْعَزْمِ مِنَ الرُّسُلِ وَلَا تَسْتَعْجِلْ لَهُمْ
<br /> “Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari Rasul-rasul telah bersabar dan janganlah kamu meminta disegerakan (azab) bagi mereka.” (al-Ahqaf: 35)
<br />يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ(153)
<br /> “Hai orang-orang yang beriman, Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu[99], Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (al-Baqarah: 153)
<br />Dalam tasawuf sabar dijadikan satu maqam sesudah fakir yang merupakan syarat untuk bisa berkonsentrasi dalam berzikir mengingat Allah. Dalam keadaan fakir, seseorang dalam hidupnya tentu akan dilanda berbagai macam penderitaan dan kepincangan. Oleh sebab itu ia harus segera melangkah ke maqam sabar. Jadi dengan maqam sabar, para sufi memang telah menyengaja dan menyiapkan diri bergelimang dengan seribu satu kesulitan dan derita dalam hidupnya dengan sikap sabar, tanpa ada keluhan sedikitpun. Itulah laku maqam sabar dalam tasawuf.
<br />6. Maqam Tawakal
<br />Dasar tawakal sebagai maqam dalam sufi, adalah firman Allah:
<br />قُلْ لَنْ يُصِيبَنَا إِلَّا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَنَا هُوَ مَوْلَانَا وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ(51)
<br /> “Katakanlah: "Sekali-kali tidak akan menimpa Kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami. Dialah pelindung Kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal." (at-Taubah: 51)
<br />وَاتَّقُوا اللَّهَ وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ(11)
<br /> “Dan bertakwalah kepada Allah, dan hanya kepada Allah sajalah orang-orang mukmin itu harus bertawakkal.” (al-Maidah: 11)
<br />Dalam syari’at Islam Ahlus Sunnah diajarkan bahwa tawakal dilakukan sesudah segala daya upaya dan iktiyar dijalankan. Jadi yang ditawakalkan atau digantungkan pada rahmat pertolongan Allah adalah hasil usaha setelah segala ikhtiyar dilakukan. Sedangkan dalam tasawuf maqam tawakal dijadikan sebagai wasilah atau tangga untuk memalingkan dan menyucikan hati manusia agar tidak terikat dan tidak ingin dan memikirkan keduniaan serta apa saja selain Allah, dan menyerahkan segala sesuatu termasuk jiwa raganya hanya kepada Allah SWT.
<br />Dalam risalah Qusyairiyah disebutkan bawa Sahl bin Abdullah mengatakan: “Permulaan dari maqam tawakal itu adalah seorang hamba (manusia) di depan Allah Yang Maha Kuasa laksana mayat di depan orang yang memandikan, dibolak-balikkan sekehendaknya tanpa bergerak dan ikhtiyar.” Dalam risalah ini juga disebutkan bahwa Hamdun mengatakan: ”Tawakal itu berserah diri (mempercayakan diri) pada jaminan pemeliharaan Allah sepenuhnya.”
<br />Konsep tawakal yang dikembangkan oleh kalangan sufi condong kepada tawakal faham jabariah, ialah menggantungkan segalanya kepada Allah SWT. Hal ini karena penghayatan akhir yang dicitakan oleh seorang sufi adalah penghayatan yang diluar kemampuan dan ikhtiyar manusia, akan tetapi karena kehendak Allah semata seperti penghayatan fana’ dan mukasyafah, suatu pengalaman ruhaniah yang amat tergantung sepenuhnya pada kekuatan dari luar manusia.
<br />7. Maqam Ridla
<br />Setelah mencapai maqam tawakal, nasib hidup para sufi bulat-bulat diserahkan pada pemeliharaan dan rahmat Allah, meninggalkan dan membelakangi segala keinginan terhadap apa saja selain Allah, selanjutnya harus segera diikuti penataan hati untuk mencapai maqam ridla.
<br />Maqam ridla adalah ajaran untuk menanggapi dan mengubah segala bentuk keadaan jiwa baik itu kebahagiaan, kesenangan, penderitaan, kesengsaraan dan kekusahan menjadi kegembiraan dan kenikmatan karena kebahagiaan menikmati segala pemberian Allah SWT. Yakni sebagaimana dikatakan oleh Imam al-Ghazali, rela menerima apa saja, segala yang telah dan sedang dialaminya itulah yang terbaik baginya, tak ada yang terlebih baik selain apa yang telah dan sedang dialaminya. Ibnu Khaff mengatakan tentang ridla: ”Kerelaan hati menerima ketentuan Tuhan, dan persetujuan hatinya terhadap yang diridhai Allah untuknya”. An-Nuri mengatakan: “Ridla itu kegirangan hati menanggapi kepedihan ketentuan Tuhan”. Robi’ah al-‘Adawiyah mengatakan: “Jika dia telah gembira menerima musibah seperti kegembiraannya menerima nikmat.”
<br />Seorang sufi akan selalu bahagia bersama Tuhannya, karena bagi sufi segala keadaan hidup baik itu nikmat atau cobaan adalah dalam rangka beribadah semata mengharap ridha Allah SWT.
<br />Dasar ridla sebagai maqam dalam sufi adalah firman Allah:
<br />أَلَا إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ(62)
<br />
<br />“Ingatlah, Sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (Yunus: 62)
<br />Juga dalam hadis Qudsi, Allah berfirman:
<br />إنني اناالله لا اله الا انا من لم يصبر على بلائى ولم يشكر لنعمائى ولم يرضى بقضائى فليخرج من تحت سمائى وليطلب ربا سواي
<br />“Sesungguhnya Aku ini Allah, tiada Tuhan selain Aku. Barangsiapa yang tidak bersabar atas cobaan-Ku, tidak bersyukur atas segala nikmat-Ku serta tidak rela terhadap keputusan-Ku, maka hendaklah ia keluar dari kolong langit dan cari Tuhan selain Aku”.
<br />F. KESIMPULAN
<br />1. Tasawuf itu bersumber dari ajaran Islam itu sendiri ialah al-Qur’an dan Sunah, mengingat yang dipraktekkan Nabi SAW dan para sahabat. Namun setelah tasawuf itu berkembang menjadi pemikiran, bisa saja ia mendapat pengaruh dari luar seperti filsafat Yunani dan sebagainya. Dan andaipun terdapat persamaan dengan ajaran beberapa agama, kemungkinan yang dapat terjadi adalah persamaan dengan agama-agama samawi (Nasrani dan Yahudi), mengingat semua agama samawi berasal dari tuhan yang sama Allah SWT yang dalam Islam diyakini sama mengajarkan tentang ketauhidan.
<br />2. Para sufi mengenalkan jalan untuk mengenal Allah yang disebut Maqamat, ialah jalan panjang yang harus ditempuh oleh seorang sufi untuk berada dekat dengan Allah. Maqamat dalam sufi tersebut adalah: al-Taubah, al-Wara’, al-Zuhud, Fakir, Sabar, Tawakal, dan al-Ridla.
<br />
<br />DAFTAR PUSTAKA
<br />
<br />
<br />Abudin Nata, Dr. MA. Akhlak Tasawuf. Jakarta: RadjaGrafindo Persada, 2002
<br />al-Ghazali. Ihya’ Ulumu al-Din. Jilid III. Beirut: Dar al-Fikr, t.t.
<br />Asmaran As, Drs. MA. Pengantar Studi Tasawuf. Jakarta: RadjaGrafindo Persada, 1996
<br />Permadi, K.Drs. S.H. Pengantar Ilmu Tasawuf. Jakarta: Rineka Cipta, 2004
<br />Rosihon Anwar, Drs. M.Ag. Drs. Mukhtar Solihin, M.Ag. Ilmu Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia, 2000.
<br />Simuh. Tasawuf dan Perkembangannya Dalam Islam. Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1996
<br />
<br />Isa Ansorihttp://www.blogger.com/profile/06952454540005742749noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7122892912441967989.post-33762465246492591272009-01-06T11:14:00.000+07:002018-08-20T09:49:31.099+07:00TASAWUF: ASAL-USUL DAN MAQAMATTASAWUF: ASAL-USUL DAN MAQAMAT
<br />
<br />
<br />A. PENDAHULUAN
<br />
<br />Manusia adalah makhluk Allah yang sempurna yang diciptakan untuk menjadi khalifah Allah di muka bumi dengan tujuan semata beribadah kepada-Nya. Allah berfirman:
<br />
<br />“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”. (At-Tin: 4)
<br />
<br /> •
<br />“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (Al-Baqarah: 30)
<br />
<br />
<br />“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (Ad-Dzariat: 56)
<br />
<br />Selanjutnya Rasulullah memberi tuntunan bagaimana proses ibadah itu hendaknya diwujudkan:
<br />عن أبي هُرَيْرَةَ قال كان النبيُّ صلى الله عليه وسلم بارزًا يومًا للناسِ فأَتاه رجلٌ فقال: ما الإيمان قال: الإيمان أن تؤمنَ بالله وملائكتِهِ وبلقائِهِ وبرسلِهِ وتؤمَن بالبعثِ قال: ما الإسلامُ قال: الإسلامُ أن تعبدَ اللهَ ولا تشركَ به وتقيمَ الصلاةَ وتؤدِّيَ الزكاةَ المفروضةَ وتصومَ رمضانَ قال: ما الإحسان قال: أن تعبدَ الله كأنك تراهُ، فإِن لم تكن تراه فإِنه يراك قال: متى الساعةُ قال: ما المسئولُ عنها بأَعْلَم مِنَ السائل، وسأُخبرُكَ عن أشراطِها؛ إِذا وَلَدَتِ الأَمَةُ رَبَّهَا، وَإِذا تطاولَ رُعاةُ الإبِلِ البَهْمُ في البنيان، في خمسٍ لا يعلمهنَّ إِلاَّ الله ثم تلا النبيُّ صلى الله عليه وسلم (إِنَّ الله عنده علم الساعة ) الآية: ثم أدبر فقال: رُدُّوه فلم يَرَوْا شيئاً فقال: هذا جبريل جاءَ يُعَلِّمُ الناسَ دينَهم (متفق عليه)
<br />“Dari Abi Hurairah ia berkata: Suatu hari Nabi SAW. nampak di tengah manusia, lalu seorang laki-laki mendatanginya dan bertanya: “Apakah iman itu?” Rasul menjawab: “Iman ialah engkau percaya pada Allah, Malaikat-Nya, bertemu dengan-Nya, Rasul-Nya dan bangkit dari kubur (hari kiamat). Lelaki itu bertanya lagi: “Apakah Islam itu?”. Rasul menjawab: “Islam adalah Engkau menyembah Allah dan jangan menyekutukan-Nya, dirikanlah shalat, tunaikan zakat fardhu, dan berpusa bulan Ramadhan”. Lelaki itu bertanya lagi: “Apakah Ihsan itu?”. Rasul menjawab: “Hendaklah engkau beribadah/menyembah Allah seolah-olah engkau melihat Allah, lalu jika engkau tak melihat-Nya ketahuilah sesungguhnya Dia melihatmu”. Lelaki itu bertanya lagi: “Kapan terjadi hari kiamat?”: Rasul menjawab: “Tidaklah orang yang ditanya tentang hal ini (rasul) lebih mengetahui jawabannya dari si penanya, aku akan jelaskan tentang tanda-tanda kiamat (ialah): apabila seorang budak melahirkan tuannya, apabila para penggembala binatang ternak telah berlomba bermegah dalam bangunan, ia termasuk lima hal yang tak seorangpun mengetahuinya kecuali Allah”, lalu Rasul membaca ayat: إِنَّ الله عنده علم الساعة sampai ayat terahir. Lalu lelaki itu pergi dan Nabipun berkata kepada para sahabat: “Panggillah lelaki itu”, tetapi tak seorangpun dari sahabat melihatnya lagi. Lalu Nabi berkata: “Lelaki itu adalah Jibril, ia datang untuk mengajarkan kepada manusia tentang agama”. (HR. Bukhari dan Muslim)
<br />Pada hadis di atas Nabi membimbing setiap Muslim dalam beribadah dan menyembah Allah dengan konsep Ihsan yang dijelaskan rasul dengan: “Hendaklah engkau beribadah/menyembah Allah seolah-olah engkau melihat Allah, lalu jika engkau tak melihat-Nya ketahuilah sesungguhnya Dia melihatmu”. Konsep ini adalah dasar bertasawuf dalam Islam. Menurut rasul, setiap muslim hendaklah selalu menjalin hubungan yang intim dengan Tuhannya setiap saat. Sebab, bagi muslim setiap gerak anggota badan, panca indera dan bahkan hati adalah rangkaian pemenuhan kewajiban ibadah kepada-Nya. Allah berfirman:
<br /> •
<br />“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (Al-Isro: 36)
<br />Allah sangat dekat dengan hamba-hambaNya, Allah berfirman:
<br />
<br />“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran”. (Al-Baqarah: 186)
<br />Selanjutnya kalangan ulama tasawuf memberikan pengajaran bagaimana langkah-langkah yang harus ditempuh oleh seorang muslim untuk mewujudkan perilakau ihsan dalam keseharian dengan beragam jalan diantaranya maqamat seperti dirumuskan oleh para sufi.
<br />Permasalahannya adalah: Darimana asal usul tasawuf dan Apa konsep maqamat dalam tasawuf serta aplikasinya dalam kehidupan?
<br />B. PENGERTIAN TASAWUF
<br />Sebelum lebih jauh membahas tentang asal-usul tasawuf, sedikit kami berikan pengertian singkat sufi dan tasawuf. Ada beberapa pendapat tentang asal-usul kata tasawuf. Ada yang mengatakan bahwa tasawuf berasal dari kata safa’, artinya suci, bersih atau murni. Karena memang, jika dilihat dari segi niat maupun tujuan dari setiap tindakan dan ibadah kaum sufi, maka jelas bahwa semua itu dilakukan dengan niat suci untuk membersihkan jiwa dalam mengabdi kepada Allah SWT. Ada lagi yang mengatakan tasawuf berasal dari kata saff, artinya saff atau baris. Mereka dinamakan sebagai para sufi, menurut pendapat ini, karena berada pada baris (saff) pertama di depan Allah, karena besarnya keinginan mereka akan Dia, kecenderungan hati mereka terhadap-Nya. Ada pula yang mengatakan bahwa tasawuf berasal dari kata suffah atau suffah al Masjid, artinya serambi mesjid. Istilah ini dihubungkan dengan suatu tempat di Mesjid Nabawi yang didiami oleh sekelompok para sahabat Nabi yang sangat fakir dan tidak mempunyai tempat tinggal. Mereka dikenal sebagai ahli suffah. Mereka adalah orang yang menyediakan waktunya untuk berjihad dan berdakwah serta meninggalkan usaha-usaha duniawi. Jelasnya, mereka dinamakan sufi karena sifat-sifat mereka menyamai sifat orang-orang yang tinggal di serambi mesjid (suffah) yang hidup pada masa nabi SAW. Sementara pendapat lain mengatakan bahwa tasawuf berasal dari kata suf, yaitu bulu domba atau wol. Hal ini karena mereka (para sufi) tidak memakai pakaian yang halus disentuh atau indah dipandang, untuk menyenangkan dan menenteramkan jiwa. Mereka memakai pakaian yang hanya untuk menutupi aurat dengan bahan yang terbuat dari kain wol kasar (suf).
<br />Sedangkan tasawuf menurut beberapa tokoh sufi adalah seperti berikut:
<br />1. Bisyri bin Haris mengatakan bahwa sufi ialah orang yang suci hatinya menghadap Allah SWT.
<br />2. Sahl at-Tustari mengatakan bahwa sufi ialah orang yang bersih dari kekeruhan, penuh dengan renungan, putus hubungan dengan manusia dalam menghadap Allah SWT, dan baginya tiada beda antara harga emas dan pasir.
<br />3. Al-Junaid al-Bagdadi (w. 289 H), tokoh sufi modern, mengatakan bahwa tasawuf ialah membersihkan hati dari sifat yang menyamai binatang dan melepaskan akhlak yang fitri, menekan sifat basyariah (kemanusiaan), menjauhi hawa nafsu, memberikan tempat bagi kerohanian, berpegang pada ilmu kebenaran, mengamalkan sesuatu yang lebih utama atas dasar keabadiannya, memberi nasihat kepada umat, benar-benar menepati janji terhadap Allah SWT, dan mengikuti syari’at Rasulullah SAW.
<br />4. Abu Qasim Abdul Kari mal-Qusyairi memberikan definisi bahwa tasawuf ialah menjabarkan ajaran-ajaran al-Qur’an dan sunah, berjuang mengendalikan nafsu, menjauhi perbuatan bid’ah, mengendalikan syahwat, dan menghindari sikap meringan-ringankan ibadah.
<br />5. Abu Yazid al-Bustami secara lebih luas mengatakan bahwa arti tasawuf mencakup tiga aspek, yaitu kha (melepaskan diri dari perangai yang tercela), ha (menghiasi diri dengan akhlak yang terpuji) dan jim (mendekatkan diri kepada Tuhan).
<br />C. ASAL USUL TASAWUF
<br />Tasawuf Islam bersumber dari al-Qur’an dan Hadis. Banyak ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi SAW. berbicara tentang hubungan antara Allah dengan hamba-Nya manusia, diantaranya seperti tertulis pada pendahuluan di atas.
<br />Secara umum Islam mengatur kehidupan yang bersifat lahiriah atau jasadiah, dan kehidupan yang bersifat batiniah. Pada unsur kehidupan yang bersifat batiniah inilah kemudian lahir tasawuf. Unsur kehidupan tasawuf ini mendapat perhatian yang cukup besar dari sumber ajaran Islam, al-Qur’an dan al-Sunnah serta praktek kehidupan Nabi dan sahabatnya. Lebih jauh, al-Qur’an berbicara tentang kemungkinan manusia dan Tuhan dapat saling mencintai (mahabbah) seperti dalam al-Maidah: 54; perintah agar manusia senantiasa bertaubat (at-Tahrim: 8); petunjuk bahwa manusia akan senantiasa bertemu dengan Tuhan dimanapun mereka berada (al-Baqarah: 110); Allah dapat memberikan cahaya kepada orang yang dikehendaki (an-Nur: 35); Allah mengingatkan manusia agar dalam hidupnya tidak diperbudak oleh kehidupan dunia dan harta benda (al-Hadid, al-Fathir: 5); dan senantiasa bersikap sabar dalam menjalani pendakatan diri kepada Allah SWT (Ali Imron: 3).
<br />Begitu juga perintah Allah untuk ikhlas semata mengharap ridha-Nya dalam beribadah (al-Bayinah: 5); berperilaku jujur (al-Anfal: 58), adil, taqwa (al-Maidah: 6); yakin, tawakal (al-Anfal: 49); qonaah, rendah hati dan tidak sombong (al-Isra’:37); beribadah dengan penuh pengharapan terhadap ridha-Nya (raja’) (al-Kahfi: 110), takut terhadap murka Allah atas segala dosa (khauf) (at-Tahrim: 6); menahan hawa nafsu (Yusuf: 53); amar ma’ruf nahi munkar (Ali Imron: 104); dan banyak lagi konsep akhlak dan amal diajarkan dalam al-Qur’an kesemuanya adalah sumber tasawuf dalam Islam.
<br />Sejalan dengan apa yang dibicarakan al-Qur’an, as-Sunnah pun banyak berbicara tentang kehidupan rohaniah. Teks hadis qudsi berikut dapat dipahami dengan pendekatan tasawuf:
<br />كنت كنزا مخفيا فاحببت ان اعرف فخلقت الخلق فبى عرفونى
<br />“Aku adalah perbendaharaan yang tersembunyi, maka Aku menjadikan makhluk agar mereka mengenal-Ku”.
<br />Hadis tersebut memberi petunjuk bahwa alam raya, termasuk manusia adalah merupakan cermin Tuhan, atau bayangan Tuhan. Tuhan ingin mengenalkan diri-Nya melalui penciptaan alam ini. Dengan demikian dalam alam raya ini terdapat potensi ketuhanan yang dapat didayagunakan untuk mengenal-Nya. Dan apa yang ada di alam raya ini pada hakikatnya adalah milik Tuhan dan akan kembali kepada-Nya, sebagaimana firman-Nya dalam al-Baqarah: 156: “Orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun" Sesungguhnya Kami adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah Kami kembali.” dan al-Baqarah 45-46: “Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. dan Sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu', (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.”
<br />Juga hadis riwayat Imam Bukhari berikut yang menyatakan:
<br />لا يزال العبد يتقرب الي بالنوافل حتى احبه فاذا احببته كنت سمعه الذى يسمع وبصره الذى يبصر به ولسانه الذى ينطق به ويده الذى يبطش بها ورجله الذى يمشوى بها فبى يسمع فبى يبصر وبى ينطق وبى يعقل وبى يبطش وبى يمشى.
<br />“Senantiasa seorang hamba itu mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan-amalan sunat, sehingga Aku mencintainya. Maka apabila Aku mencintainya maka jadilah Aku pendengarannya yang dia pakai untuk mendengar, penglihatannya yang dia pakai untuk melihat, lidahnya yang dia pakai untuk berbicara, tangannya yang dia pakai untuk mengepal dan kakinya yang dia pakai untuk berjalan; maka dengan-Ku lah dia mendengar, melihat, berbicara, berfikir, meninju dan berjalan.”
<br />Hadis tersebut memberi petunjuk dapat bersatunya manusia dan Tuhan, yang selanjutnya dikenal dengan istilah al-Fana’ yaitu fana’nya makhluk kepada Tuhan yang saling mencintai.
<br />Benih-benih tasawuf dipraktekkan langsung oleh Muhammad SAW. dalam kehidupan kesehariannya. Perilaku hidup Nabi SAW sebelum diangkat menjadi Rasul, berhari-hari beliau berkhalawat di gua Hira’, terutama pada bulan Ramadhan. Di sana Nabi SAW banyak berzikir dan bertafakur mendekatkan diri kepada Allah SWT. Pengasingan diri Nabi SAW. di gua Hira’ ini merupakan acuan utama para sufi dalam berkhalawat. Puncak kedekatan Nabi SAW dengan Allah terjadi ketika beliau melakukan Isro’ wal mi’roj. Dikisahkan Nabi berdialog langsung dengan Allah ketika menerima perintah Shalat lima waktu.
<br />Perikehidupan (sirah) Nabi SAW juga merupakan benih-benih tasawuf, yaitu pribadi Nabi yang sederhana, zuhud, dan tidak pernah terpesona oleh kemewahan dunia. Dalam salah satu do’anya nabi bermohon: “Wahai Allah, hidupkanlah aku dalam kemiskinan dan matikanlah aku selaku orang miskin.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah dan Hakim). Pada suatu waktu Nabi SAW datang ke rumah istrinya, Aisyah binti Abu Bakar as-Shidiq, ternyata di rumahnya tidak ada makanan. Keadaan seperti ini diterimanya dengan sabar, lalu beliau menahan laparnya dengan berpuasa (HR. Abu Daud, Tirmidzi dan Nasai). Nabi juga sering mengganjal perutnya dengan batu sebagai penahan lapar.
<br />Cara beribadah Nabi SAW juga merupakan cikal-bakal tasawuf. Nabi SAW adalah orang yang paling tekun beribadah. Dalam satu riwayat dari Aisyah RA disebutkan bahwa pada suatu malam Nabi SAW mengerjakan shalat malam; di dalam shalat lututnya bergetar karena panjang, banyak rakaat serta khusu’ dalam shalatnya. Tatkala ruku’ dan sujud terdengar suara tangisnya, namun beliau tetap terus melakukan shalat sampai suara azan Bilal bin Rabah terdengar di waktu subuh. Melihat Nabi SAW demikian tekun melakukan shalat, Aisyah bertanya: “Wahai junjungan, bukankah dosamu yang terdahulu dan akan datang telah diampuni Allah, kenapa engkau masih terlalu banyak melakukan shalat?” Nabi SAW menjawab: ‘Aku ingin menjadi hamba yang banyak bersyukur”. (HR. Bukhari dan Muslim).
<br />Akhlak Nabi SAW merupakan acuan akhlak yang tiada bandingannya. Akhlak Nabi bukan hanya dipuji oleh manusia termasuk musuh-musuhnya, tetapi juga oleh Allah SWT. Allah berfirman: “Dan sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung”. (QS. 68:4). Dan ketika Aisyah ditanya tentang akhlak Nabi SAW, ia menjawab: “Akhlaknya adalah al-Qur’an”. (HR. Ahmad dan Muslim).
<br />Ajaran rasul tentang bersikap dan berperilaku dalam kehidupan sehari-hari banyak diikuti oleh para sahabatnya, dilanjutkan oleh para tabi’in, tabiit tabi’in dan seluruh Muslim hingga saat ini . Mereka mengikuti firman Allah: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (Al-Ahzab: 21).
<br />Demikian sekilas asal-usul tasawuf dalam Islam. Jelas asal-usul tasawuf Islam bersumber dari al-Qur’an dan Hadis. Namun demikian perlu juga kita perhatikan pendapat dari kalangan orientalis Barat. Mereka mengatakan bahwa sumber yang membentuk tasawuf itu ada lima, yaitu unsur Islam, unsur Masehi (agama Nasrani), unsur Yunani, unsur Hindu/Budha dan unsur Persia. Unsur dari Islam sudah dijelaskan pada penjelasan sebelumnya, selanjutnya unsur di luar Islam yang masuk ke dalam tasawuf menurut orientalis dapat dijelaskan berikut:
<br />1. Unsur Masehi (agama Nasrani)
<br />Orang Arab sangat menyukai cara kependataan, khususnya dalam hal latihan jiwa dan ibadah. Atas dasar ini Von Kromyer berpendapat bahwa tasawuf adalah buah dari unsur agama Nasrani yang terdapat pada zaman Jahiliyah.Hal ini diperkuat pula oleh Gold Ziher yang mengatakan bahwa sikap fakir dalam Islam adalah merupakan cabang dari agama Nasrani. Selanjutnya Noldicker mengatakan bahwa pakaian kasar yang kelak digunakan para sufi sebagai lambang kesederhanaan hidup adalah merupakan pakaian yang biasa dipakai oleh para pendeta. Sedangkan Nicholson mengatakan bahwa istilah-istilah tasawuf itu berasal dari agama Nasrani, dan bahkan ada yang berpendapat bahwa aliran tasawuf berasal dari agama Nasrani.
<br />Unsur lain yang dikatakan berasal dari Nasrani adalah sikap fakir. Menurut keyakinan Nasrani bahwa Isa bin Maryam adalah seorang yang fakir, dan Injil juga disampaikan kepada orang fakir. Isa berkata: “Beruntunglah kamu orang-orang miskin, karena bagi kamulah kerajaan Allah. Beruntunglah kamu orang yang lapar, karena kamu akan kenyang.” Selanjutnya adalah sikap tawakal kepada Allah dalam soal penghidupan terlihat pada peranan syekh yang menyerupai pendeta, bedanya pendeta dapat menghapus dosa; selibasi, yaitu menahan diri tidak kawin karena kawin dianggap dapat mengalihkan perhatian diri dari Khalik, dan penyaksian, dimana sufi dapat menyaksikan hakikat Allah dan mengadakan hubungan dengan Allah.
<br />2. Unsur Yunani
<br />Kebudayaan Yunani yaitu filsafatnya telah masuk pada dunia Islam di mana perkembangannya dimulai pada akhir Daulah Umayyah dan puncaknya pada Daulah Abbasiyah, metode berpikir filsafat Yunani ini juga telah ikut mempengaruhi pola fikir sebagian orang Islam yang ingin berhubungan dengan Tuhan. Pada persoalan ini, boleh jadi tasawuf yang terkena pengaruh Yunani adalah tasawuf yang kemudian diklasifikasikan sebagai tasawuf yang bercorak filsafat. Hal ini dapat dilihat dari pikiran al-Farabi, al-Kindi, Ibnu Sina, terutama dalam uraian tentang filsafat jiwa. Demikian juga pada uraian-uraian tasawuf dari Abu Yazid, al-Hallaj, Ibnu Arabi, Syukhrawardi, dan lain sebagainya.
<br />Selain itu, ada yang mengatakan bahwa masuknya filsafat ke dunia Islam melalui mazhab paripatetic dan Neo-Platonisme. Mazhab yang pertama (paripatetic) kelihatannya lebih banyak masuk ke dalam bentuk skolastisisme ortodoks (kalam), sedangkan untuk Neo Platonisme lebih masuk kepada dunia tasawuf.
<br />Filsafat emanasinya Plotinus yang mengatakan bahwa wujud ini memancar dari zat Tuhan Yang Maha Esa menjadi salah satu dasar argumentasi para orientalis dalam menyikapi asal mula tasawuf di dunia Islam. Dalam emanasinya, Plotinus menjelaskan bahwa roh berasal dari Tuhan dan akan kembali kepada Tuhan. Akan tetapi ketika masuk ke alam materi, roh menjadi kotor, dan untuk kembali ke tempat asalnya, roh harus terlebih dahulu dibersihkan. Penyucian roh dilakukan dengan cara meninggalkan dunia dan mendekati Tuhan sebisa mungkin, atau bersatu dengan Tuhan. Dikatakan pula bahwa filsafat ini mempunyai pengaruh terhadap munculnya kaum zahid dan sufi dalam Islam.
<br />3. Unsur Hindu/Budha
<br />Tasawuf dan sistem kepercayaan agama Hindu memiliki persamaan, seperti sikap fakir. Darwis Al-Birawi mencatat adanya persamaan cara ibadah dan mujahadah pada tasawuf dan ajaran Hindu. Demikian juga pada paham reinkarnasi (perpindahan roh dari satu badan ke badan lain), cara pelepasan dari dunia versi Hindu-Budha dengan persatuan diri dengan jalan mengingat Allah.
<br />Salah satu maqamat sufiah al-Fana nampaknya ada persamaan dengan ajaran Nirwana dalam agama Hindu. Gold Ziher mengatakan bahwa ada hubungan persamaan antara tokoh Sidharta Gautama dengan Ibrahim bin Adham tokoh sufi.
<br />Menurut Qomar Kailan pendapat-pendapat ini terlalu ekstrim sekali karena kalau diterima bahwa ajaran tasawuf itu berasal dari Hindu/Budha berarti zaman Nabi Muhammad telah berkembang ajaran Hindu/Budha itu ke Mekkah, padahal sepanjang sejarah belum ada kesimpulan seperti itu.
<br />4. Unsur Persia
<br />Sebenarnya Arab dan Persia memiliki hubungan sejak lama, yaitu pada bidang politik, pemikiran, kemasyarakatan dan sastra. Namun, belum ditemukan argumentasi kuat yang menyatakan bahwa kehidupan rohani Persia telah masuk ke tanah Arab. Yang jelas kehidupan kerohanian Arab masuk ke Persia hingga orang-orang Persia itu terkenal sebagai ahli-ahli tasawuf. Barangkali ada persamaan antara istilah zuhud di Arab dengan zuhud menurut agama Manu dan Mazdaq; antara istilah Hakikat Muhammad dan paham Hormuz (Tuhan Kebaikan) dalam agama Zarathustra.
<br />Dari semua uraian di atas dapatlah disimpulkan bahwa sebenarnya tasawuf itu bersumber dari ajaran Islam itu sendiri ialah al-Qur’an dan Sunah, mengingat yang dipraktekkan Nabi SAW dan para sahabat. Namun setelah tasawuf itu berkembang menjadi pemikiran, bisa saja ia mendapat pengaruh dari luar seperti filsafat Yunani dan sebagainya. Dan andaipun terdapat persamaan dengan ajaran beberapa agama, kemungkinan yang dapat terjadi adalah persamaan dengan agama-agama samawi (Nasrani dan Yahudi), mengingat semua agama samawi berasal dari tuhan yang sama Allah SWT yang dalam Islam diyakini sama mengajarkan tentang ketauhidan.
<br />D. MAQAMAT
<br />Secara harfiah maqamat berasal dari bahasa Arab yang berarti tempat orang berdiri atau pangkal mulia. Istilah ini selanjutnya digunakan untuk arti sebagai jalan panjang yang harus ditempuh oleh seorang sufi untuk berada dekat dengan Allah. Dalam bahasa Inggris maqamat dikenal dengan istilah stages yang berarti tangga. Harun Nasution menyebut dengan istilah stations.
<br />Tentang berapa jumlah tangga, station atau maqamat yang harus ditempuh oleh seorang sufi untuk sampai menuju Tuhan, di kalangan sufi tidak sama pendapatnya. Muhammad al-Kalabazy dalam kitabnya al-Ta’aruf Mazhab ahl al-Tasawwuf, sebagai dikutip Harun Nasution misalnya mengatakan bahwa maqamat itu jumlahnya ada sepuluh, yaitu: al-taubah, al-zuhud, al-shabr, al-faqr, al-tawadlu’, al-taqwa, al-tawakkal, al-ridla, al-mahabbah dan al-ma’rifah. Abu Nasr al-Sarraj al-Tusi dalam kitab al-Luma’ menyebutkan jumlah maqamat hanya tujuh, yaitu: al-taubah, al-wara’, al-zuhud, al-faqr, al-tawakkal, al-mahabbah, al-ma’rifah, dan al-ridha. Sementara itu Imam al-Ghazali dalam kitabnya Ihya’ Ulum al-Din mengatakan bahwa maqamat itu ada delapan, yaitu: al-taubah, al-shabr, al-zuhud, al-tawakkal, al-mahabbah, al-ma’rifah dan al-ridla.
<br />Kutipan di atas memperlihatkan penyebutan maqamat yang berbeda-beda, namun ada maqamat yang oleh kalangan sufi disepakati, ialah: al-taubah, al-zuhud, al-wara’, al-faqr, al-shabr, al-tawakkal dan al-ridla. Sedangkan al-tawadhlu, al-mahabbah dan al-ma’rifah oleh mereka tidak disepakati sebagai maqamat, ketiga istilah terakhir oleh para sufi terkadang disebut sebagai maqamat, dan terkadang sebagai hal dan ittihad (tercapainya kesatuan wujud rohaniah dengan Tuhan).
<br />
<br />Berikut kami uraikan secara singkat tujuh maqamat yang disepakati:
<br />1. al- Taubah
<br />Banyak ayat al-Qur’an dan Hadis yang mendorong setiap hamba untuk selalu bertobat terhadap kesalahan. Diantaranya firman Allah:
<br />
<br />“Dan orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau Menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.” (Ali Imron: 135)
<br />Nabi SAW bersabda:
<br />قال الله تعالى ياابن ادم إنك ما دعوتنى ورجوتنى غفرت لك على ما كان منك ولا أبالى ياابن ادم لو بلغت ذنوبك عنان السماء ثم استغفرتنى غفرت لك ياابن ادم إنك لو أتيتنى بقراب الأرض خطايا ثم لقيتنى لا تشرك بى شيئا لاتيتك بقرابها مغفرة. (رواه الترمذى)
<br />“Allah SWT berfirman: “Wahai Ibn Adam sesungguhnya sepanjang engkau memohon dan mengharap kepada-Ku, Aku ampuni engkau atas segala dosa yang ada dan aku tidak peduli (seberapapun), Wahai ibn Adam, andai saja dosamu sampai sepenuh langit kemudian engkau datang memohon ampun kepada-Ku, engkau akan aku ampuni, Wahai ibn Adam, sesungguhnya andai engkau datang kepada-Ku dengan dosa sepenuh bumi kemudian bertemu dengan-Ku dengan tidak menyekutukan Aku pada suatu apapun, pasti Aku akan mendatangimu (pula) dengan ampunan sepenuh isi bumi.” (HR. Tarmidzi)
<br />Dalam ajaran tasawuf konsep taubat dikembangkan dan mendapat berbagai macam pengertian. Taubat dibedakan menjadi taubat dalam syariat biasa ialah taubatnya orang awam dan maqam taubat ialah taubat orang khawas. Dalam hal ini ulama sufi Dzu al-Nun al-Mishri mengatakan:
<br />توبة العوام من الذنوب وتوبة الخواص من الغفلة
<br />“Taubatnya orang-orang awam adalah (sekedar) taubat dari dosa-dosa, sedang taubat orang khawas ialah taubat dari ghaflah (lalai mengingat Tuhan).”
<br />Bagi golongan khawas atau sufi, yang dipandang dosa adalah tidak sekedar berbuat maksiat kepada Allah, bahkan yang terbesar adalah dosa ghaflah (terlena dari mengingat Tuhan). Dengan demikian taubat merupakan pangkal peralihan dari hidup lama (ghaflah) ke kehidupan baru secara sufi, yakni hidup selalu mengingat Tuhan sepanjang masa.
<br />Karena taubat menurut sufi terutama adalah taubat dari ghaflah, maka kesempurnaan taubat menurut ajaran tasawuf adalah apabila telah tercapai maqam التوبة من توبة (taubat dari taubat), maksudnya mentaubati terhadap kesadaran keberadaan diri dan kesadaran akan taubatnya itu sendiri. Dalam hal ini Hujwiri mengatakan:
<br />“Orang yang bertaubat adalah pencinta Tuhan. Pencinta Tuhan adalah selalu ingat pada Tuhan. Maka ingat pada Tuhan berarti salah bila masih ingat akan dosanya. Karena ingat akan dosa itu adalah tabir penyekat antara Tuhan dengan pengingat Tuhan. Kesadaran akan keberadaan dirinya itu termasuk dosa, bahkan dosa yang paling besar dari segala dosa-dosa. Melupakan dosa dengan demikian harus melupakan keberadaan dirinya.”
<br />Keberadaan pada maqam التوبة من توبة dalam ilmu tasawuf adalah proses kepada hal (mystical sate), yakni telah merupakan anugerah Tuhan semata-mata, dan bukan lagi hasil upaya manusia. Dalam hal ini R.A. Nicholson mengatakan:
<br />“Acording to the hit mystical theory, repentance is purely an act of divine grace, coming from God to man, not from man to God.”
<br />Menurut teori mistik yang tinggi, taubat semata-mata anugerah Tuhan, datang dari Tuhan kepada manusia, bukan dari manusia kepada Tuhan.”
<br />2. al-Wara
<br />Secara harfiah al-Wara’ artinya saleh, menjauhkan diri dari perbuatan dosa. Kata ini selanjutnya mengandung arti menjauhi hal-hal yang tidak baik. Dan dalam pengertian sufi al-Wara’ adalah meninggalkan segala yang di dalamnya terdapat keragu-raguan antara halal dan haram (subhat).
<br />
<br />Ibrahim bin Adham, seorang ulama sufi mengatakan:
<br />الورع ترك كل شبهة وترك مالا يعنيك وهو ترك الفضلات
<br />”Wara’ adalah meninggalkan setiap yang berbau subhat dan meninggalkan apa yang tidak perlu, yaitu meninggalkan berbagai macam kesenangan.”
<br />Dasar dari sikap al-Wara’ adalah sabda Nabi SAW.:
<br />فمن اتقى من الشبهات فقد استبرأ من الحرام (رواه البخارى)
<br />“Barangsiapa yang dirinya terbebas dari subhat, maka sesungguhnya ia telah terbebas dari yang haram.” (HR. Bukhari).
<br />Sahabat Nabi SAW. Abu Bakar as-Shiddiq pernah berkata:
<br />كنا ندع سبعين بابا من الحلال مخافة أن نقع فى باب من الحرام
<br />“Kami meningalkan tujuh puluh pintu menuju yang halal lantaran takut jatuh pada satu pintu menuju haram”.
<br />Ulama sufi membagi wara’ ke dalam beberapa tingkatan, seperti dikatakan oleh Yahya bin Ma’adz:
<br />الورع على وجهين ورع فى الظاهر وهو أن لا يتحرك إلا لله تعالى وورع فى الباطن وهو أن لا يدخل قلبك سواه تعالى
<br />“Wara’ itu dua tingkat, wara’ segi lahir yaitu hendaklah kamu tidak bergerak kecuali untuk ibadah pada Allah; dan wara’ batin, yakni agar tidak masuk dalam hatimu kecuali Allah Ta’ala.”
<br />3. al-Zuhud
<br />Secara harfiah al-Zuhud berarti tidak ingin kepada sesuatu yang bersifat keduniawian. Sedangkan menurut Harun Nasution keadaan meninggalkan dunia dan hidup kematerian. Selanjutnya menurut al-Qusyairi, ulama berbeda pendapat dalam mengartikan zuhud. Sebagian ada yang mengatakan bahwa zuhud adalah orang yang zuhud dalam masalah yang haram, karena yang halal adalah sesuatu yang mubah dalam pandangan Allah, yaitu orang yang diberikan nikmat berupa harta yang halal, kemudian ia bersyukur dan meninggalkan dunia itu dengan kesadarannya sendiri. Sebagian ada pula yang mengatakan bahwa zuhud adalah zuhud dalam yang haram sebagai suatu kewajiban.
<br />Dilihat dari maksudnya, zuhud terbagi menjadi tiga tingkatan, Pertama (terendah), ialah menjauhkan dunia agar terhindari dari hukuman akhirat. Kedua, menjauhi dunia dengan menimbang imbalan di akhirat. Dan Ketiga (tertinggi), mengucilkan dunia bukan karena takut atau karena berharap, tetapi karena cinta kepada Allah belaka. Orang yang berada pada tingkat tertinggi ini akan memandang segala sesuatu, kecuali Allah, tidak mempunyai arti apa-apa.
<br />Dasar dari sikap zuhud adalah firman Allah:
<br /> •
<br />“Katakanlah: "Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa, dan kamu tidak akan dianiaya sedikitpun.” (an-Nisa’: 77)
<br />
<br />“Dan Tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka[468]. dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?” (al-An’am: 32)
<br />
<br />“ Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) diakhirat hanyalah sedikit.” (at-Taubah: 38)
<br />
<br />“sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal.” (al-A’la: 17)
<br />Abdul Hakim Hasan dalam bukunya al-Thashawwuf fi al-Syi’ri al-‘Arabi mengatakan:
<br />“Adapun zuhud menurut bahasa Arab materinya tidak berkeinginan. Dikatakan, zuhud pada sesuatu apabila tidak tamak padanya. Adapun sasarannya adalah dunia. Dikatakan pada seseorang bila dia menarik diri untuk tekun beribadah dan menghindarkan diri dari keinginan menikmati kelezatan hidup adalah zuhud pada dunia. Nabi SAW. bersabda: ”Jika kamu sekalian melihat seseorang dianugerahi zuhud di dunia dan cerdas nalarnya, maka kau dekatilah dia, bahwasanya dia adalah orang bijaksana.” Dikatakan, zuhud adalah setengah dari firman Allah: “(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu; dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu” (al-Hadid: 23). Maka seorang zahid tidak bergembira dengan adanya dunia di tangannya. Abu ‘Usman berkata: “Zuhud itu kamu tinggalkan dunia, kemudian kamu tidak peduli siapa yang mengambilnya”. Kesemua makna-makna di atas berkisar pada menghindari kelezatan hidup duniawi dan kenikmatannya, dan ketiadaan kecenderungan kepadanya. Maka Zuhud itu salbi (negatif) sifatnya.”
<br />4. Fakir
<br />Secara harfiah fakir biasanya diartikan sebagai orang yang berhajat, butuh atau orang miskin. Sedangkan dalam pandangan sufi, fakir adalah tidak meminta lebih dari apa yang telah ada pada diri kita. Tidak meminta rezeki kecuali hanya untuk dapat menjalankan kewajiban-kewajiban. Tidak meminta sungguhpun tak ada pada diri kita, kalau diberi diterima. Tidak meminta tetapi tidak menolak.
<br />Jika pada maqam wara’ seorang sufi berusaha meninggalkan subhat agar hidup hanya mencari yang jelas halal, kemudian dengan zuhud telah menjauhi keinginan terhadap yang halal-halal dan hanya yang amat penting bagi kelangsungan hidupnya, maka dalam maqam fakir seorang sufi mengosongkan seluruh hati dari ikatan dan keinginan terhadap apa saja selain Allah. Maqam fakir merupakan perwujudan upaya “tahthir al qalbi bi ‘l-kulliyati ‘an ma siwa ‘llah” (penyucian hati secara keseluruhan terhadap apa yang selain Allah). Inilah ajaran qath’u al-‘ala’iq قطع العلائق atau tajrid التجريد yakni ajaran untuk membelakangi atau membuang dunia. Yang dituju dengan konsep fakir atau tajrid sebenarnya hanyalah memutuskan persangkutan hati dengan dunia, sehingga hatinya hanya terisi pada kegandrungan pada keindahan penghayatan makrifat pada Zat Allah saja disepenjang keadaan. Yakni terciptanya suasana hati yang netral, tidak ingin dan tidak memikirkan ada atau tidaknya dunia.
<br />Yang menjadi dasar maqam fakir ini, menurut Imam al-Ghazali, adalah kelakuan Nabi SAW sewaktu emas belum diharamkan bagi pria, Nabi pernah berkhotbah dan di tengah-tengah khotbahnya beliau berhenti serta menanggalkan dan melempar cincin emas dari tangan beliau. Sewaktu ditanyakan tentang kejadian itu beliau menjawab bahwa cincin itu mengganggu kekhususkan khotbahwanya.
<br />5. Maqam Sabar
<br />Secara harfiah, sabar berarti tabah hati. Menurut Zun al-Nun al-Mishry, sabar artinya menjauhkan diri dari hal-hal yang bertentangan dengan kehendak Allah, tetapi tenang ketika mendapatkan cobaan, dan menampakkan sikap cukup walaupun sebenarnya berada dalam kefakiran dalam bidang ekonomi. Selanjutnya Ibn Atma mengatakan sabar artinya tetap tabah dalam menghadapi cobaan dengan sikap yang baik. Ibn Usman al-Hariri mengatakan, sabar adalah orang yang mampu memasung dirinya atas segala sesuatu yang kurang menyenangkan. Pendapat lain mengatakan sabar adalah menghilangkan rasa mendapatkan cobaan tanpa menunjukkan rasa kesal.
<br />Dasar maqam sabar, banyak terdapat dalam firman Allah dan hadis Nabi diantaranya:
<br />
<br />“Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari Rasul-rasul telah bersabar dan janganlah kamu meminta disegerakan (azab) bagi mereka.” (al-Ahqaf: 35)
<br /> •
<br />“Hai orang-orang yang beriman, Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu[99], Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (al-Baqarah: 153)
<br />Dalam tasawuf sabar dijadikan satu maqam sesudah fakir yang merupakan syarat untuk bisa berkonsentrasi dalam berzikir mengingat Allah. Dalam keadaan fakir, seseorang dalam hidupnya tentu akan dilanda berbagai macam penderitaan dan kepincangan. Oleh sebab itu ia harus segera melangkah ke maqam sabar. Jadi dengan maqam sabar, para sufi memang telah menyengaja dan menyiapkan diri bergelimang dengan seribu satu kesulitan dan derita dalam hidupnya dengan sikap sabar, tanpa ada keluhan sedikitpun. Itulah laku maqam sabar dalam tasawuf.
<br />6. Maqam Tawakal
<br />Dasar tawakal sebagai maqam dalam sufi, adalah firman Allah:
<br />
<br />“Katakanlah: "Sekali-kali tidak akan menimpa Kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami. Dialah pelindung Kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal." (at-Taubah: 51)
<br /> •
<br />“Dan bertakwalah kepada Allah, dan hanya kepada Allah sajalah orang-orang mukmin itu harus bertawakkal.” (al-Maidah: 11)
<br />Dalam syari’at Islam Ahlus Sunnah diajarkan bahwa tawakal dilakukan sesudah segala daya upaya dan iktiyar dijalankan. Jadi yang ditawakalkan atau digantungkan pada rahmat pertolongan Allah adalah hasil usaha setelah segala ikhtiyar dilakukan. Sedangkan dalam tasawuf maqam tawakal dijadikan sebagai wasilah atau tangga untuk memalingkan dan menyucikan hati manusia agar tidak terikat dan tidak ingin dan memikirkan keduniaan serta apa saja selain Allah, dan menyerahkan segala sesuatu termasuk jiwa raganya hanya kepada Allah SWT.
<br />Dalam risalah Qusyairiyah disebutkan bawa Sahl bin Abdullah mengatakan: “Permulaan dari maqam tawakal itu adalah seorang hamba (manusia) di depan Allah Yang Maha Kuasa laksana mayat di depan orang yang memandikan, dibolak-balikkan sekehendaknya tanpa bergerak dan ikhtiyar.” Dalam risalah ini juga disebutkan bahwa Hamdun mengatakan: ”Tawakal itu berserah diri (mempercayakan diri) pada jaminan pemeliharaan Allah sepenuhnya.”
<br />Konsep tawakal yang dikembangkan oleh kalangan sufi condong kepada tawakal faham jabariah, ialah menggantungkan segalanya kepada Allah SWT. Hal ini karena penghayatan akhir yang dicitakan oleh seorang sufi adalah penghayatan yang diluar kemampuan dan ikhtiyar manusia, akan tetapi karena kehendak Allah semata seperti penghayatan fana’ dan mukasyafah, suatu pengalaman ruhaniah yang amat tergantung sepenuhnya pada kekuatan dari luar manusia.
<br />7. Maqam Ridla
<br />Setelah mencapai maqam tawakal, nasib hidup para sufi bulat-bulat diserahkan pada pemeliharaan dan rahmat Allah, meninggalkan dan membelakangi segala keinginan terhadap apa saja selain Allah, selanjutnya harus segera diikuti penataan hati untuk mencapai maqam ridla.
<br />Maqam ridla adalah ajaran untuk menanggapi dan mengubah segala bentuk keadaan jiwa baik itu kebahagiaan, kesenangan, penderitaan, kesengsaraan dan kekusahan menjadi kegembiraan dan kenikmatan karena kebahagiaan menikmati segala pemberian Allah SWT. Yakni sebagaimana dikatakan oleh Imam al-Ghazali, rela menerima apa saja, segala yang telah dan sedang dialaminya itulah yang terbaik baginya, tak ada yang terlebih baik selain apa yang telah dan sedang dialaminya. Ibnu Khaff mengatakan tentang ridla: ”Kerelaan hati menerima ketentuan Tuhan, dan persetujuan hatinya terhadap yang diridhai Allah untuknya”. An-Nuri mengatakan: “Ridla itu kegirangan hati menanggapi kepedihan ketentuan Tuhan”. Robi’ah al-‘Adawiyah mengatakan: “Jika dia telah gembira menerima musibah seperti kegembiraannya menerima nikmat.”
<br />Seorang sufi akan selalu bahagia bersama Tuhannya, karena bagi sufi segala keadaan hidup baik itu nikmat atau cobaan adalah dalam rangka beribadah semata mengharap ridha Allah SWT.
<br />Dasar ridla sebagai maqam dalam sufi adalah firman Allah:
<br />
<br />“Ingatlah, Sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (Yunus: 62)
<br />Juga dalam hadis Qudsi, Allah berfirman:
<br />إنني اناالله لا اله الا انا من لم يصبر على بلائى ولم يشكر لنعمائى ولم يرضى بقضائى فليخرج من تحت سمائى وليطلب ربا سواي
<br />“Sesungguhnya Aku ini Allah, tiada Tuhan selain Aku. Barangsiapa yang tidak bersabar atas cobaan-Ku, tidak bersyukur atas segala nikmat-Ku serta tidak rela terhadap keputusan-Ku, maka hendaklah ia keluar dari kolong langit dan cari Tuhan selain Aku”.
<br />E. KESIMPULAN
<br />1. Tasawuf itu bersumber dari ajaran Islam itu sendiri ialah al-Qur’an dan Sunah, mengingat yang dipraktekkan Nabi SAW dan para sahabat. Namun setelah tasawuf itu berkembang menjadi pemikiran, bisa saja ia mendapat pengaruh dari luar seperti filsafat Yunani dan sebagainya. Dan andaipun terdapat persamaan dengan ajaran beberapa agama, kemungkinan yang dapat terjadi adalah persamaan dengan agama-agama samawi (Nasrani dan Yahudi), mengingat semua agama samawi berasal dari tuhan yang sama Allah SWT yang dalam Islam diyakini sama mengajarkan tentang ketauhidan.
<br />2. Para sufi mengenalkan jalan untuk mengenal Allah yang disebut Maqamat, ialah jalan panjang yang harus ditempuh oleh seorang sufi untuk berada dekat dengan Allah. Maqamat dalam sufi tersebut adalah: al-Taubah, al-Wara’, al-Zuhud, Fakir, Sabar, Tawakal, dan al-Ridla.
<br />
<br />DAFTAR PUSTAKA
<br />
<br />
<br />Asmaran As, Drs. MA. Pengantar Studi Tasawuf. Jakarta: RadjaGrafindo Persada, 1996
<br />H. Abudin Nata, Dr. MA. Akhlak Tasawuf. Jakarta: RadjaGrafindo Persada, 2002
<br />Imam al-Ghazali. Ihya’ Ulumu al-Din. Jilid III. Beirut: Dar al-Fikr, t.t.
<br />K. Permadi, Drs. S.H. Pengantar Ilmu Tasawuf. Jakarta: Rineka Cipta, 2004
<br />Rosihon Anwar, Drs. M.Ag. Drs. Mukhtar Solihin, M.Ag. Ilmu Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia, 2000.
<br />Simuh. Tasawuf dan Perkembangannya Dalam Islam. Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1996
<br />
<br />Isa Ansorihttp://www.blogger.com/profile/06952454540005742749noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7122892912441967989.post-44140280816375791052008-08-25T12:04:00.001+07:002008-08-25T12:14:31.368+07:00MENSYUKURI NIKMAT KEMERDEKAANMENSYUKURI NIKMAT KEMERDEKAAN<br />Oleh: Isa Ansori<br /><br /> Alhamdulillah puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah menganugerahkan beragam nikmat tak terhingga kepada bangsa Indonesia hingga saat ini, terutama nikmat kemerdekaan sejak 63 tahun yang lalu.<br /><br /> Kemerdekaan diperoleh dari perjuangan panjang para pahlawan yang mengorbankan segala yang mereka miliki harta, benda, bahkan nyawa untuk satu tujuan kesejahteraan hidup bagi seluruh warga bangsa dan seterusnya seperti tertuang dalam pembukaan UUD 45.<br /><br /> Satu fakta yang tidak dapat dibantah, bahwa mayoritas para pahlawan dan tokoh pejuang kemerdekaan adalah hamba-hamba Allah yang berjuang ikhlas dalam rangka mengabdi dan beribadah kepadaNya. Mereka berperang karena mereka telah didholimi dan diserang lebih dahulu, mereka mengusir penjajah karena mereka diusir dan diberlakukan sebagai budak di tanah sendiri. Perlawanan mereka terarah sebagaimana yang diajarkan Allah dan tidak melampui batas, karena pada dasarnya mereka mencintai perdamaian. Mereka menunaikan firman Allah:<br /><br />وَقَاتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَكُمْ وَلَا تَعْتَدُوا إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ . وَاقْتُلُوهُمْ حَيْثُ ثَقِفْتُمُوهُمْ وَأَخْرِجُوهُمْ مِنْ حَيْثُ أَخْرَجُوكُمْ وَالْفِتْنَةُ أَشَدُّ مِنَ الْقَتْلِ وَلَا تُقَاتِلُوهُمْ عِنْدَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ حَتَّى يُقَاتِلُوكُمْ فِيهِ فَإِنْ قَاتَلُوكُمْ فَاقْتُلُوهُمْ كَذَلِكَ جَزَاءُ الْكَافِرِينَ. فَإِنِ انْتَهَوْا فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ .وَقَاتِلُوهُمْ حَتَّى لَا تَكُونَ فِتْنَةٌ وَيَكُونَ الدِّينُ لِلَّهِ فَإِنِ انْتَهَوْا فَلَا عُدْوَانَ إِلَّا عَلَى الظَّالِمِينَ<br /><br /> Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Dan bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kamu (Mekah); dan fitnah itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan, dan janganlah kamu memerangi mereka di Masjidil Haram, kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat itu. Jika mereka memerangi kamu (di tempat itu), maka bunuhlah mereka. Demikianlah balasan bagi orang-orang kafir. Kemudian jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) ketaatan itu hanya semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka tidak ada permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-orang yang zalim .( Al Baqarah: 190-193)<br /><br /> Mereka rela melepaskan kehidupan dan kesenangan dunia dengan berjuang melawan penjajah kafir, mencari syahid di jalan Allah daripada hidup di bawah kaki mereka, dan penuh harap bahwa Allah akan membalas usaha perjuangan mereka dengan keridhaanNya, sebagaimana janji Allah:<br /><br />فَلْيُقَاتِلْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ الَّذِينَ يَشْرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا بِالْآخِرَةِ وَمَنْ يُقَاتِلْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَيُقْتَلْ أَوْ يَغْلِبْ فَسَوْفَ نُؤْتِيهِ أَجْرًا عَظِيمًا<br /><br /> Karena itu hendaklah orang-orang menukar kehidupan dunia dengan kehidupan akhirat berperang di jalan Allah. Barangsiapa yang berperang di jalan Allah, lalu gugur atau memperoleh kemenangan maka kelak akan Kami berikan kepadanya pahala yang besar. An-Nisa: 74<br /><br /> Mereka telah mendapatkan apa yang mereka inginkan. Ini sebagaimana firman Allah:<br />وَلَا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتًا بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ<br /><br /> Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezki. Ali Imron: 169<br /><br /> Selanjutnya, sebagai generasi yang saat ini menikmati hasil perjuangan mereka, tanyakan pada diri kita sendiri, apa yang sudah kita perbuat untuk mengisi kemerdekaan hasil perjuangan para pahlawan? Masing-masing kita akan menemukan jawabannya sendiri-sendiri.<br /><br /> Allah telah mengajarkan bagaimana seharusnya kita menyikapi anugerah nikmat dariNya yang tiada hingga, termasuk kemerdekaan bangsa Indonesia yang saat ini kita peringati, ialah dengan bersykur kepadaNya.<br /><br />وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ<br /><br /> Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu mema`lumkan: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni`mat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni`mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". Ibrahim: 7<br /><br /> Untuk dapat mensyukuri nikmat besar, mulailah dari mensyukuri nikmat yang kita pandang kecil, meski pada dasarnya semua nikmat Allah adalah besar. Bersyukur dan berterimakasihlah kepada para pahlawan dengan meneruskan perjuangan mereka mewujudkan warga bangsa sejahtera adil dan makmur, ini juga berarti kita bersyukur kepada Allah. Bersatulah untuk mewujudkan cita-cita bersama dan jangan bercerai-berai, sebab hanya dengan persatuan insyaAllah, keinginan bersama akan dapat diwujudkan. Ini sebagaimana disabdakan Rasulullah SAW: <br /><br />عَنِ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيرٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى هَذِهِ الْأَعْوَادِ أَوْ عَلَى هَذَا الْمِنْبَرِ مَنْ لَمْ يَشْكُرْ الْقَلِيلَ لَمْ يَشْكُرْ الْكَثِيرَ وَمَنْ لَمْ يَشْكُرْ النَّاسَ لَمْ يَشْكُرْ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ وَالتَّحَدُّثُ بِنِعْمَةِ اللَّهِ شُكْرٌ وَتَرْكُهَا كُفْرٌ وَالْجَمَاعَةُ رَحْمَةٌ وَالْفُرْقَةُ عَذَابٌ. رواه احمد<br /><br /> Dari Nu’man bin Basyar berkata, Rasulullah SAW bersabda di atas mimbar: “Barangsiapa tidak dapat mensyukuri nikmat yang kecil, ia tidak akan dapat mensyukuri nikmat yang besar. Dan barangsiapa tidak bisa bersyukur (berterimakasih) kepada manusia, ia tidak bisa bersyukur kepada Allah Azza Wajalla. Menyebut-nyebut nikmat Allah adalah dengan bersyukur, dan meninggalkan menyebut nikmatNya dengan bersyukur adalah kufur. Berjamaah (bersatu) adalah rahmat, bercerai adalah adzab. HR: Ahmad<br /><br /> Allah SWT. juga menegaskan:<br /><br />وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَى شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ ءَايَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ<br /><br /> Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan ni`mat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena ni`mat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. Ali Imron: 103<br /><br /> Selanjutnya marilah mengisi kemerdekaan dengan taqwa kepada Allah SWT. ialah dengan melaksanakan segala perintahNya dan menjauhi segala laranganNya. Sebab hanya dengan cara inilah seluruh nikmat Allah kepada bangsa kita, diantaranya negeri merdeka yang subur makmur akan tetap terjaga. Janganlah nikmat kemerdekaan memerdekakan pula nafsu kita untuk berbuat angkara murka dan bermaksiat kepadaNya. Karena hal itu akan menyebabkan murka Allah kepada bangsa kita dan tercabut nikmat-nikmatNya. Allah berfirman:<br /><br />وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى ءَامَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ<br /><br /> Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. Al’araf: 96<br /><br /> Berjuang keras membuat perubahan ke arah kehidupan yang lebih baik dan pantang berputus asa, karena Allah berfirman:<br /><br />إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِقَوْمٍ سُوءًا فَلَا مَرَدَّ لَهُ وَمَا لَهُمْ مِنْ دُونِهِ مِنْ وَالٍ<br /><br /> Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia. Ar Rad: 11<br /><br />وَلَا تَيْئَسُوا مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِنَّهُ لَا يَيْئَسُ مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ<br /><br /> “Dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir". Yusuf : 87<br /><br /> Mulailah dari diri sendiri saat ini melakukan perbuatan terbaik untuk hasil terbaik dan jangan pernah ditunda lagi. Berkerja dengan keras dan tidak menyerah dengan kesulitan-kesulitan yang ada, karena dibalik suatu kesulitan ada jalan keluarnya.<br /><br />فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا .إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا . فَإِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْ . وَإِلَى رَبِّكَ فَارْغَبْ<br /><br /> Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap. Alam Nasyrah: 5-8.<br /><br /> Tentang bagaimana memanfaatkan waktu dengan baik dalam rangka mengisi kemerdekaan ini, jangan lupa baca tulisan lain kami tentang Hisablah Diri Anda Sebelum Diri Anda Dihisab.Isa Ansorihttp://www.blogger.com/profile/06952454540005742749noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7122892912441967989.post-82205119414099503472008-08-13T12:37:00.002+07:002008-08-13T12:51:38.240+07:00IKHLAS ADALAH KUNCI SHALAT YANG BERMUTU<strong><span style="font-size:130%;">IKHLAS ADALAH KUNCI SHALAT YANG BERMUTU<br />(Sebuat Catatan Penting Dalam Memperingati Isro’ Wal Mi’roj Nabi Muhammad SAW.)<br /><br />Oleh: Isa Ansori<br /></span></strong><br />Dalam rangka memperingati Isro’ wal Mi’roj Nabi Muhammad SAW., sejenak marilah kita kaji ibadah shalat yang selama ini telah kita kerjakan, karena shalat adalah oleh-oleh terpenting yang di dapat Rasulullah Muhammad SAW. dalam perjalanan Isro’ wal Mi’roj, sehingga diketahui sudahkah tercapai apa yang dikehendaki Allah dari shalat dalam kehidupan kita sehari-hari?.<br /><br />Tentang shalat sebagai oleh-oleh Rasul dalam Isra’ wal Mi’rojnya, tertuang dalam hadis beliau yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari:<br /><br /><span style="font-size:130%;">قالَ ابْنُ حَزْمٍ وَأَنَسُ بْنُ مَالِكٍ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَفَرَضَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَى أُمَّتِي خَمْسِينَ صَلَاةً فَرَجَعْتُ بِذَلِكَ حَتَّى مَرَرْتُ عَلَى مُوسَى فَقَالَ مَا فَرَضَ اللَّهُ لَكَ عَلَى أُمَّتِكَ قُلْتُ فَرَضَ خَمْسِينَ صَلَاةً قَالَ فَارْجِعْ إِلَى رَبِّكَ فَإِنَّ أُمَّتَكَ لَا تُطِيقُ ذَلِكَ فَرَاجَعْتُ فَوَضَعَ شَطْرَهَا فَرَجَعْتُ إِلَى مُوسَى قُلْتُ وَضَعَ شَطْرَهَا فَقَالَ رَاجِعْ رَبَّكَ فَإِنَّ أُمَّتَكَ لَا تُطِيقُ فَرَاجَعْتُ فَوَضَعَ شَطْرَهَا فَرَجَعْتُ إِلَيْهِ فَقَالَ ارْجِعْ إِلَى رَبِّكَ فَإِنَّ أُمَّتَكَ لَا تُطِيقُ ذَلِكَ فَرَاجَعْتُهُ فَقَالَ هِيَ خَمْسٌ وَهِيَ خَمْسُونَ لَا يُبَدَّلُ الْقَوْلُ لَدَيَّ فَرَجَعْتُ إِلَى مُوسَى فَقَالَ رَاجِعْ رَبَّكَ فَقُلْتُ اسْتَحْيَيْتُ مِنْ رَبِّي ثُمَّ انْطَلَقَ بِي حَتَّى انْتَهَى بِي إِلَى سِدْرَةِ الْمُنْتَهَى وَغَشِيَهَا أَلْوَانٌ لَا أَدْرِي مَا هِيَ ثُمَّ أُدْخِلْتُ الْجَنَّةَ فَإِذَا فِيهَا حَبَايِلُ اللُّؤْلُؤِ وَإِذَا تُرَابُهَا الْمِسْكُ</span><br /><br /><em>"Berkata Ibn Hazm dan Anas bin Malik: Nabi SAW. bersabda: “Allah Azza wa Jalla telah memfardhukan umatku 50 shalat, lalu aku pulang dengan membawa kewajiban itu, sehingga ketika aku bertemu Musa AS. Beliau menanyaiku: “Allah telah mewajibkan apa kepada umatmu?” Aku menjawab Allah telah mewajibkan 50 shalat”. Musa berkata: “Kembalilah pada Tuhanmu, karena umatmu tidak akan mampu melaksanakan itu!”. Lalu aku kembali kepada Tuhanku dan Tuhanku memberikan pengurangan separonya, lalu aku kembali menemui Musa. Musa berkata lagi: “Kembali lagi kepada Tuhanmu, karena umatmu tidak akan mampu melaksanakan kewajiban itu!”. Lalu aku kembali lagi menemui Tuhanku, lalu Tuhanku berfirman: “baiklah kewajibannya 5 shalat saja dan itu setara dengan yang 50, jangan lagi diganti ucapanku!”. Lalu aku kembali menemui Musa. Dan Musa berkata: “Kembali lagi kepada Tuhanmu!”. Lalu aku menjawab: “Aku malu kepada Tuhanku”. Kemudian Jibril pergi bersamaku sehingga sampai di Sidratul Muntaha yang dilingkupi oleh beragam warna aku tak mengetahui apa itu, kemudian aku dimasukkan ke dalam surga, lalu aku dapati di dalamnya intan permata dengan debu dari minyak kesturi”. (HR. Bukhari)<br /></em><br />Sungguh kekhawatiran nabi Musa bahwa umat nabi Muhammad akan merasa berat untuk melaksanakan ibadah shalat bukan tanpa alasan, Allah SWT. sendiri telah mengingatkan bahwa shalat adalah sesuatu yang berat untuk dilaksanakan. Hanya orang-orang yang ikhlas dalam mengabdi kepadaNya sajalah yang mampu melakukannya, sebagaimana firmanNya:<br /><br /><span style="font-size:130%;">وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى الْخَاشِعِينَ<br /></span><br /><em>“Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu` (Al-Baqarah: 45).<br /></em><br />Cobalah perhatikan, bukankah banyak diantara kita yang mengaku Muslim tapi tidak mendirikan shalat?. Apabila kita ajak mereka untuk menunaikan shalat, mereka enggan melaksanakannya, bahkan malah mengejek ajakan itu, seperti Allah sebutkan dalam firmannya:<br /><br /><span style="font-size:130%;">وَإِذَا نَادَيْتُمْ إِلَى الصَّلَاةِ اتَّخَذُوهَا هُزُوًا وَلَعِبًا ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لَا يَعْقِلُونَ</span><br /><br /><em>“Dan apabila kamu menyeru (mereka) untuk (mengerjakan) shalat, mereka menjadikannya buah ejekan dan permainan. Yang demikian itu adalah karena mereka benar-benar kaum yang tidak mau mempergunakan akal”. (al-Maidah: 58)<br /></em><br /><span style="font-size:130%;">فَخَلَفَ مِنْ بَعْدِهِمْ خَلْفٌ أَضَاعُوا الصَّلَاةَ وَاتَّبَعُوا الشَّهَوَاتِ فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ غَيًّا<br /></span><br /><em>“Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan”. (Maryam: 59)</em><br /><br />Dan bagi kita yang merasa telah shalat, sekali lagi perhatikan, sudah benarkah shalat yang selama ini kita laksanakan?. Lihatlah, hawa nafsu angkara murka banyak menyebabkan kita tidak ikhlas dalam menyembah Allah Azza wa Jalla. Marilah kita berlindung kepada Allah dari perbuatan orang munafik seperti yang disebutkan Allah dalam firman ini:<br /><br /><span style="font-size:130%;">إِنَّ الْمُنَافِقِينَ يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْ وَإِذَا قَامُوا إِلَى الصَّلَاةِ قَامُوا كُسَالَى يُرَاءُونَ النَّاسَ وَلَا يَذْكُرُونَ اللَّهَ إِلَّا قَلِيلًا</span><br /><br /><em>“Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali”. (An-Nisa: 142)<br /></em><br />Padahal shalat adalah salah satu sendi agama Islam. Nilai-nilai ajaran Islam tak akan berdiri kokoh pada pribadi-pribadi yang meninggalkan salah satu dari sendi-sendi penopangnya. Ini akan berakibat pada mudahnya melanggar nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari. Rasul SAW. bersabda:<br /><br /><span style="font-size:130%;">قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بُنِيَ الْإِسْلَامُ عَلَى خَمْسٍ شَهَادَةِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ وَإِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ وَالْحَجِّ وَصَوْمِ رَمَضَانَ. رواه البخاري</span><br /><br /><em>“Rasulullah SAW. bersabda: “Islam dibangun di atas lima asas: Syahadat bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan kecuali Allah dan sesunggunya Muhammad adalah utusan Allah; Mendirikan shalat; Menunaikan zakat; Haji; dan puasa bulan Ramadhan”. (HR. Bukhari)<br /></em><br />Shalat adalah pembada antara orang yang berhak mendapat sebutan Muslim dengan orang yang disebut kafir, sebagaimana sabda Rasulullah SAW.:<br /><br /><span style="font-size:130%;">قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْعَهْدُ الَّذِي بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ الصَّلَاةُ فَمَنْ تَرَكَهَا فَقَدْ كَفَرَ. رواه الترمذي<br /></span><br /><em>“Rasulullah SAW. bersabda: “Janji (yang membedakan) antara kita dan mereka (kafir) adalah shalat. Maka barangsiapa yang meninggalkan shalat, maka sungguh ia telah kafir. (HR. At-Turmudzi)<br /></em><br />Mari kita kembali kepada satu kata kunci “Ikhlas”, untuk menghasilkan ibadah shalat yang terbaik. Allah SWT. telah mengingatkan agar kita senantiasa ikhlas dalam beribadah mengabdi kepadaNya, ialah dengan semata mengharapkan ‘keridhaan-Nya’.<br /><br /><span style="font-size:130%;">وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ</span><br /><br /><em>“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta`atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus. (al-Bayyinah:5)<br /></em><br />Rabithah al Adawiyah telah menunjukkan kepada kita bagaimana seharusnya seorang Muslim ikhlas dalam mengabdi kepadaNya, seperti dalam inti ucapanya: “Ya Allah, andaikan aku dalam beribadah mengabdi kepadaMu, karena harapanku untuk mendapatkan sorgamu, jauhkanlah sorga itu dariku. Ya Allah, andaikan aku dalam beribadah mengabdi kepadaMu, karena takutku pada nerakaMu, masukkan saja aku ke dalamnya. Aku beribadah adalah ikhlas mengharapkan ridhaMu, maka pertemukanlah aku denganMu”.<br /><br />Shalat yang dilaksanakan dengan ikhlas dan benar akan menimbulkan dampak ketaqwaan kepada Allah yang luar biasa, dengan semakin giat untuk melaksanakan segala apa yang Allah perintahkan dan menjauhi segala apa yang Allah larang yaitu perbuatan munkar, semuanya ikhlas lillahita’ala. Allah berfirman:<br /><br /><span style="font-size:130%;">اتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ وَأَقِمِ الصَّلَاةَ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ<br /></span><br /><em>“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Qur'an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (al-Ankabut: 45)<br /></em><br />Sehinga, betapapun tersibukkannya seseorang dengan kehidupan dunia, shalat takkan pernah terlalaikan:<br /><br /><span style="font-size:130%;">رِجَالٌ لَا تُلْهِيهِمْ تِجَارَةٌ وَلَا بَيْعٌ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَإِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ يَخَافُونَ يَوْمًا تَتَقَلَّبُ فِيهِ الْقُلُوبُ وَالْأَبْصَارُ<br /></span><br /><em>“Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan shalat, dan (dari) membayarkan zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang”. (an-Nur:18)</em><br /><br />Dan pekerjaan-pekerjaan dunia itu akan ia lanjutkan kembali setelah shalat usai dilaksanakan:<br /><br /><span style="font-size:130%;">فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلَاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الْأَرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ<br /></span><br /><em>“Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung”. (al-Jumuah: 10)<br /></em><br />Selanjutnya, dalam melaksanakan segala aktivitas kehidupan dunia, sekejappun Allah tak terlupakan, hati tertambat kepadaNya, dipenuhi dengan dzikir dan mengingatNya, sehingga tak ada kesempatan untuk mendurhakaiNya dengan berbuat curang dalam segala aktivitas kehidupan. Allah berfirman:<br /><br /><span style="font-size:130%;">فَإِذَا قَضَيْتُمُ الصَّلَاةَ فَاذْكُرُوا اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِكُمْ فَإِذَا اطْمَأْنَنْتُمْ فَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ إِنَّ الصَّلَاةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَوْقُوتًا<br /></span><br /><em>“Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat (mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman”. (an-Nisa’:103)</em>Isa Ansorihttp://www.blogger.com/profile/06952454540005742749noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7122892912441967989.post-48585487010684572242008-07-18T08:41:00.008+07:002008-07-22T11:42:20.696+07:00MENCINTAI WANITA, HARTA DAN ANAK DALAM PANDANGAN ISLAM<p class="MsoNormal"><span style="font-size:130%;"><span style="color:green;"><span style="color: rgb(51, 204, 0);">MENCINTAI WANITA, HARTA DAN ANAK DALAM PANDANGAN ISLAM</span><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal"><span style="font-size:130%;"><span style="color: rgb(153, 51, 102);">(Refleksi Sikap Orang Tua Terhadap Pendidikan Anaknya)<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style=""><span style="font-size:130%;">Oleh : Isa Ansori</span></span></p>Allah menghiasi manusia dengan perasaan cinta kepada wanita, anak-anak dan harta benda. Dan kesemuanya itu diserahkan kepada manusia ke arah mana perasaan cintanya akan dibawa. Satu pesan penting dari ayat berikut adalah: Hendaklah perasaan cintamu itu engkau arahkan untuk berbakti dan mengabdi kepada-Nya.<br /><br /> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6pt;"><span dir="rtl" lang="AR-SA" style="font-size:130%;">زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ </span><span dir="rtl" style=";font-family:Tahoma;font-size:130%;" lang="AR-SA" >ۗ</span><span dir="rtl" lang="AR-SA" style="font-size:130%;"> ذَٰلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا </span><span dir="rtl" style=";font-family:Tahoma;font-size:130%;" lang="AR-SA" >ۖ</span><span dir="rtl" lang="AR-SA" style="font-size:130%;"> وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6pt;"><i>“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)”.</i> (Ali Imron: 14)<span dir="rtl" style="" lang="AR-SA"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6pt;">Wanita, harta benda dan anak-anak adalah fitnah, yaitu sebagai sarana ujian dan cobaan yang Allah berikan kepada kita, untuk melihat bagaimana kita menyikapinya. Apakah cinta kita kepada meraka hanya berhenti sebatas mereka saja, atau mereka hanyalah sebagai sarana untuk merebut cinta sejati kita yaitu Allah SWT. Firman Allah:</p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6pt;"><span dir="rtl" lang="AR-SA" style="font-size:130%;">وَاعْلَمُوا أَنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ وَأَنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6pt;"><i>“Dan Ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan Sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar”.</i> (Al-Anfal: 28)<span dir="rtl" style="" lang="AR-SA"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6pt;">Satu contoh penting tentang gambaran perasaan cinta orang tua kepada anak-anaknya dapat kita lihat pada suasana tahun pelajaran baru sekolah seperti saat sekarang ini.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6pt;">Saat tahun perlajaran baru tiba, bagi orang tua yang masih memiliki tanggungan untuk menyekolahkan anak, adalah salah satu saat yang cukup menegangkan. Betapa tidak, setiap anak akan menyebutkan besaran biaya yang harus dibayar oleh orang tuanya demi keberlangsungan pendidikannya. Dan setiap orang tua akan berusaha dengan segala upaya untuk memenuhi seluruh kebutuhan pendidikan buah hati kesayangannya. Ini didorong oleh suatu kesadaran dan keyakinan bahwa iman dan ilmu pengetahuanlah yang akan mengangkat derajat kehidupan manusia.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6pt;"><span dir="rtl" lang="AR-SA" style="font-size:130%;">يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ </span><span dir="rtl" style=";font-family:Tahoma;font-size:130%;" lang="AR-SA" >ۚ</span><span dir="rtl" lang="AR-SA" style="font-size:130%;"> وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6pt;"><i>“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.</i> (Al-Mujadilah: 11)<span dir="rtl" style="" lang="AR-SA"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6pt;">Setiap usaha dan jerih payah orang tua termasuk menyekolahkan anak-anaknya pada sekolah terbaik dan kalau dapat mencapai jenjang pendidikan yang tertinggi, hanyalah untuk satu tujuan ialah kebahagian dan kesejahteraan diri, keluarga dan terutama anak keturunannya. <st1:place st="on">Susah</st1:place> dan sulit jalan yang dilalui untuk mewujudkan impiannya itu, dipenuhi denga beragam cobaan, halangan dan rintangan yang senantiasa menghadang, menguji kesabaran, kesungguhan dan kebesaran jiwa.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6pt;">Inilah tantangan hidup setiap orang tua, sebagaimana tersurat dalam firman Allah berikut:</p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6pt;"><span dir="rtl" lang="AR-SA" style="font-size:130%;">وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافًا خَافُوا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللَّهَ وَلْيَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6pt;"><i>“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar”.</i> (An-Nisa: 9)<span dir="rtl" style="" lang="AR-SA"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6pt;">Betapapun sulit jalan kehidupan yang ditempuh oleh orang tua untuk mewujudkan segala impian kebahagiaan dan kesejahteraan keluarga dan anak-anaknya, pesan Allah berikut hendaknya jangan dilupakan:</p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6pt;"><span dir="rtl" lang="AR-SA" style="font-size:130%;">يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ </span><span dir="rtl" style=";font-family:Tahoma;font-size:130%;" lang="AR-SA" >ۚ</span><span dir="rtl" lang="AR-SA" style="font-size:130%;"> وَمَنْ يَفْعَلْ ذَٰلِكَ فَأُولَـٰئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6pt;"><i>“Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. barangsiapa yang berbuat demikian Maka mereka Itulah orang-orang yang merugi”.</i> (Al-Munafiqun: 9)<span dir="rtl" style="" lang="AR-SA"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6pt;">Sebab, melalaikan Allah karena tersibukkan dengan perasaan cinta kepada harta dan anak-anak pada hakekatnya tidaklah merupakan usaha memberikan kesejahteraan dan kebahagiaan hidup kepada mereka, tapi justru menjerumuskan mereka ke jurang kesengsaraan dan kenistaan abadi di akhirat yaitu kepedihan siksa api neraka. Inilah perbuatan yang biasa dilakukan oleh orang-orang yang mengkufuri nikmat Allah sebagaimana dalam firman-Nya.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6pt;"><span dir="rtl" lang="AR-SA" style="font-size:130%;">إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا لَنْ تُغْنِيَ عَنْهُمْ أَمْوَالُهُمْ وَلَا أَوْلَادُهُمْ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا</span><span dir="ltr" style="font-size:130%;"></span><span lang="AR-SA" style="font-size:130%;"><span dir="ltr"></span> </span><span dir="rtl" style="font-size:130%;"></span><span dir="rtl" style=";font-family:Tahoma;font-size:130%;" lang="AR-SA" ><span dir="rtl"></span>ۖ</span><span dir="ltr" style="font-size:130%;"></span><span lang="AR-SA" style="font-size:130%;"><span dir="ltr"></span> </span><span dir="rtl" lang="AR-SA" style="font-size:130%;">وَأُولَـٰئِكَ هُمْ وَقُودُ النَّارِ</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6pt;"><i>“Sesungguhnya orang-orang yang kafir, harta benda dan anak-anak mereka, sedikitpun tidak dapat menolak (siksa) Allah dari mereka. dan mereka itu adalah bahan bakar api neraka”.</i> (Ali Imron: 10)<span style=""><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6pt;">Tetapi sebaliknya, usaha keras kita dalam mengumpulkan harta benda adalah untuk kebahagiaan dan kesejahteraan abadi keluarga dan anak-anak kita. Seluruh rangakaian usaha adalah dalam rangka pengabdian kita kepada Allah SWT. Karenanya dalam berusaha, ketentuan halal dan thayib kita penuhi, dan setelah harta diperoleh, ditasarufkan harta itu di jalan yang diridhai-Nya, dengan mengeluarkan ibadah wajib dan sunnahnya seperti zakat, infak, shadaqah dan yang selainnya. Akan terpenuhilah perintah Allah dalam firman-Nya berikut:</p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6pt;"><span dir="rtl" lang="AR-SA" style="font-size:130%;">يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6pt;"><i>“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”.</i> (At-Tahrim: 6)<span dir="rtl" style="" lang="AR-SA"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6pt;">Dengan demikian harta benda yang kita usahakan dalam rangka kesejahteraan dan kebahagiaan hidup keluarga (yang di dalamnya ada anak-anak) akan menjadi perhiasan berharga di dunia dan di akhirat. Firman Allah:</p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6pt;"><span dir="rtl" lang="AR-SA" style="font-size:130%;">الْمَالُ وَالْبَنُونَ زِينَةُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا </span><span dir="rtl" style=";font-family:Tahoma;font-size:130%;" lang="AR-SA" >ۖ</span><span dir="rtl" style="" lang="AR-SA"><span style="font-size:130%;"> وَالْبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ خَيْرٌ عِنْدَ رَبِّكَ ثَوَابًا وَخَيْرٌ أَمَلً</span>ا</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6pt;"><i>“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan”.</i> (Al-Kahfi: 46)<span dir="rtl" style="" lang="AR-SA"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6pt;"><span dir="rtl" lang="AR-SA" style="font-size:130%;">وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6pt;"><i>“Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (Kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa”.</i> (Al-Furqan: 74)<span dir="rtl" style="" lang="AR-SA"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6pt;">Nabi Ibrahim memberikan suri tauladan bagaimana hubungan cinta kasih orang tua terhadap anak dibangun dan dikemas dalam rangka mewujudkan cinta mereka kepada Allah SWT:</p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6pt;"><span dir="rtl" lang="AR-SA" style="font-size:130%;">رَبَّنَا وَاجْعَلْنَا مُسْلِمَيْنِ لَكَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِنَا أُمَّةً مُسْلِمَةً لَكَ وَأَرِنَا مَنَاسِكَنَا وَتُبْ عَلَيْنَا </span><span dir="rtl" style=";font-family:Tahoma;font-size:130%;" lang="AR-SA" >ۖ</span><span dir="rtl" lang="AR-SA" style="font-size:130%;"> إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6pt;"><i>“Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) di antara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadat haji kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang”.</i> (Al-Baqarah: 128)<span dir="rtl" style="" lang="AR-SA"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6pt;">Keberhasilan Nabi Ibrahim dalam mendidik anak dan cucunya menjadi orang yang beriman dan taat kepada Allah, adalah sumber inspirasi bagi orang tua Muslim tentang bagaimana seharusnya mereka mendidik dan mengajar anak-anaknya untuk selalu tunduk dan patuh kepada Penciptanya. Orang tua adalah salah satu faktor penentu bagaimana anak-anak akan mereka wujudkan, sebagaimana sabda Rasul SAW.:</p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6pt;"><span dir="rtl" lang="AR-SA" style="font-size:130%;">قال رسول الله صلى الله عليه وسلم ما من مولد يولد على الفطرة فأبواه يهودانه وينصرانه ويمجسانه. (رواه البخارى و مسلم و ابو داود و الترمذي واحمد ومالك)</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6pt;"><i>“Bersabda Rasulullah SAW.: “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci), maka (terserah) kedua orang tuanya akan menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.</i> (HR. Bukhori, Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi, Ahmad dan Malik)<span dir="rtl" style="" lang="AR-SA"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6pt;">Satu lagi keuntungan bagi orang tua yang berhasil mendidik anak-anaknya menjadi anak yang sholeh, adalah sebagai sarana investasi amal yang pahalanya akan terus mengalir untuknya sampai hari kiamat, meskipun ia telah meninggal dunia. Sabda Rasulullah SAW.:</p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6pt;"><span dir="rtl" lang="AR-SA" style="font-size:130%;">قال رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا ماتى الانسان انقطع عنه عمله الا من ثلاثة إلا من صدقة جارية او علم ينتفع به او ولد صالح يدع له (رواه مسلم, الترمذى, النسائى, ابو داود, احمد و الدرمى)</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6pt;"><i>“Bersabda Rasulullah SAW.: “Apabila manusia telah meninggal dunia maka putuslah amal-amalnya kecuali tiga perkara: Shodaqoh jariah, atau ilmu yang bermanfaat, atau anak sholeh yang selalu mendo’akannya”.</i> (HR. Muslim, At-Tirmidzi, An-Nasa’i, Abu Dawud, Ahmad, dan Ad-Daromi)<span dir="rtl" style="" lang="AR-SA"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6pt;">Lukman memberikan contoh kepada kita bagaimana mendidik anak dengan benar, seperti dalam firman Allah di surah Lukman:</p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6pt;"><span dir="rtl" lang="AR-SA" style="font-size:130%;">وَلَقَدْ آتَيْنَا لُقْمَانَ الْحِكْمَةَ أَنِ اشْكُرْ لِلَّهِ </span><span dir="rtl" style=";font-family:Tahoma;font-size:130%;" lang="AR-SA" >ۚ</span><span dir="rtl" lang="AR-SA" style="font-size:130%;"> وَمَنْ يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ </span><span dir="rtl" style=";font-family:Tahoma;font-size:130%;" lang="AR-SA" >ۖ</span><span dir="rtl" style="" lang="AR-SA"><span style="font-size:130%;"> وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ حَمِي</span>د</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6pt;"><i>“Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmah kepada Luqman, yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji".</i> (Lukman: 12)<span dir="rtl" style="" lang="AR-SA"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6pt;"><span dir="rtl" lang="AR-SA" style="font-size:130%;">وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ </span><span dir="rtl" style=";font-family:Tahoma;font-size:130%;" lang="AR-SA" >ۖ</span><span dir="rtl" lang="AR-SA" style="font-size:130%;"> إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6pt;"><i>“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah) sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".</i> (Lukman: 13)<span dir="rtl" style="" lang="AR-SA"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6pt;"><span dir="rtl" lang="AR-SA" style="font-size:130%;">وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَىٰ وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6pt;"><i>“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu”. </i>(Lukman: 14)<span dir="rtl" style="" lang="AR-SA"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6pt;"><span dir="rtl" lang="AR-SA" style="font-size:130%;">وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلَىٰ أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا </span><span dir="rtl" style=";font-family:Tahoma;font-size:130%;" lang="AR-SA" >ۖ</span><span dir="rtl" lang="AR-SA" style="font-size:130%;"> وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا </span><span dir="rtl" style=";font-family:Tahoma;font-size:130%;" lang="AR-SA" >ۖ</span><span dir="rtl" lang="AR-SA" style="font-size:130%;"> وَاتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ إِلَيَّ </span><span dir="rtl" style=";font-family:Tahoma;font-size:130%;" lang="AR-SA" >ۚ</span><span dir="rtl" lang="AR-SA" style="font-size:130%;"> ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6pt;"><i>“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Ku-beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”.</i> (Lukman: 15)<span dir="rtl" style="" lang="AR-SA"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6pt;"><span dir="rtl" lang="AR-SA" style="font-size:130%;">يَا بُنَيَّ إِنَّهَا إِنْ تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ فَتَكُنْ فِي صَخْرَةٍ أَوْ فِي السَّمَاوَاتِ أَوْ فِي الْأَرْضِ يَأْتِ بِهَا اللَّهُ </span><span dir="rtl" style=";font-family:Tahoma;font-size:130%;" lang="AR-SA" >ۚ</span><span dir="rtl" lang="AR-SA" style="font-size:130%;"> إِنَّ اللَّهَ لَطِيفٌ خَبِيرٌ</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6pt;"><i>“(Luqman berkata): "Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui”. </i>(Lukman: 16)<span dir="rtl" style="" lang="AR-SA"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6pt;"><span dir="rtl" lang="AR-SA" style="font-size:130%;">يَا بُنَيَّ أَقِمِ الصَّلَاةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلَىٰ مَا أَصَابَكَ </span><span dir="rtl" style=";font-family:Tahoma;font-size:130%;" lang="AR-SA" >ۖ</span><span dir="rtl" lang="AR-SA" style="font-size:130%;"> إِنَّ ذَٰلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6pt;"><i>“Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)”.</i> (Lukman: 17)<span dir="rtl" style="" lang="AR-SA"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6pt;"><span dir="rtl" lang="AR-SA" style="font-size:130%;">وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا </span><span dir="rtl" style=";font-family:Tahoma;font-size:130%;" lang="AR-SA" >ۖ</span><span dir="rtl" lang="AR-SA" style="font-size:130%;"> إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6pt;"><i>“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri”.</i> (Lukman: 18)<span dir="rtl" style="" lang="AR-SA"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6pt;"><span dir="rtl" lang="AR-SA" style="font-size:130%;">وَاقْصِدْ فِي مَشْيِكَ وَاغْضُضْ مِنْ صَوْتِكَ </span><span dir="rtl" style=";font-family:Tahoma;font-size:130%;" lang="AR-SA" >ۚ</span><span dir="rtl" lang="AR-SA" style="font-size:130%;"> إِنَّ أَنْكَرَ الْأَصْوَاتِ لَصَوْتُ الْحَمِيرِ</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6pt;"><i>“Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai”.</i> (Lukman: 19)<span dir="rtl" style="" lang="AR-SA"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6pt;"><span dir="rtl" style="" lang="AR-SA">َ<span style="font-size:130%;">ألَمْ تَرَوْا أَنَّ اللَّهَ سَخَّرَ لَكُمْ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَأَسْبَغَ عَلَيْكُمْ نِعَمَهُ ظَاهِرَةً وَبَاطِنَةً </span></span><span dir="rtl" style=";font-family:Tahoma;font-size:130%;" lang="AR-SA" >ۗ</span><span dir="rtl" style="" lang="AR-SA"><span style="font-size:130%;"> وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يُجَادِلُ فِي اللَّهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ وَلَا هُدًى وَلَا كِتَابٍ مُنِي</span>رٍ</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6pt;"><i>“Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan)mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu ni'mat-Nya lahir dan batin. Dan di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa Kitab yang memberi penerangan”. </i>(Lukman: 20)</p>Isa Ansorihttp://www.blogger.com/profile/06952454540005742749noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7122892912441967989.post-60482981594595430572008-06-04T14:23:00.004+07:002008-06-10T16:10:59.226+07:00KONSEP DASAR DA’WAH ISLAMIYAH<strong><span style="font-size:130%;">KONSEP DASAR DA’WAH ISLAMIYAH<br />(Menyikapi Aksi-Aksi Front Pembela Islam Dalam Berda’wah)<br /></span></strong><br /><span style="font-size:130%;">Oleh : Isa Ansori</span><br /><br /><span style="font-size:130%;">A. Pendahuluan</span><br /><br />Pada tanggal 1 Juni 2008 yang lalu, lasykar bentukan Front Pembela Islam terlibat bentrok fisik dengan sekelompok pendemo dari Aliansi Kebangsaan Untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan yang menyuarakan pandangan berbeda dengan FPI terkait menyikapi aliran Ahmadiyah. Dalam bentrok itu beberapa pendemo dari Aliansi Kebangsaan mengalami luka fisik yang sebagian diantaranya cukup serius sehingga mengakibatkan gegar otak.<br /><br />Dapatkah atas nama da’wah Islam tindakan FPI tersebut dibenarkan?<br /><br /><span style="font-size:130%;">B. Dasar Perintah Da’wah Islamiyah<br /></span><br />Da’wah Islamiyah adalah perintah langsung dari Allah SWT kepada setiap Muslim seperti termaktub dalam beberapa ayat berikut:<br /><br /><span style="font-size:130%;">وَلْتَكُن مِّنكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَأُوْلَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ</span><br /><br />"Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang mungkar; merekalah orang-orang yang beruntung". (Ali Imron: 104)<br /><br /><span style="font-size:130%;">كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللّهِ وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُم مِّنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ</span><br /><br />"Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik". (Ali Imron: 110)<br /><br /><span style="font-size:130%;">وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاَةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَيُطِيعُونَ اللّهَ وَرَسُولَهُ أُوْلَئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللّهُ إِنَّ اللّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ</span><br /><br />"Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan mereka ta'at kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana". (At Taubah: 71)<br /><br />Hadis Rasulullah SAW:<br /><br /><span style="font-size:130%;">عن أبي سعيد الخدرى رضي الله عنه قال: سمعت رسول الله ص م يقول: من راى منكم منكرا فليغيربيده,فإن لم يستطع فبلسنه,فإن لم يستطع فبقلبه,وذلك اضعف الايمان. رواه مسلم.<br /></span><br />Dari Abi Sa’id Al-Hudri r.a. berkata: Aku mendengar Rasulullah SAW. Bersabda: “Barangsiapa diantara kamu semua melihat kemungkaran maka rubahlah dengan tangannya, apabila tidak mampu dengan tangan maka dengan lisannya, bila tidak mampu dengan lisan maka dengan hatinya, dan yang demikian itu adalah selemah-lemahnya iman". (HR. Muslim).<br /><br />Sebagian ulama berpendapat bahwa yang berhak merubah kemungkaran dengan tangan adalah aparat yang diberi wewenang untuk itu oleh Negara, dalam hal ini adalah polisi, jaksa dan hakim.<br /><br />Ketidak tegasan aparat yang berwenang dalam mengubah kemungkaran yang disebabkan banyak hal seperti kasus suap, kolusi dan nepotisme serta pandang bulu, akan mengakibatkan ketidak puasan di tengah masyarakat yang berujung pada prilaku main hakim sendiri oleh anggota masyarakat atau sekelompok masyarakat terhadap pihak-pihak yang dianggap mungkar. Hal ini akan berakibat pada ketidak tentraman dan nyaman seluruh masyarakat sehingga akan memunculkan kelompok-kelompok seperti FPI yang mencegah kemungkaran langsung dengan tangan mereka sendiri.<br /><br /><span style="font-size:130%;">C. Prinsip-Prinsip Dasar Dalam Berda’wah</span><br /><br /><span style="font-size:130%;"><em>1. Berdakwah Dengan Hikmah, Memberi Nasihat Yang Baik Dan Berdebat Dengan Argumentasi Yang Baik</em></span><br /><br /><span style="font-size:130%;">ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُم بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ</span><br /><br />"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk". (An-Nahl: 125)<br /><br /><em><span style="font-size:130%;">2. Berdakwah Dengan Lemah Lembut Baik Dakwah Bil Qoul (Dengan Ucapan) Ataupun Bihal (Perbuatan)</span><br /></em><br /><span style="font-size:130%;">فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّهِ لِنتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لاَنفَضُّواْ مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الأَمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّهِ إِنَّ اللّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ</span><br /><br />"Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu . Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya". (Ali Imron: 159)<br /><br /><span style="font-size:130%;"><em>3. Jangan menghina atau mengolok pihak yang didakwahi</em></span><br /><br /><span style="font-size:130%;">وَلاَ تَسُبُّواْ الَّذِينَ يَدْعُونَ مِن دُونِ اللّهِ فَيَسُبُّواْ اللّهَ عَدْوًا بِغَيْرِ عِلْمٍ كَذَلِكَ زَيَّنَّا لِكُلِّ أُمَّةٍ عَمَلَهُمْ ثُمَّ إِلَى رَبِّهِم مَّرْجِعُهُمْ فَيُنَبِّئُهُم بِمَا كَانُواْ يَعْمَلُونَ</span><br /><br />"Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan merekalah kembali mereka, lalu Dia memberitakan kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan". (Al-An’am: 108)<br /><br /><span style="font-size:130%;">يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَومٌ مِّن قَوْمٍ عَسَى أَن يَكُونُوا خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلَا نِسَاءٌ مِّن نِّسَاءٍ عَسَى أَن يَكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّ وَلَا تَلْمِزُوا أَنفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ بِئْسَ الاِسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ وَمَن لَّمْ يَتُبْ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ</span><br /><br />"Hai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olok) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim". (Al-Hujurat: 11)<br /><br /><span style="font-size:130%;"><em>4. Jauhi Berburuk Sangka Kepada Pihak Lain Termasuk Obyek Da’wah Kita</em></span><br /><br /><span style="font-size:130%;">يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِّنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَّحِيمٌ</span><br /><br />"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang". (Al-Hujurat: 12)<br /><br /><span style="font-size:130%;"><em>5. Berlaku Adil Kepada Semua Pihak, Janganlah Kebencian Kita Pada Sesuatu Kebatilan Menjadikan Kita Tidak Berlaku Adil Pada Pelaku Batil itu.<br /></em></span><br /><span style="font-size:130%;">يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ كُونُواْ قَوَّامِينَ لِلّهِ شُهَدَاءَ بِالْقِسْطِ وَلاَ يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَى أَلاَّ تَعْدِلُواْ اعْدِلُواْ هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى وَاتَّقُواْ اللّهَ إِنَّ اللّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ</span><br /><br />"Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan". (Al-Ma’idah: 8)<br /><br /><span style="font-size:130%;"><em>6. Apabila Ada Berita Yang Bersifat Mengadudomba, Klarifikasi berita tersebut</em></span><br /><br /><span style="font-size:130%;">يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِن جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَأٍ فَتَبَيَّنُوا أَن تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ</span><br /><br />"Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu". (Al-Hujurat: 6)<br /><br /><span style="font-size:130%;"><em>7. Jika Terjadi Perselisihan dan Perbedaan Pemahaman Antar Mu’min Yang Mengarah Kepada Pertengkaran Maka Damaikanlah</em></span><br /><br /><span style="font-size:130%;">وَإِن طَائِفَتَانِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ اقْتَتَلُوا فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا فَإِن بَغَتْ إِحْدَاهُمَا عَلَى الْأُخْرَى فَقَاتِلُوا الَّتِي تَبْغِي حَتَّى تَفِيءَ إِلَى أَمْرِ اللَّهِ فَإِن فَاءَتْ فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا بِالْعَدْلِ وَأَقْسِطُوا إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ</span><br /><br />"Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mu'min berperang maka damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari kedua golongan itu berbuat aniaya terhadap golongan yang lain maka perangilah golongan yang berbuat aniaya itu sehingga golongan itu kembali kepada perintah Allah; jika golongan itu telah kembali (kepada perintah Allah), maka damaikanlah antara keduanya dengan adil dan berlaku adillah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil". (Al-Hujurat: 9)<br /><br /><span style="font-size:130%;">إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ</span><br /><br />"Sesungguhnya orang-orang mu'min adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat". (Al-Hujurat: 10)<br /><br /><em><span style="font-size:130%;">8. Bersatu Padu Untuk Kemajuan Islam dan Da’wah Islam</span><br /></em><br /><span style="font-size:130%;">وَاعْتَصِمُواْ بِحَبْلِ اللّهِ جَمِيعًا وَلاَ تَفَرَّقُواْ وَاذْكُرُواْ نِعْمَةَ اللّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنتُمْ عَلَى شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ</span><br /><br />"Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan ni'mat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena ni'mat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk". (Ali Imron: 104)<br /><br /><span style="font-size:130%;"><em>9. Da’wah Dibina Dalam Rangka Menjalin Tali Silaturahmi Untuk Bertaqwa Kepada-Nya<br /></em></span><br /><span style="font-size:130%;">يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ</span><br /><br />"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal". (Al-Hujurat: 13)<br /><br /><span style="font-size:130%;">D. Aksi Kekerasan FPI Dalam Menegakkan Da’wah Islamiyah</span><br /><br />Berdasarkan uraian di atas, kekerasan yang dilakukan oleh FPI dalam menegakkan da’wah adalah bertentangan dengan Prinsip-Prinsip Dasar Da’wah Islmaiyah. Metode da’wah seperti ini hanya akan mencitrakan Islam sebagai sebuah agama yang penuh kekerasan. Benar bahwa setiap Muslim harus berprinsip tegas dalam menolak kemaksiatan, akan tetapi proses dalam penolakan itu, tidak dibenarkan apabila dilakukan dengan kekerasan, karena cara ini tidak dicontohkan oleh perilaku Rasulullah SAW dalam berda’wah.Isa Ansorihttp://www.blogger.com/profile/06952454540005742749noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7122892912441967989.post-84654782490841594632008-04-10T12:45:00.002+07:002008-04-10T13:53:15.034+07:00Merespon Film Fitna Sebagai Fitnah Menjijikkan<span style="font-size:130%;">MENYIKAPI ISLAMOPHOBIA YANG BERLEBIHAN<br />(Merespon Film Fitna Sebagai Fitnah Menjijikkan)<br />Oleh: Isa Ansori<br /></span><br />Akhir-akhir ini gerakan yang mencitrakan Islam sebagai ajaran yang ganas, garang dan inspirator terorisme gencar dikumandangkan oleh mereka yang tidak menyukai Islam terutama dari kalangan non Muslim. Seperti menghina Rasulullah SAW dengan membuat kartun yang dikatakan sebagai Rasulullah SAW mengenakan surban begelantung bom, kemudian munculnya beragam faham dan aliran sesat, dan terakhir beredarnya film karya Geert Wilders seorang senator pemimpin Partai Kebebasan (Freedom Party) di Belanda yang mengutip surah Al-Anfal: 60, lalu menuduh Al-Qur’an menyuruh penganutnya untuk berbuat teror. Pencitraan ini tidak lebih merupakan satu bentuk kekhawatiran berlebih akan kebangkitan peradaban Islam di seluruh dunia yang makin hari menampakkan kemajuan sebagai agama sempurna yang mengajak pemeluknya pada kedamaian, keadilan, kemakmuran dan kesejahteraan bersama dalam upaya beribadah mengabdi kepada Allah SWT.<br /><br /><span style="font-size:130%;">A. Allah Mengingatkan Orang Muslim Adanya Kelompok Yang Membenci Islam</span><br /><br /><span style="font-size:130%;">وَلَن تَرْضَى عَنكَ الْيَهُودُ وَلاَ النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ قُلْ إِنَّ هُدَى اللّهِ هُوَ الْهُدَى وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءَهُم بَعْدَ الَّذِي جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ مَا لَكَ مِنَ اللّهِ مِن وَلِيٍّ وَلاَ نَصِيرٍ</span><br /><br />"Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)". Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu". (Al-Baqarah: 120)<br /><br /><span style="font-size:130%;">لَتَجِدَنَّ أَشَدَّ النَّاسِ عَدَاوَةً لِّلَّذِينَ آمَنُواْ الْيَهُودَ وَالَّذِينَ أَشْرَكُواْ وَلَتَجِدَنَّ أَقْرَبَهُمْ مَّوَدَّةً لِّلَّذِينَ آمَنُواْ الَّذِينَ قَالُواْ إِنَّا نَصَارَى ذَلِكَ بِأَنَّ مِنْهُمْ قِسِّيسِينَ وَرُهْبَانًا وَأَنَّهُمْ لاَ يَسْتَكْبِرُونَ</span><br /><br />"Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik. Dan sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat persabahatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya kami ini orang Nasrani". Yang demikian itu disebabkan karena di antara mereka itu (orang-orang Nasrani) terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib, (juga) karena sesungguhnya mereka tidak menyombongkan diri". (Al-Maidah: 82)<br /><br /><span style="font-size:130%;">وَتَرَى كَثِيرًا مِّنْهُمْ يُسَارِعُونَ فِي الإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَأَكْلِهِمُ السُّحْتَ لَبِئْسَ مَا كَانُواْ يَعْمَلُونَ</span><br /><br /><br />"Dan kamu akan melihat kebanyakan dari mereka (orang-orang Yahudi) bersegera membuat dosa, permusuhan dan memakan yang haram. Sesungguhnya amat buruk apa yang mereka telah kerjakan itu". (Al-Maidah: 62)<br /><br /><span style="font-size:130%;">B. Karenanya Jangan Menjadikan Orang Yahudi, Nasrani dan Orang yang Suka Menghina Islam Sebagai Pemimpin</span><br /><br /><span style="font-size:130%;">يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ لاَ تَتَّخِذُواْ الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاءَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَمَن يَتَوَلَّهُم مِّنكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ إِنَّ اللّهَ لاَ يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ</span><br /><br />"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim". (Al-Maidah: 51)<br /><br /><span style="font-size:130%;">يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ لاَ تَتَّخِذُواْ الَّذِينَ اتَّخَذُواْ دِينَكُمْ هُزُوًا وَلَعِبًا مِّنَ الَّذِينَ أُوتُواْ الْكِتَابَ مِن قَبْلِكُمْ وَالْكُفَّارَ أَوْلِيَاءَ وَاتَّقُواْ اللّهَ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ</span><br /><br />"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil jadi pemimpinmu, orang-orang yang membuat agamamu jadi buah ejekan dan permainan, (yaitu) di antara orang-orang yang telah diberi Kitab sebelummu, dan orang-orang yang kafir (orang-orang musyrik). Dan bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang-orang yang beriman". (Al-Maeda: 57)<br /><br /><span style="font-size:130%;">c. Film Fitna Karangan Geert Wilders adalah Fitnah yang menjijikkan<br /></span><br />Dalam film itu Geert Wilders mengutip Al-Qur’an Surah Al-Anfal ayat 60 yang artinya sebagai berikut: “Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan)”.<br />Geert Wilders menuduh ayat Al-Qur’an ini telah memerintahkan orang yang mengimaninya untuk berbuat teror dan kerusakan. Tuduhan ini jelas tidak benar sebab dia hanya mengutip satu ayat tanpa mengutip ayat sebelum dan sesudahnya dalam satu rangkaian. Kalau kita lihat rangkaian ayat secara menyeluruh fakta yang benar adalah, orang Muslim yang telah membuat perjanjian damai dengan orang non Muslim haruslah berpegang teguh pada perjanjian itu. Jika orang non Muslim menghianati perjanjian, maka Allah memerintahkan orang Muslim untuk tidak tinggal diam tetapi memerangi mereka sebagai penghianat agar mereka mau dan bersedia kembali mematuhi perjanjian yang telah disepakati<br />Mr. Gert pembuat film fitna, jelas sebagai tukang fitnah, karena dia hanya mengutip salah satu ayat yang memerintahkan orang Islam untuk berjihad tanpa menjelaskan mengapa mereka harus berjihad. Jelas pada ayat sebelum dan sesudahnya menjelaskan mereka harus berjihad kalau dihianati oleh musuh.<br />Berikut ini kami kutipkan lebih lengkap surah Al-Maidah: 55-64, dari kutipan ini, akan kita ketahui bahwa pembuat film fitna Gert Wilder telah memutar balikkan fakta.<br /><br /><span style="font-size:130%;">إِنَّ شَرَّ الدَّوَابِّ عِندَ اللّهِ الَّذِينَ كَفَرُواْ فَهُمْ لاَ يُؤْمِنُونَ<br /></span><br />"Sesungguhnya binatang (makhluk) yang paling buruk di sisi Allah ialah orang-orang yang kafir, karena mereka itu tidak beriman". (55)<br /><br /><span style="font-size:130%;">الَّذِينَ عَاهَدتَّ مِنْهُمْ ثُمَّ يَنقُضُونَ عَهْدَهُمْ فِي كُلِّ مَرَّةٍ وَهُمْ لاَ يَتَّقُونَ<br /></span><br />"(Yaitu) orang-orang yang kamu telah mengambil perjanjian dari mereka, sesudah itu mereka mengkhianati janjinya pada setiap kalinya, dan mereka tidak takut (akibat-akibatnya)". (56)<br /><br /><span style="font-size:130%;">فَإِمَّا تَثْقَفَنَّهُمْ فِي الْحَرْبِ فَشَرِّدْ بِهِم مَّنْ خَلْفَهُمْ لَعَلَّهُمْ يَذَّكَّرُونَ</span><br /><br />"Jika kamu menemui mereka dalam peperangan, maka cerai beraikanlah orang-orang yang di belakang mereka dengan (menumpas) mereka, supaya mereka mengambil pelajaran". (57)<br /><br /><span style="font-size:130%;">وَإِمَّا تَخَافَنَّ مِن قَوْمٍ خِيَانَةً فَانبِذْ إِلَيْهِمْ عَلَى سَوَاءٍ إِنَّ اللّهَ لاَ يُحِبُّ الخَائِنِينَ</span><br /><br />"Dan jika kamu khawatir akan (terjadinya) pengkhianatan dari suatu golongan, maka kembalikanlah perjanjian itu kepada mereka dengan cara yang jujur. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berkhianat". (58)<br /><br /><span style="font-size:130%;">وَلاَ يَحْسَبَنَّ الَّذِينَ كَفَرُواْ سَبَقُواْ إِنَّهُمْ لاَ يُعْجِزُونَ</span><br /><br />"Dan janganlah orang-orang yang kafir itu mengira, bahwa mereka akan dapat lolos (dari kekuasaan Allah). Sesungguhnya mereka tidak dapat melemahkan (Allah)". (59)<br /><br /><span style="font-size:130%;">وَأَعِدُّواْ لَهُم مَّا اسْتَطَعْتُم مِّن قُوَّةٍ وَمِن رِّبَاطِ الْخَيْلِ تُرْهِبُونَ بِهِ عَدُوَّ اللّهِ وَعَدُوَّكُمْ وَآخَرِينَ مِن دُونِهِمْ لاَ تَعْلَمُونَهُمُ اللّهُ يَعْلَمُهُمْ وَمَا تُنفِقُواْ مِن شَيْءٍ فِي سَبِيلِ اللّهِ يُوَفَّ إِلَيْكُمْ وَأَنتُمْ لاَ تُظْلَمُونَ<br />وَأَعِدُّواْ لَهُم مَّا اسْتَطَعْتُم مِّن قُوَّةٍ وَمِن رِّبَاطِ الْخَيْلِ تُرْهِبُونَ بِهِ عَدُوَّ اللّهِ وَعَدُوَّكُمْ وَآخَرِينَ مِن دُونِهِمْ لاَ تَعْلَمُونَهُمُ اللّهُ يَعْلَمُهُمْ وَمَا تُنفِقُواْ مِن شَيْءٍ فِي سَبِيلِ اللّهِ يُوَفَّ إِلَيْكُمْ وَأَنتُمْ لاَ تُظْلَمُونَ<br /></span><br />"Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan)". (60)<br /><br /><span style="font-size:130%;">وَإِن جَنَحُواْ لِلسَّلْمِ فَاجْنَحْ لَهَا وَتَوَكَّلْ عَلَى اللّهِ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ</span><br /><br />"Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya dan bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui". (61)<br /><br /><span style="font-size:130%;">وَإِن يُرِيدُواْ أَن يَخْدَعُوكَ فَإِنَّ حَسْبَكَ اللّهُ هُوَ الَّذِي أَيَّدَكَ بِنَصْرِهِ وَبِالْمُؤْمِنِينَ</span><br /><br />"Dan jika mereka bermaksud hendak menipumu, maka sesungguhnya cukuplah Allah (menjadi pelindungmu). Dialah yang memperkuatmu dengan pertolongan-Nya dan dengan para mu'min," (62)<br /><br /><span style="font-size:130%;">وَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ لَوْ أَنفَقْتَ مَا فِي الأَرْضِ جَمِيعاً مَّا أَلَّفْتَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ وَلَكِنَّ اللّهَ أَلَّفَ بَيْنَهُمْ إِنَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ</span><br /><br />"dan Yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana". (63)<br /><br /><span style="font-size:130%;">يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ حَسْبُكَ اللّهُ وَمَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ</span><br /><br />"Hai Nabi, cukuplah Allah (menjadi Pelindung) bagimu dan bagi orang-orang mu'min yang mengikutimu". (64)<br /><br /><span style="font-size:130%;">D. Sikap Muslim Menghadapi Orang Yang Memusuhi Islam</span><br /><br /><em>1. Bersatu dengan berpegang teguh pada agama Allah dan jangan bercerai berai:</em><br /><br /><span style="font-size:130%;">وَاعْتَصِمُواْ بِحَبْلِ اللّهِ جَمِيعًا وَلاَ تَفَرَّقُواْ وَاذْكُرُواْ نِعْمَةَ اللّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنتُمْ عَلَى شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ</span><br /><br />"Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan ni'mat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena ni'mat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk". (Ali Imron: 103)<br /><br /><em>2. Bersabar<br /></em><br /><span style="font-size:130%;">يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ لاَ تَتَّخِذُواْ بِطَانَةً مِّن دُونِكُمْ لاَ يَأْلُونَكُمْ خَبَالاً وَدُّواْ مَا عَنِتُّمْ قَدْ بَدَتِ الْبَغْضَاءُ مِنْ أَفْوَاهِهِمْ وَمَا تُخْفِي صُدُورُهُمْ أَكْبَرُ قَدْ بَيَّنَّا لَكُمُ الآيَاتِ إِن كُنتُمْ تَعْقِلُونَ</span><br /><br />"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya". (Ali Imron: 118)<br /><br /><span style="font-size:130%;">هَاأَنتُمْ أُوْلاءِ تُحِبُّونَهُمْ وَلاَ يُحِبُّونَكُمْ وَتُؤْمِنُونَ بِالْكِتَابِ كُلِّهِ وَإِذَا لَقُوكُمْ قَالُواْ آمَنَّا وَإِذَا خَلَوْاْ عَضُّواْ عَلَيْكُمُ الأَنَامِلَ مِنَ الْغَيْظِ قُلْ مُوتُواْ بِغَيْظِكُمْ إِنَّ اللّهَ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ<br /></span><br />"Beginilah kamu, kamu menyukai mereka, padahal mereka tidak menyukai kamu, dan kamu beriman kepada kitab-kitab semuanya. Apabila mereka menjumpai kamu, mereka berkata: "Kami beriman"; dan apabila mereka menyendiri, mereka menggigit ujung jari lantaran marah bercampur benci terhadap kamu. Katakanlah (kepada mereka): "Matilah kamu karena kemarahanmu itu". Sesungguhnya Allah mengetahui segala isi hati". (Ali Imron: 119)<br /><br /><span style="font-size:130%;">إِن تَمْسَسْكُمْ حَسَنَةٌ تَسُؤْهُمْ وَإِن تُصِبْكُمْ سَيِّئَةٌ يَفْرَحُواْ بِهَا وَإِن تَصْبِرُواْ وَتَتَّقُواْ لاَ يَضُرُّكُمْ كَيْدُهُمْ شَيْئًا إِنَّ اللّهَ بِمَا يَعْمَلُونَ مُحِيطٌ</span><br /><br />"Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi jika kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya. Jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan". (Ali Imron: 120)<br /><br /><em>3. Jangan balas mengolok-olok mereka, karena nanti mereka akan membalas kembali dengan mengolok-olok Allah.<br /></em><br /><span style="font-size:130%;">وَلاَ تَسُبُّواْ الَّذِينَ يَدْعُونَ مِن دُونِ اللّهِ فَيَسُبُّواْ اللّهَ عَدْوًا بِغَيْرِ عِلْمٍ كَذَلِكَ زَيَّنَّا لِكُلِّ أُمَّةٍ عَمَلَهُمْ ثُمَّ إِلَى رَبِّهِم مَّرْجِعُهُمْ فَيُنَبِّئُهُم بِمَا كَانُواْ يَعْمَلُونَ</span><br /><br />"Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan merekalah kembali mereka, lalu Dia memberitakan kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan". (Al-An'am: 108)<br /><br /><em>4. Berdakwah dengan hikmah dan dibantah dengan argumentasi yang baik</em><br /><br /><span style="font-size:130%;">ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُم بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ</span><br /><br />"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk". (An-Nahl: 125)<br /><br /><em>5. Berdakwah dengan lemah lembut baik dakwah bil qoul (dengan ucapan) ataupun bihal (perbuatan)<br /></em><br /><span style="font-size:130%;">فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّهِ لِنتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لاَنفَضُّواْ مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الأَمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّهِ إِنَّ اللّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ<br /></span><br />"Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu . Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya". (Ali Imron: 159)Isa Ansorihttp://www.blogger.com/profile/06952454540005742749noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7122892912441967989.post-10955095219736719132008-03-26T15:22:00.005+07:002008-03-27T08:05:45.142+07:00Hawa Nafsu Manusia<div align="justify"><span style="font-size:180%;">HAWA NAFSU MANUSIA<br />Oleh: Isa Ansori</span><br /><br />Allah SWT. menciptakan manusia sebagai khalifah yang menguasai dan mendayagunakan bumi dan alam sekitarnya untuk kesejahteraan manusia.<br /><br /><span style="font-size:130%;">وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلاَئِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الأَرْضِ خَلِيفَةً قَالُواْ أَتَجْعَلُ فِيهَا مَن يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لاَ تَعْلَمُونَ</span><br /><br />“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui". (Al-Baqarah: 30)<br /><br /><span style="font-size:130%;">هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُم مَّا فِي الأَرْضِ جَمِيعاً ثُمَّ اسْتَوَى إِلَى السَّمَاءِ فَسَوَّاهُنَّ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ</span><br /><br />“Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak menuju langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu”. (Al-Baqarah: 29)<br /><br />Kesemuanya itu dalam rangka ikhlas beribadah mengabdi kepada-Nya.<br /><br /><span style="font-size:130%;">وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ</span><br /><br />“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku”. (Adzariyat: 56)<br /><br /><span style="font-size:130%;">وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ</span><br /><br />“Mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta'atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus”. (Al-Bayyinah: 5).<br /><br />Agar misi sebagai khalifah dapat berjalan, Allah memberi nafsu pada diri manusia sebagai sumber pendorong perubahan dan perkembangan selama manusia masih hidup. Pada nafsu itu diberi ilham tentang manakah keinginan-keinginan baik yang dibenarkan dan diridhai oleh Allah SWT. sehingga setiap proses mewujudkan keinginan-keinginan itu dapat bernilai ibadah dan mengabdi kepada Allah SWT. Serta manakah keinginan-keinginan buruk yang apabila diperturutkan maka proses mewujudkannya adalah maksiat kepada Allah SWT. Firman Allah:<br /><br /><span style="font-size:130%;">وَنَفْسٍ وَمَا سَوَّاهَا. فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا. قَدْ أَفْلَحَ مَن زَكَّاهَا. وَقَدْ خَابَ مَن دَسَّاهَا</span><br /><br />“dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya). maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya”. (As-Syams: 7-10).<br /><br />Selain nafsu, Allah SWT. juga menciptakan akal pikiran pada diri manusia, yang berfungsi sebagai pembantu nafsu dalam mempertimbangkan suatu keinginan, apakah mungkin atau tidak mungkin, logis atau tidak logis, bermanfaat atau tidak bermanfaat, baik atau buruk, diridhoi Allah atau dimurkai, dan seterusnya sekaligus mencarikan alternatif cara dan proses apabila ia diwujudkan. Dan sebagai standar penilaian itu adalah Al-Qur’an, wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.<br /><br /><br /><span style="font-size:130%;">يُؤتِي الْحِكْمَةَ مَن يَشَاءُ وَمَن يُؤْتَ الْحِكْمَةَ فَقَدْ أُوتِيَ خَيْرًا كَثِيرًا وَمَا يَذَّكَّرُ إِلاَّ أُوْلُواْ الأَلْبَابِ</span><br /><br />“Allah menganugerahkan al hikmah (kepahaman yang dalam tentang Al Qur'an dan As Sunnah) kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barangsiapa yang dianugerahi al hikmah itu, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah)”. (Al-Baqarah: 269)<br /><br />Hawa nafsu sebagai sumber dan pendorong segala keinginan pada diri manusia, dalam proses memunculkan suatu keinginan dan usaha untuk mewujudkannya, ada yang mendapat rahmat Allah sehingga mengikuti ilham dari Allah untuk selalu bertaqwa kepada-Nya. Ia bersedia dengan ikhlas mengikuti jalan Allah yang lurus, dan tidak berani untuk mendustai-Nya. Ia merasa aman dan tentram selalu berada dalam keridhaan-Nya dan menolak untuk bermaksiat kepada-Nya. Inilah nafsu yang disebut dengan “Nafsu Mutmainnah” yang akan dipanggil oleh Allah untuk menghadap dan bersemayam dengan tentram di sisi-Nya, seperti dalam firman Allah:<br /><br /><span style="font-size:130%;">يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ. ارْجِعِي إِلَى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً. فَادْخُلِي فِي عِبَادِي. وَادْخُلِي جَنَّتِي</span><br /><br />“Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku”. (Al-Fajr: 27-30)<br /><br />Namun ada pula yang sebaliknya. Nafsu yang merasa puas dan tentram jika bermaksiat kepada Allah, menolak dengan keras segala seruan untuk mengabdi kepada Allah. Ia lebih suka mengikuti seruan syaithan. Ini seperti pada saat iblis raja syaithan menolak perintah Allah untuk bersujud kepada Adam. Iblis saat itu mengikuti hawa nafsu sombongnya yang menganggap bahwa dia lebih mulia dari pada Adam sebaba ia diciptakan oleh Allah dari api sedangkan Adam dari tanah. Firman Allah:<br /><br /><span style="font-size:130%;">وَلَقَدْ خَلَقْنَاكُمْ ثُمَّ صَوَّرْنَاكُمْ ثُمَّ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُواْ لِآدَمَ فَسَجَدُواْ إِلاَّ إِبْلِيسَ لَمْ يَكُن مِّنَ السَّاجِدِينَ. قَالَ مَا مَنَعَكَ أَلاَّ تَسْجُدَ إِذْ أَمَرْتُكَ قَالَ أَنَاْ خَيْرٌ مِّنْهُ خَلَقْتَنِي مِن نَّارٍ وَخَلَقْتَهُ مِن طِينٍ</span><br /><br />“Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu Kami bentuk tubuhmu, kemudian Kami katakan kepada para malaikat: "Bersujudlah kamu kepada Adam"; maka merekapun bersujud kecuali iblis. Dia tidak termasuk mereka yang bersujud. Allah berfirman: "Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?" Menjawab iblis: "Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah". (Al-A’raf: 11-12).<br /><br />Hawa nafsu yang senang bermaksiat dan mendurhakai Allah ini disebut dengan “Nafsu Amarah bi Su’” (Nafsu yang menyuruh kepada kejelekan), sebagaimana yang disebutkan oleh Nabi Yusuf dalam firman Allah:<br /><br /><span style="font-size:130%;">وَمَا أُبَرِّىءُ نَفْسِي إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلاَّ مَا رَحِمَ رَبِّي إِنَّ رَبِّي غَفُورٌ رَّحِيمٌ</span><br /><br />“Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (Yusuf: 53)<br /><br />Kemudian, nafsu itu juga mempunyai sifat tidak pernah puas terhadap segala keinginan yang telah terwujud atau dalam proses perwujudannya. Jika nafsu mendorong untuk berbuat suatu kebajikan lalu berhasil mewujudkannya, maka ia akan menyesal mengapa tidak lebih banyak lagi kebajikan dapat ia wujudkan. Dalam posisi ini, sifat nafsu ini adalah baik dan mulia. Namun jika sebaliknya, nafsu amarah bi su’ yang mendorong kepada kejelekan dan berhasil mewujudkannya, maka ia pun tidak merasa puas, bahkan menyesali mengapa tidak lebih banyak lagi kemaksiatan ia wujudkan sehingga tercapai kepuasan, meskipun pada hakekatnya kepuasan yang ia kehendaki tidak mungkin akan tercapai. Rasulullah SAW. bersabda:<br /><br /><span style="font-size:130%;">لوكان لإبن أدم واد من مال لابتغى اليه ثانيا ولو كان له واديان لابتغى لهما ثالثا ولايملأ جوف ابن أدم الا الترب ويتوب الله من تاب</span>.<br /><br />“Andaikata anak Adam memiliki satu lembah berisi harta pasti dia berharap untuk mendapatkan lembah yang kedua. Dan seandainya ia telah memiliki dua lembah berisi harta, pastilah dia berharap lembah yang ke tiga. Tidak ada yang dapat memenuhi keinginan perut anak Adam kecuali tanah (mati dikubur). Allah menerima taubat setiap orang yang bertaubat kepada-Nya”. (HR: Ahmad, Bukhari, Muslim dan Tirmizi).<br /><br />Sifat nafsu ini disebut dengan “Nafsu Lawwamah”, sebagaimana firman Allah:<br /><br /><span style="font-size:130%;">وَلَا أُقْسِمُ بِالنَّفْسِ اللَّوَّامَةِ</span><br /><br />“Dan aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri)”. (Al-Qiyamah: 2)<br /><br />Dalam penyesalan karena ketidak puasannya, nafsu lawwamah yang mengikuti nafsu amarah bi su’ berkeluh kesah seperti dalam Firman Allah:<br /><br /><span style="font-size:130%;">إِنَّ الْإِنسَانَ خُلِقَ هَلُوعًا. إِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ جَزُوعًا. وَإِذَا مَسَّهُ الْخَيْرُ مَنُوعًا</span><br /><br />“Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir,<br /><br /><span style="font-size:130%;">فَأَمَّا الْإِنسَانُ إِذَا مَا ابْتَلَاهُ رَبُّهُ فَأَكْرَمَهُ وَنَعَّمَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَكْرَمَنِ. وَأَمَّا إِذَا مَا ابْتَلَاهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَهَانَنِ</span><br /><br />“Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia berkata: "Tuhanku telah memuliakanku". Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rezkinya maka dia berkata: "Tuhanku menghinakanku". (Al-Fajr: 15-16)<br /><br />Inilah sekelumit hawa nafsu manusia. Hawa nafsu ini bersemayam dalam hati. Hati bukan dalam arti fisik berupa segumpal daging dalam tubuh yang terletak di dada kiri, tapi hati dalam arti yang lebih lembut dan abstrak yang disebut oleh Allah dan Rasulullah sebagai pusat pengendali baik dan buruk amal manusia. (Sekelumit tentang hati kami tulis di bawah. Insha Allah bahasan lebih lanjut pada tulisan lain).<br /><br />Di dalam hati, hawa nafsu mutmainnah dan amarah bi su’ saling berebut pengaruh untuk menjadi sumber pendorong dalam setiap keinginan yang akan diwujudkan oleh manusia. Seluruh panca indera dan anggauta badan yang lain adalah sumber informasi untuk terwujudnya suatu kegiatan sekaligus sebagai pelaksana dalam mewujudkan keinginan itu.<br /><br />Allah Maha Mengetahui, oleh sebab seluruh panca indera dan anggauta badan adalah sumber informasi dan sekaligus pelaksana hawa nafsu, maka Allah menurunkan tata aturan bagaimana mendayagunakan seluruh panca indera dan anggauta badan yang benar dan diridhai-Nya sehingga setiap perbuatan yang dihasilkan maka akan bernilai ibadah kepada-Nya.<br /><br />Manusia dihiasi syahwat cinta kepada wanita, anak-anak, dan harta benda dunia lainnya, sehingga seluruh panca indera dan anggauta badan lainnya pun bekerja memberikan informasi kepada hati tentang apa yang ia lihat dan ingin rasakan, dan Allah pun menunjukkan bagaimana syahwat cinta kepada semuanya itu dimulai dari proses pemberian informasi sampai proses perwujudan kenikmatan dapat bernilai ibadah kepada-Nya.<br /><br /><span style="font-size:130%;">زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللّهُ عِندَهُ حُسْنُ الْمَآبِ</span><br /><br />“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan syahwat kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)”. (Ali-Imron: 14)<br /><br />Sedikit contoh kami berikan, ketika mata seorang lelaki jatuh menatap wanita cantik di hadapannya, informasi ini dikirim ke dalam hati, lalu hiasan syahwat cinta kepada wanita yang diberikan Allah kepada manusia mendorong hawa nafsu merespon dengan beragam keinginan. Lalu Allah memberikan bimbingan kepada nafsu seperti dalam hadis Rasul SAW. bahwa: Pandangan pertama kepada segala sesuatu adalah memang pekerjaan mata, akan tetapi pandangan berikutnya adalah respon nafsu terhadap apa yang ia lihat, maka berhati-hatilah, kalau nafsu amarah bi su’ yang menguasai, maka pandangan yang berikutnya itu akan dikenai hisab oleh Allah. Dan Allah-pun mengajarkan bagaimana memandang yang dibenarkan, ialah pandangan ketika berta’aruf dan meminang untuk dijadikan isteri sah dalam rangka beribadah kepada-Nya saja yang dibenarkan.<br /><br />Untuk ini Rasulullah SAW. bersabda:<br /><br /><span style="font-size:130%;">قال رسول الله صلىالله عليه وسلم: لا يؤمن أحدكم جتى يكون هواه تبعا لما جئت به</span>.<br /><br />Rasulullah SAW. bersabda: “Tidak beriman salah seorang diantara kamu sehingga hawa nafsunya mengikuti ajaran yang aku bawa” .<br /><br />Rasulullah SAW. Juga memberi petunjuk kepada hati ketika nafsu mutmainnah dan amarah bi su’ saling berebut pengaruh:<br /><br /><span style="font-size:130%;">عن وابصة بن معبد رضىالله عنه قال أتيت رسول الله صلى الله عليه وسلم فقال جئت تسأل عن البر؟. قلت نعم. قال استفت قلبك البر مااطمأنت اليه النفس واطمأن إليه القلب. والإثم ماحاك فى النفس وتردد فى الصدر وإن افتاك الناس وأفتوك<br /></span><br />“Wabishah bin Ma’bad r.a berkata: Aku mendatangi Rasulullah SAW, lalau beliau bertanya: “Engkau datang hendak menanyakan tentang kebaikan?”. Aku menjawab: “Ya!”. Nabi bersabda: “Mintalah fatwa pada hatimu. Kebaikan adalah apa-apa yang jiwa/nafsu dan hatimu merasa aman dan tentram. Sedangkan dosa adalah apa-apa yang menimbulkan keraguan dalam jiwa/nafsu dan hatimu meski kau meminta pendapat atau diberi pendapat oleh orang lain”. (HR. Ahmad bin Hambal dan Ad-Darimi)<br /><br />Tulisan ini masih ada kaitannya dengan tulisan kami sebelumnya. Silakan baca kembali tulisan kami yang berjudul: <a href="http://ansoriok.blogspot.com/2008/03/muhammad-diutus-untuk-menyempurnakan.html">"Muhammad Diutus Untuk Menyempurnakan Akhlak Mulia".</a></div>Isa Ansorihttp://www.blogger.com/profile/06952454540005742749noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7122892912441967989.post-34539969746424331152008-03-17T10:31:00.002+07:002008-03-26T15:22:05.514+07:00Muhammad Diutus Untuk Menyempurnakan Akhlak Mulia<div align="justify"><span style="font-size:130%;">MUHAMMAD DIUTUS UNTUK MENYEMPURNAKAN AKHLAK MULIA<br />(Memperingati Maulid Nabi S.A.W.)<br /></span>Oleh: Isa Ansori<br /><br />Pada bulan Rabiul Awal lebih dari 14 Abad yang lalu, Allah telah menurunkan seorang hamba IstimewaNya ke dunia. Dia adalah Muhammad Rasulullah SAW. yang mengemban misi penting untuk membentuk akhlak umat manusia mulya dan sempurna sebagaimana yang Allah kehendaki.<br /><br />Allah SWT. memiliki maksud tertentu menciptakan umat manusia, yaitu sebagai khalifah (penguasa, pengatur) bumi dalam rangka ikhlas beribadah kepadaNya. Manusia adalah makhluk yang diciptakan dengan memiliki hawa nafsu. Hawa nafsu inilah yang mendorong manusia untuk selalu dinamis berubah ke segala arah. Dengan hawa nafsu manusia dapat memrubah dunia ke zaman modern seperti saat ini dan akan terus berkembang ke masa yang lebih modern di masa yang akan datang. Dan hawa nafsu pula jika tanpa dikendalikan sebagai pendorong kuat untuk memunculkan perbuatan-perbuatan tercela dan kerusakan-kerusakan di muka bumi. Inilah hawa nafsu manusia yang diucapkan oleh Nabi Yusuf dalam firman Allah:<br /><br /><span style="font-size:180%;">وَمَا أُبَرِّىءُ نَفْسِي إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلاَّ مَا رَحِمَ رَبِّي إِنَّ رَبِّي غَفُورٌ رَّحِيمٌ</span><br /><br />“Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (Yusuf: 53) </div><div align="justify"><br />Kecenderungan hawa nafsu yang tak terkontrol sehingga banyak melahirkan perbuatan-perbuatan maksiat dan kerusakan-kerusakan di muka bumi telah lama dikhawatirkan oleh para malaikat ketika Allah mengutarakan maksudnya kepada para malaikat bahwa Allah akan menciptakan makhluk manusia sebagai khalifah (penguasa, pengatur) di muka bumi. Firman Allah:<br /><br /><span style="font-size:130%;"><span style="font-size:180%;">وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلاَئِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الأَرْضِ خَلِيفَةً قَالُواْ أَتَجْعَلُ فِيهَا مَن يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لاَ تَعْلَمُونَ<br /></span><br /></span>“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui". (Al-Baqarah: 30)<br /><br />Dan kekhawatiran malaikat ini telah terbukti, betapa kita saksikan, berapa banyak manusia tanpa dosa terbunuh baik oleh pribadi-prabadi atau perang yang menghancurkan sendi-sendi kemanusiaan. Berapa banyak kemaksiatan terjadi disekitar kita, dikerjakan dengan terang-terangan tanpa malu-malu: berjudi, mabuk-mabukan, berzina, merampas harta orang lain tanpa hak dari pencurian kelas teri hingga korupsi yang menelan harta masyarakat trilyunan rupiah dan beragam kemaksiatan lainnya hingga mengganggu sendi-sendi kehidupan normal di masyarakat, kesemuanya terus menerus terjadi hingga saat ini. (Lebih jauh tentang nafsu manusia akan kami bahas dalam tulisan tersendiri, insya Allah).<br /><br />Kerusakan akhlak terus terjadi merajalela. Akankah nafsu angkaramurka akan terus kita perturutkan? Jawabnya tanyakanlah pada diri sendiri. Jangan mudah menyalahkan pihak lain, karena setiap kita adalah bernafsu.<br /><br />Dan ini adalah salah satu alasan mengapa Allah menurunkan Muhammad SAW. di tengah-tengah manusia. Tiada lain untuk membimbing nafsu manusia bagaimana seharusnya ia dibimbing, dikendalikan dan diarahkan. Rasulullah SAW. bersabda:<br /><br /><span style="font-size:180%;">إنما بعثت لأتم صالح الاخلق<br /></span><br />”Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang sholeh”. (HR: Bukhari dalam shahih Bukhari kitab adab, Baihaqi dalam kitab syu’bil Iman dan Hakim).<br /><br />Hadis dari Anas dia menyatakan:<br /><br /><span style="font-size:180%;">كان احسن الناس خلقا</span><br /><br />“Nabi SAW. adalah manusia dengan akhlak yang terbaik”. (HR: Muslim dan Abu Dawud).<br /><br />Aisyah menyebut akhlak Rasulullah SAW. adalah Al-Qur’an.<br /><br />Allah sendiri memuji akhlak Rasulullah SAW dengan menyebut:<br /><br /><span style="font-size:180%;">وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ</span><br /><br />“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”. (Al-Qalam: 4).<br /><br /><span style="font-size:180%;">لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا</span><br /><br />“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. (Al-Ahzab: 21)<br /><br />Jelaslah siapa saja yang menginginkan kehidupan di dunia hingga akhirat berjalan normal sebagaimana yang dikehendaki Allah SWT. tiada jalan lain kecuali kembali mengamalkan ajaran Al-Qur’an dan Hadis dalam kehidupannya sehari-hari. Sebab Al-Qur’an diturunkan adalah sebagai petunjuk bagi orang yang bertakwa, dan dengan ketakwaan inilah kehidupan dunia hingga akhirat akan berlangsung normal. Tentang hal ini silakan Anda baca tulisan kami lainnya di: <a href="http://ansoriok.blogspot.com/2008/02/musibah-antara-azab-dan-ujian.html">“Musibah: Antara Azab dan Ujian”. </a><br />Firman Allah:<br /><br /><span style="font-size:180%;">الم. ذَلِكَ الْكِتَابُ لاَ رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِّلْمُتَّقِينَ</span><br /><br />“Alif laam miim . Kitab (Al Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa”. (Al-Baqarah: 1-2)<br /><br />Rasulullah SAW. sendiri menyebutkan:<br /><br /><span style="font-size:180%;">تركت فيكم شيئين لن تضلوا بعدهما كتاب الله وسنتى</span><br /><br />“Aku Tinggalkan padamu dua perkara, kamu semua tidak akan sesat selamanya (dengan berpegang teguh kepada keduanya) ialah Kitab Allah dan Sunnahku”.<br /><br />Dan bagi siapa saja yang mengabaikan Al-Qur’an dengan memperturutkan nafsu angkaramurkanya maka kehidupan dunia akan menjadi tidak normal. Dan pada hari kiamat azab Allah yang pedih telah menanti. Firman Allah:<br /><br /><span style="font-size:180%;">وَمَنْ أَعْرَضَ عَن ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى. قَالَ رَبِّ لِمَ حَشَرْتَنِي أَعْمَى وَقَدْ كُنتُ بَصِيرًا. قَالَ كَذَلِكَ أَتَتْكَ آيَاتُنَا فَنَسِيتَهَا وَكَذَلِكَ الْيَوْمَ تُنسَى. وَكَذَلِكَ نَجْزِي مَنْ أَسْرَفَ وَلَمْ يُؤْمِن بِآيَاتِ رَبِّهِ وَلَعَذَابُ الْآخِرَةِ أَشَدُّ وَأَبْقَى<br /><br /></span>“Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta. Berkatalah ia: "Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat?”. Allah berfirman: "Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamupun dilupakan". Dan demikianlah Kami membalas orang yang melampaui batas dan tidak percaya kepada ayat-ayat Tuhannya. Dan sesungguhnya azab di akhirat itu lebih berat dan lebih kekal”. (Thaha: 124-127) </div><div align="justify"> </div><div align="justify">Tujuan akhir dari diutusnya Muhammad adalah terciptanya ketentraman, kebahagian dan kesejahteraan hidup seluruh makhluk di seluruh dunia hingga akhirat. Firman Allah:</div><div align="justify"> </div><div align="justify"><span style="font-size:180%;">وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَالَمِينَ<br /></span></div><div align="justify">"Dan tiadalah Kami mengutus kamu Muhammad, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam". (Al-Anbiya': 107)</div>Isa Ansorihttp://www.blogger.com/profile/06952454540005742749noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-7122892912441967989.post-28122925947525581402008-02-22T15:45:00.006+07:002008-02-22T16:10:11.214+07:00MUSIBAH: ANTARA AZAB DAN UJIAN<div align="left"><strong><span style="font-size:180%;">MUSIBAH: ANTARA AZAB DAN UJIAN</span><br /></strong>Oleh : Isa Ansori<br /><br /><span >Dalam satu dekade terakhir, beragam musibah mendera bangsa Indonesia. Dimulai dari krisis moneter sekitar tahun 1997 yang mendorong naiknya harga semua kebutuhan hidup primer dan skunder sehingga mayoritas masyarakat menjadi miskin dan sulit memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Penyebab keadaan ini sangat komplek, yang banyak disebut adalah karena kuatnya korupsi, kolusi dan nepotisme yang seakan membudaya pada rezim Orde Baru (dan sepertinya terus berlanjut hingga saat ini meski usaha untuk memberantasnya digalakkan), sehingga memaksa rezim ini runtuh dan digantikan oleh penguasa era reformasi. Belum lama pemerintah era reformasi membenahi Indonesia untuk lebih baik, beragam musibah kembali mendera, bencana alam datang silih berganti dari gempa bumi dan tsunami yang meluluhlantahkan ujung pulau Sumatera Aceh dan sekitarnya menelan ratusan ribu korban jiwa dan harta benda yang tak ternilai, hingga gunung meletus, banjir, angin puting beliung, kebakaran hutan, lumpur, beragam kecelakaan sarana transportasi baik darat, laut maupun udara dan masih banyak lagi sederat musibah yang terjadi hingga saat ini terus menghampiri seolah tak pernah berhenti. </span></div><div align="left"><br /><span >Bertanyalah kita mengapa semua ini terjadi? Dan Bagaimanakah seorang Muslim menyikapi? </span></div><div align="left"><br /><span >Menjawab pertanyaan ini, kita mulai dari maksud dan tujuan Allah menciptakan manusia sebagai khalifah di muka bumi. </span><a href="http://ansoriok.blogspot.com/2008/01/berbuat-dengan-ikhlas-karena-allah-swt.html"><span >Allah menciptakan jin dan manusia tiada lain adalah untuk semata beribadah dan mengabdi dengan ikhlas kepadaNya</span></a><span >.<br />Untuk menuntun umat manusia agar selalu berada pada jalan lurus yang diridhaiNya, Allah telah menurunkan Al-Qur’an melalui RasulNya Muhammad SAW. Al-Qur’an adalah petunjuk bagi orang yang bertaqwa. Firman Allah:<br /></span><br /><span style="font-size:180%;">الم. ذَلِكَ الْكِتَابُ لاَ رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِّلْمُتَّقِينَ. البقرة:1-2</span><br /></div><div align="left"></div><div align="left"></div><div align="left"><span ><em>“Alif laam miim. Kitab (Al Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa”. (Al-Baqarah: 1-2)<br /></em><br />Al-Quran menjelaskan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan oleh manusia dan juga yang harus di jauhi untuk menggapai kesuksesan dan kebahagiaan hidup di dunia hingga akhirat. Inilah jalan yang lurus yang harus dilewati manusia jika menginginkan keselamatan, keberuntungan dan kesuksesan di dunia hingga setelah masa kematiannya. Jika tidak maka kekakacauan sosial dan bencana akan menimpa manusia di dunia dan setelah kematiannya. Adanya kehidupan dunia yang bersambung terus ke alam setelah kematian adalah suatu ujian adakah manusia telah menyembah dan beribadah sesuai dengan kehendakNya. Firman Allah:</span> </div><div align="left"><br /><span style="font-size:180%;">تَبَارَكَ الَّذِي بِيَدِهِ الْمُلْكُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ. الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ. الملك:1-2<br /></span></div><div align="left"></div><div align="left"><span ></span> </div><div align="left"><span ><em>“Maha Suci Allah Yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun”. (Al-Mulk: 1-2)<br /><br /></em>Allah Maha Adil dalam menilai dan membalas amal perbuatan manusia. Barang siapa berbuat baik dengan sesamanya dan alam lingkungan sekitarnya maka balasan kebaikan diterima berupa ketentraman dan kesejahteraan hidup di dunia hingga akhirat dan sebaliknya siapa yang membuat kerusakan dan kekacauan pada sesama dan alam lingkungan sekitarnya, maka kekakacauan hidup dan bencana akan ia terima di dunia dan akhirat. Manusia adalah makhluk sosial, setiap tindakan individu akan berimplikasi pada individu yang lain. Dan setiap individu akan dimintai pertanggungjawaban terhadap setiap apa yang ia kerjakan. Firman Allah: </span></div><div align="left"><br /><span style="font-size:180%;">فَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ. وَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ. الزلزلة: 1-2</span><br /></div><div align="left"></div><div align="left"><span style="font-family:times new roman;"></span></div><div align="left"><span ><em></em></span> </div><div align="left"><span ><em>“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula”. (Al-Zalzalah: 1-2) </em></span></div><div align="left"><br /><span style="font-size:180%;">ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ. الروم: 41</span><br /></div><p align="left"><span style="font-family:times new roman;"><span ><em>“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”. (Ar-Rum: 41)<br /></em></span><br /></span><span >Dengan demikian beragam musibah baik berupa kesulitan hidup atau bencana alam bila kita lihat dari kaca mata ini dapat berarti: </span></p><p><span >1. Azab atau murka Allah kepada mahluknya karena telah melanggar kewajiban untuk selalu menyembah dan mengabdi kepadaNya dalam seluruh tindakan, baik dalam pergaulan dengan sesama atau alam sekitar. Korupsi, kolusi, nepotisme tak berdasar, riba, judi, zina, mencuri dan beragam maksiat lain yang dilarang Allah akan mengakibatkan kekacauan tatanan kehidupan manusia. Sementara perusakan alam akan mengakibatkan rusaknya ekosistem dan keteraturan alam. Semua kesulitan hidup dan bencana itu tidak hanya ditanggung oleh si pelaku tetapi juga semua orang di sekitarnya. Firman Allah:<br /></span><br /><span style="font-size:180%;">وَاتَّقُواْ فِتْنَةً لاَّ تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُواْ مِنكُمْ خَاصَّةً وَاعْلَمُواْ أَنَّ اللّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ . ألأنفال: 25</span><br /></p><div align="left"></div><div align="left"></div><div align="left"><span ><em></em></span> </div><div align="left"><span ><em>“Dan peliharalah dirimu daripada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya”. (Al-Anfal: 25). </em></span><br /><br /><span style="font-size:180%;">وَمَا أَرْسَلْنَا فِي قَرْيَةٍ مِّن نَّبِيٍّ إِلاَّ أَخَذْنَا أَهْلَهَا بِالْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ لَعَلَّهُمْ يَضَّرَّعُونَ . ثُمَّ بَدَّلْنَا مَكَانَ السَّيِّئَةِ الْحَسَنَةَ حَتَّى عَفَواْ وَّقَالُواْ قَدْ مَسَّ آبَاءَنَا الضَّرَّاءُ وَالسَّرَّاءُ فَأَخَذْنَاهُم بَغْتَةً وَهُمْ لاَ يَشْعُرُونَ . وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُواْ وَاتَّقَوْاْ لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ وَلَكِن كَذَّبُواْ فَأَخَذْنَاهُم بِمَا كَانُواْ يَكْسِبُونَ . الأعراف: 95-97</span><br /></div><div align="left"><span ><em>“Kami tidaklah mengutus seseorang nabipun kepada sesuatu negeri, (lalu penduduknya mendustakan nabi itu), melainkan Kami timpakan kepada penduduknya kesempitan dan penderitaan supaya mereka tunduk dengan merendahkan diri. Kemudian Kami ganti kesusahan itu dengan kesenangan hingga keturunan dan harta mereka bertambah banyak, dan mereka berkata: "Sesungguhnya nenek moyang kamipun telah merasai penderitaan dan kesenangan", maka Kami timpakan siksaan atas mereka dengan sekonyong-konyong sedang mereka tidak menyadarinya. Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya”. (Al-A’raf: 95-97)</em><br /><br />2. Ujian bagi orang yang beriman untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT.</span><br /><br /><span style="font-size:180%;">وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الأَمْوَالِ وَالأنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ . الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُواْ إِنَّا لِلّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعونَ</span> <span style="font-size:180%;">. أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِّن رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ. البقرة: 155-157<br /></span><br /><span style="font-family:times new roman;"><em><span >“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, "Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun". Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk”. (Al-Baqarah: 155-157)<br /></span></em><br />Rasulullah SAW. bersabda:</span><br /><br /><span style="font-size:180%;">عن آنس رضىالله عنه قال قال رسول الله صلىالله عليه وسلم: إذا اراد الله بعبده الشر امسك عنه بذنبه حتى يوفى به يوم القيمة و قال النبى صلىالله عليه وسلم إن عظم الجزاء مع عظم البلاء وان الله تعلى إذا احب قوما ابتلاهم فمن رضى فله الرضا ومن سخط فله السخط. رواه ترمذى<br /></span><br /><span style="font-size:85%;"><em>"Dari Anas RA berkata telah bersabda Rasulullah SAW: “Jika Allah menghendaki pada seorang hambanya dengan suatu kejelakan maka Allah akan menahan dosa-dosanya sehingga dia dibalas pada hari kiamat”, Nabi SAW bersabda: “Sesungguhnya pahala yang besar itu disertai besarnya ujian, dan sesungguhnya Allah Ta’ala apabila Dia mencintai suatu kaum maka Allah akan menguji mereka maka barangsiapa yang ridha dengan ujian itu maka ia mendapatkan ridha Allah dan barangsiapa yang murka dengan ujian itu, maka murka Allah atas dia”. (HR. Tirmidzi). </em></span></div>Isa Ansorihttp://www.blogger.com/profile/06952454540005742749noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7122892912441967989.post-46995953762411887522008-02-11T15:32:00.003+07:002008-02-12T15:32:52.352+07:00Meraih Keberuntungan Dan Kesuksesan Dunia dan AkhiratMERAIH KEBERUNTUNGAN DAN KESUKSESAN DUNIA DAN AKHIRAT<br />Oleh : Isa Ansori<br /><br />Semua orang menginginkan keberuntungan dan kesuksesan hidup di dunia hingga akhirat. Ada yang mengatakan seseorang disebut beruntung dan sukses jika memiliki banyak uang dan harta benda lainnya. Tapi tahukah Anda bahwa menurut Allah semua orang adalah rugi dalam kedidupan dunia dan akhiratnya kecuali mereka masuk ke dalam ruang lingkup ini: Orang yang beriman, beramal sholeh, saling menasehati untuk selalu dalam kebenaran dan saling menasehati untuk selalu bersabar.<br /><br />وَالْعَصْرِ إِنَّ الْإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْر.ِ الْعَصْرِ: 1-3<br /><br />“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya menta'ati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran” (Al-Asr: 1-3)<br /><br />Menurut Allah dan orang-orang yang selalu ta’at kepadaNya, orang-orang yang beruntung dan sukses adalah:<br /><br />1. Orang-Orang Yang Beriman<br /><br />Siapakah orang yang beriman? Rasulullah SAW dalam hadis riwayat Muslim ketika ditanya oleh Jibril tentang apakah iman itu, Beliau menjawab: “Hendaklah engkau percaya kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya, Rasul-rasulNya, hari kiamat dan juga percaya pada qadar baik dan buruk”. Ini adalah keimanan Islam yang meyakini bahwa Allah adalah Esa, Allah tempat bergantung, Allah tidak beranak dan tidak diperanakkan dan tidak ada sesuatupun yang menyamaiNya. (QS: Al-Ikhlas: 1-4)<br /><br />2. Beramal Sholeh.<br /><br />Iman hendaknya diwujudkan dalam bentuk amal sholeh yaitu mengamalkan ajaran-ajaran Islam yakni melaksanakan semua perintah Allah dan menjauhi semua laranganNya seperti tercantum dalam Al-Qur’an dan Al-Hadis.<br />Rasulullah SAW dalam hadis riwayat Hakim dari Ibnu Umar bersabda:<br /><br />تركت فيكم شيئين لن تضلوا بعدهما كتاب الله وسنتى<br /><br />“Aku Tinggalkan kepadamu dua perkara, kamu semua tidak akan sesat selamanya (selama engkau berpegang teguh kepada keduanya) ialah Kitab Allah dan Sunnahku”.<br /><br />Rasulullah SAW ketika ditanya oleh Jibril tentang Islam, Beliau menjawab: “Islam adalah engkau bersaksi sesungguhnya tidak ada Tuhan kecuali Allah dan Muhammad adalah Rasul Allah, engkau dirikan shalat, menunaikan zakat, puasa bulan Ramadhan dan haji ke Baitullah jika engkau mampu”.<br /><br />Secara lebih rincin Allah juga menyebutkan orang-orang mukmin yang beruntung dan sukses dalam surat Al-Mukminun 1-11:<br /><br />قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ. الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ. وَالَّذِينَ هُمْ عَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضُونَ. وَالَّذِينَ هُمْ لِلزَّكَاةِ فَاعِلُونَ. وَالَّذِينَ هُمْ لِفُرُوجِهِمْ حَافِظُونَ. إِلَّا عَلَى أَزْوَاجِهِمْ أوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُمْ فَإِنَّهُمْ غَيْرُ مَلُومِينَ. فَمَنِ ابْتَغَى وَرَاءَ ذَلِكَ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْعَادُونَ. وَالَّذِينَ هُمْ لِأَمَانَاتِهِمْ وَعَهْدِهِمْ رَاعُونَ. وَالَّذِينَ هُمْ عَلَى صَلَوَاتِهِمْ يُحَافِظُونَ. أُوْلَئِكَ هُمُ الْوَارِثُونَ. الَّذِينَ يَرِثُونَ الْفِرْدَوْسَ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ. الْمُؤْمِنُونَ: 1-11<br /><br />“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam shalatnya, dan orang-orang yang menunaikan zakat, dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barangsiapa mencari yang di balik itu maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya, dan orang-orang yang memelihara shalatnya. Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi, (ya'ni) yang akan mewarisi surga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya”. (Al-Mukminun: 1-11).<br /><br />Allah juga menyebut orang-orang yang berjihad di jalanNya (dalam arti luas) dengan harta benda dan jiwanya sebagai orang yang beruntung.<br /><br />يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا هَلْ أَدُلُّكُمْ عَلَى تِجَارَةٍ تُنجِيكُم مِّنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ. تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَتُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنفُسِكُمْ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ. يَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَيُدْخِلْكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ وَمَسَاكِنَ طَيِّبَةً فِي جَنَّاتِ عَدْنٍ ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ. (الصف: 10-12<br /><br />“Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahuinya, niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam surga Adn. Itulah keberuntungan yang besar”. (Ash-Shaaf: 10-12).<br /><br />Masih banyak lagi ayat dan hadis yang menjelaskan lebih rinci tentang macam-macam amal sholeh yang tidak kami muat di sini. Kesemuanya itu hendaklah di amalkan dalam kehidupan sehari-hari bagi yang ingin beruntung dan sukses. Satu hal terpenting ketika beramal sholeh adalah niatkan kesemuanya itu <a href="http://ansoriok.blogspot.com/2008/01/berbuat-dengan-ikhlas-karena-allah-swt.html">ikhlas dan khusyu’ beribadah karena semata mengharap ridha Allah SWT</a>. Rasulullah SAW ketika ditanya oleh Jibril tentang Ihsan beliau menjawab: “Engkau sembah dan beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat Allah. Jika engkau tidak dapat melihatNya, sesungguhnya Dia melihat engkau”.<br /><br />3. Saling Berwasiat Untuk Selalu Melaksanakan Kebenaran Dari Allah<br /><br />Setelah beriman dan beramal sholeh, agar iman dan amal sholeh itu dapat istiqomah, diperlukan suatu upaya untuk mlestarikannya ialah dengan saling berwasiat khususnya bagi sesama orang beriman dan umumnya kepada semua orang untuk selalu berada dalam kebenaran yang telah Allah tunjukkan dalam Al-Qur’an dan Hadis RasulNya. Wujud dari wasiat ini adalah dakwah amar ma’ruf dan nahi munkar. Allah berfirman:<br /><br />وَلْتَكُن مِّنكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَأُوْلَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ. ال عمران: 104<br /><br />“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang mungkar; merekalah orang-orang yang beruntung” (Ali Imran: 104).<br /><br />كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللّهِ وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُم مِّنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ. آل عمران: 110<br /><br />“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik”. (Ali Imron: 110)<br /><br />Setiap orang dalam Islam mempunyai tanggung jawab untuk mengajak dirinya dan orang-orang yang menjadi tanggung jawabnya untuk selalu bertaqwa kepada Allah serta mencegah dirinya dan orang-orang yang menjadi tanggung jawabnya bermaksiat kepada Allah. Allah berfirman:<br /><br />يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ. التحريم : 6<br /><br />“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”. (At-Tahrim: 6)<br /><br />Nabi SAW bersabda:<br /><br />أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: كلكم راع فمسئول عن رعيته, فالأمير الذي علي الناس راع وهو مسئول عنهم, والرجل راع علي أهل بيته وهو مسئول عنهم, والمرأة راعية علي بيت بعلها وولده وهي مسئولة عنهم, والعبد راع علي مال سيده وهو مسئول عنه, ألافكلكم راع وكلكم مسئول عن رعيته. اخرجه البخاري<br /><br />Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: “Setiap kamu adalah pemimpin yang akan dimintai tanggung jawab atas kepemimpinannya, Amir yang menjadi penguasa atas manusia adalah pemimpin dia akan dimintai tanggung jawab atas mereka. Seorang laki-laki adalah pemimpin atas keluarga di rumahnya dan dia akan dimintai tanggung jawab atas kepemimpinannya. Seorang wanita adalah pemimpin atas rumah suaminya dan anak-anaknya, dia dimintai tanggung jawab atas mereka. Seorang hamba adalah pemimpin atas harta tuannya, dia dimintai tanggung jawab atasnya. Ketahuilah masing-masing kamu adalah pemimpin dan dimintai tanggung jawab atas kepemimpinannya”. (HR. Bukhari)<br /><br />Jelas bahwa setiap orang bertanggung jawab agar iman dan amal sholeh dapat istiqamah atau konsisten dijalankan agar keberuntungan dan kesuksesan didapatkan, dan usaha untuk menjaga agar tetap konsisten adalah dengan mendakwahi diri dan orang lain untuk taqwa kepada Allah. Rasulullah SAW juga bersabda:<br /><br />عن أبي سعيد الخدرى رضي الله عنه قال سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول: من راى منكم منكرا فليغيربيده,فإن لم يستطع فبلسنه,فإن لم يستطع فبقلبه,وذلك اضعف الايمان. رواه مسلم.<br /><br />“Dari Abi Sa’id al Khudri RA berkata; Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa melihat diantara kamu kemunkaran maka cegahlah dengan tangannya, bila tidak mampu dengan lisannya, bila tidak mampu dengan hatinya dan yang seperti itu adalah selemah-lemahnya iman”. (HR. Muslim).<br /><br />4. Saling Berwasiat Untuk Selalu Bersabar Dalam Semua Keadaan<br /><br />Sungguh perjuangan melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi larangannya adalah bukan suatu pekerjaan ringan. Hawa nafsu jahat manusia selalu mengajak untuk tidak konsisten dalam melaksanakan iman, amal sholeh dan dakwah amar ma’ruf nahi munkar. Godaan dan cobaan akan selalu datang untuk menguji keimanan dan ketaqwaan setiap orang. Diperlukan suatu kesabaran yang tinggi untuk dapat melaksanakan semua perintah dan menjauhi larangan dan mengahadapi segala cobaan dan ujian yang akan selalu datang. Rasulullah SAW dalam salah satu hadisnya menyatakan bahwa: <br /><br />عن آنس رضىالله عنه قال قال رسول الله صلىالله عليه وسلم: إذا اراد الله بعبده الشر امسك عنه بذنبه حتى يوفى به يوم القيمة و قال النبى صلىالله عليه وسلم إن عظم الجزاء مع عظم البلاء وان الله تعلى إذا احب قوما ابتلاهم فمن رضى فله الرضا ومن سخط فله السخط. رواه ترمذى <br /><br />"Dari Anas RA berkata telah bersabda Rasulullah SAW: “Jika Allah menghendaki pada seorang hambanya dengan suatu kejelakan maka Allah akan menahan dosa-dosanya sehingga dia dibalas pada hari kiamat”, Nabi SAW bersabda: “Sesungguhnya pahala yang besar itu disertai besarnya ujian, dan sesungguhnya Allah Ta’ala apabila Dia mencintai suatu kaum maka Allah akan menguji mereka maka barangsiapa yang ridha dengan ujian itu maka ia mendapatkan ridha Allah dan barangsiapa yang murka dengan ujian itu, maka murka Allah atas dia”. (HR. Tirmidzi).<br /><br />Demikian mudah-mudahan kita termasuk orang yang sukses dan beruntung. Amin.Isa Ansorihttp://www.blogger.com/profile/06952454540005742749noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7122892912441967989.post-91003641044579415152008-02-11T15:32:00.002+07:002018-08-20T09:49:33.378+07:00Meraih Keberuntungan Dan Kesuksesan Dunia dan Akhirat<p align="justify">MERAIH KEBERUNTUNGAN DAN KESUKSESAN DUNIA DAN AKHIRAT<br />Oleh : Isa Ansori<br /><br /> Semua orang menginginkan keberuntungan dan kesuksesan hidup di dunia hingga akhirat. Ada yang mengatakan seseorang disebut beruntung dan sukses jika memiliki banyak uang dan harta benda lainnya. Tapi tahukah Anda bahwa menurut Allah semua orang adalah rugi dalam kedidupan dunia dan akhiratnya kecuali mereka masuk ke dalam ruang lingkup ini: Orang yang beriman, beramal sholeh, saling menasehati untuk selalu dalam kebenaran dan saling menasehati untuk selalu bersabar.<br /><br />وَالْعَصْرِ إِنَّ الْإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ. الْعَصْرِ: 1-3<br /><br /> “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya menta'ati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran” (Al-Asr: 1-3)<br /><br /> Menurut Allah dan makhluk yang selalu ta’at kepadaNya, orang-orang yang beruntung dan sukses adalah:<br /><br />1. Orang-Orang Yang Beriman<br /><br />Siapakah orang yang beriman? Rasulullah SAW dalam hadis riwayat Muslim ketika ditanya oleh Jibril tentang apakah iman itu, Beliau menjawab: “Hendaklah engkau percaya kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya, Rasul-rasulNya, hari kiamat dan juga percaya pada qadar baik dan buruk”. Ini adalah keimanan Islam yang meyakini bahwa Allah adalah Esa, Allah tempat bergantung, Allah tidak beranak dan tidak diperanakkan dan tidak ada seuatupun yang menyamaiNya. (QS: Al-Ikhlas: 1-4)<br /><br />2. Beramal Sholeh.</p><br /><p align="justify"><br />Iman hendaknya diwujudkan dalam bentuk amal sholeh yaitu mengamalkan ajaran-ajaran Islam yakni melaksanakan semua perintah Allah dan menjauhi semua laranganNya seperti tercantum dalam Al-Qur’an dan Al-Hadis.<br />Rasulullah SAW dalam hadis riwayat Hakim dari Ibnu Umar bersabda:<br /><br />تركت فيكم شيئين لن تضلوا بعدهما كتاب الله وسنتى<br /></p><br /><p align="justify">“Aku Tinggalkan padamu dua perkara, kamu semua tidak akan sesat selamanya ialah Kitab Allah dan Sunnahku”.<br /><br />Rasulullah SAW ketika ditanya oleh Jibril tentang Islam, Beliau menjawab: “Islam adalah engkau bersaksi sesungguhnya tidak ada Tuhan kecuali Allah dan Muhammad adalah Rasul Allah, engkau dirikan shalat, menunaikan zakat, puasa bulan Ramadhan dan haji ke Baitullah jika engkau mampu”.<br /><br />Secara lebih rincin Allah juga menyebutkan orang-orang mukmin yang beruntung dan sukses dalam surat Al-Mukminun 1-11:<br /><br />قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ. الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ. وَالَّذِينَ هُمْ عَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضُونَ. وَالَّذِينَ هُمْ لِلزَّكَاةِ فَاعِلُونَ. وَالَّذِينَ هُمْ لِفُرُوجِهِمْ حَافِظُونَ. إِلَّا عَلَى أَزْوَاجِهِمْ أوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُمْ فَإِنَّهُمْ غَيْرُ مَلُومِينَ. فَمَنِ ابْتَغَى وَرَاءَ ذَلِكَ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْعَادُونَ. وَالَّذِينَ هُمْ لِأَمَانَاتِهِمْ وَعَهْدِهِمْ رَاعُونَ. وَالَّذِينَ هُمْ عَلَى صَلَوَاتِهِمْ يُحَافِظُونَ. أُوْلَئِكَ هُمُ الْوَارِثُونَ. الَّذِينَ يَرِثُونَ الْفِرْدَوْسَ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ. الْمُؤْمِنُونَ: 1-11<br /><br />“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam shalatnya, dan orang-orang yang menunaikan zakat, dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barangsiapa mencari yang di balik itu maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya, dan orang-orang yang memelihara sembahyangnya. Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi, (ya'ni) yang akan mewarisi surga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya”. (Al-Mukminun: 1-11).<br /><br />Allah juga menyebut orang-orang yang berjihad di jalanNya (dalam arti luas) dengan harta benda dan jiwanya sebagai orang yang beruntung.<br /><br />يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا هَلْ أَدُلُّكُمْ عَلَى تِجَارَةٍ تُنجِيكُم مِّنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ. تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَتُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنفُسِكُمْ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ. يَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَيُدْخِلْكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ وَمَسَاكِنَ طَيِّبَةً فِي جَنَّاتِ عَدْنٍ ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ. الصف: 10-12<br /></p><br /><p align="justify">“Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahuinya, niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam surga Adn. Itulah keberuntungan yang besar”. (Ash-Shaaf: 10-12).<br /><br />Masih banyak lagi ayat dan hadis yang menjelaskan lebih rinci tentang macam-macam amal sholeh yang tidak kami muat di sini. Kesemuanya itu hendaklah di amalkan dalam kehidupan sehari-hari bagi yang ingin beruntung dan sukses. Satu hal terpenting ketika beramal sholeh adalah niatkan kesemuanya itu ikhlas dan khusyu’ beribadah karena semata mengharap ridha Allah SWT. Rasulullah SAW ketika ditanya oleh Jibril tentang Ihsan beliau menjawab: “Engkau sembah dan beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat Allah. Jika engkau tidak dapat melihatNya, sesungguhnya Dia melihat engkau”.<br /><br />3. Saling Berwasiat Untuk Selalu Melaksanakan Kebenaran Dari Allah<br /><br />Setelah beriman dan beramal sholeh, agar iman dan amal sholeh itu dapat istiqomah, diperlukan suatu upaya untuk mlestarikannya ialah dengan saling berwasiat khususnya bagi sesama orang beriman dan umumnya kepada semua orang untuk selalu berada dalam kebenaran yang telah Allah tunjukkan dalam Al-Qur’an dan Hadis RasulNya. Wujud dari wasiat ini adalah dakwah amar ma’ruf dan nahi munkar. Allah berfirman:<br /><br />وَلْتَكُن مِّنكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَأُوْلَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ. ال عمران: 104<br />“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang mungkar; merekalah orang-orang yang beruntung” (Ali Imran: 104).<br /><br />كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللّهِ وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُم مِّنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ. آل عمران: 110<br /><br />“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik”. (Ali Imron: 110)<br /><br />Setiap orang dalam Islam mempunyai tanggung jawab untuk mengajak dirinya dan orang-orang yang menjadi tanggung jawabnya untuk selalu bertaqwa kepada Allah serta mencegah dirinya dan orang-orang yang menjadi tanggung jawabnya bermaksiat kepada Allah. Allah berfirman:<br /><br />يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ. (التحريم : 6)<br /></p><br /><p align="justify">“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”. (At-Tahrim: 6)<br /><br />Nabi SAW bersabda:<br /><br />أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: كلكم راع فمسئول عن رعيته, فالأمير الذي علي الناس راع وهو مسئول عنهم, والرجل راع علي أهل بيته وهو مسئول عنهم, والمرأة راعية علي بيت بعلها وولده وهي مسئولة عنهم, والعبد راع علي مال سيده وهو مسئول عنه, ألافكلكم راع وكلكم مسئول عن رعيته. اخرجه البخاري<br /><br />Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: “Setiap kamu adalah pemimpin yang akan dimintai tanggung jawab atas kepemimpinannya, Amir yang menjadi penguasa atas manusia adalah pemimpin dia akan dimintai tanggung jawab atas mereka. Seorang laki-laki adalah pemimpin atas keluarga di rumahnya dan dia akan dimintai tanggung jawab atas kepemimpinannya. Seorang wanita adalah pemimpin atas rumah suaminya dan anak-anaknya, dia dimintai tanggung jawab atas mereka. Seorang hamba adalah pemimpin atas harta tuannya, dia dimintai tanggung jawab atasnya. Ketahuilah masing-masing kamu adalah pemimpin dan dimintai tanggung jawab atas kepemimpinannya”. (HR. Bukhari)<br /><br />Jelas bahwa setiap orang bertanggung jawab agar iman dan amal sholeh dapat istiqamah atau konsisten dijalankan agar keberuntungan dan kesuksesan didapatkan, dan usaha untuk menjaga agar tetap konsisten adalah dengan mendakwahi diri dan orang lain untuk taqwa kepada Allah. Rasulullah SAW juga bersabda:<br /><br />عن أبي سعيد الخدرى رضي الله عنه قال سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول: من راى منكم منكرا فليغيربيده,فإن لم يستطع فبلسنه,فإن لم يستطع فبقلبه,وذلك اضعف الايمان. رواه مسلم.<br /><br />“Dari Abi Sa’id al Khudri RA berkata; Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa melihat diantara kamu kemunkaran maka cegahlah dengan tangannya, bila tidak mampu dengan lisannya, bila tidak mampu dengan hatinya dan yang seperti itu adalah selemah-lemahnya iman”. (HR. Muslim).<br /><br />4. Saling Berwasiat Untuk Selalu Bersabar Dalam Semua Keadaan<br /><br />Sungguh perjuangan melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi larangannya adalah bukan suatu pekerjaan ringan. Hawa nafsu jahat manusia selalu mengajak untuk tidak konsisten dalam melaksanakan iman, amal sholeh dan dakwah amar ma’ruf nahi munkar. Godaan dan cobaan akan selalu datang untuk menguji keimanan dan ketaqwaan setiap orang. Diperlukan suatu kesabaran yang tinggi untuk dapat melaksanakan semua perintah dan menjauhi larangan dan mengahadapi segala cobaan dan ujian yang akan selalu datang. Rasulullah SAW dalam salah satu hadisnya menyatakan bahwa: Jika Allah mencintai suatu kaum maka Allah akan memberinya beragam ujian dan cobaan.<br /><br />Demikian mudah-mudahan kita termasuk orang yang sukses dan beruntung. Amin.</p>Isa Ansorihttp://www.blogger.com/profile/06952454540005742749noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7122892912441967989.post-36378585176719674842008-01-14T16:50:00.000+07:002008-01-15T12:14:42.466+07:00Hisablah Diri Anda Sebelum Diri Anda Dihisab<strong>HISABLAH DIRI ANDA SEBELUM DIRI ANDA DIHISAB<br />(SELAMAT TAHUN BARU 1429 H. DAN 2008 M.) </strong><br /><br /> Tak terasa perjalanan hidup kita telah bertambah satu tahun. Dan kini kita menapaki tahun baru 1429 H. dan 2008 M. Selamat tahun baru semoga di tahun ini kita akan lebih baik dari tahun kemarin.<br /><br /> Tidada salahnya di awal tahun baru ini kita mengevaluasi dan mengkaji kembali apa yang sudah kita perbuat dalam rangka pengabdian kita kepada Allah SWT. Sudahkan kita penuhi perintah-perintahNya dan kita jauhi larangan-laranganNya? Atau malah sebaliknya? Allah SWT berfirman:<br /><br />ياايهاالذين امنوا اتقواالله ولتنظر نفس ماقدمت لغد واتقوااللهقلى ان الله خبيربماتعملون. ولاتكون كالذين نسواالله فأنسهم انفسهم أولئك هم الفاسقون. لايستوي اصحب النارواصحب الجنةقلاصحب الجنة هم الفائزون. الحشر:18-20<br /><br /> <em>“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik. Tiada sama penghuni-penghuni neraka dengan penghuni-penghuni surga; penghuni-penghuni surga itulah orang-orang yang beruntung”. (Al Hasyr: 18-20)</em><br /><br /> Dalam mengevaluasi diri, ingatlah kembali tujuan hidup kita di dunia. Allah menciptakan kita manusia di dunia ini tiada lain semata untuk mengabdi kepadaNya. Tentang hal ini baca kembali tulisan kami yang berjudul <a href="http://ansoriok.blogspot.com/2008/01/berbuat-dengan-ikhlas-karena-allah-swt.html">“Berbuat Dengan Ikhlas Karena Allah SWT.”</a> sebelumnya. Dengan selalu memperhatikan tujuan hidup maka akan kita ketahui kearah mana hidup telah kita bawa.<br /><br /> Rasulullah SAW. ketika berbicara tentang kehidupan di dunia ini kepada Ibnu Umar Beliau menyatakan:<br /><br />عن ابن عمر رضى الله عنهماقال: أخذ رسول الله صلى الله عليه وسلم بمنكبى فقال: كن فى الدنيا كأنك غريب او عابر سبيل... رواه البخارى<br /><br /> <em>Dari Ibnu Umar RA. berkata: “Rasululluah SAW memegang kedua pundakku lalu bersabda: “Jadilah kamu hidup di dunia ini seolah-olah kamu orang asing atau orang yang sedang dalam perjalanan”... (HR. Bukhari)</em><br /><br /> Ini menunjukkan dan mengingatkan kepada kita bahwa janganlah pernah sekali-kali menjadikan dunia sebagai tujuan akhir kehidupan yaitu dengan berusaha keras sekuat tenaga mengumpulkan harta benda dunia dan melalaikan bahwa setiap yang kita usahakan adalah untuk pengabdian kepadaNya. Allah berfirman:<br /><br />اعلموا انماالحيوةالدنيالعب ولهو وزينة وتفاخربينكم وتكاثر فى الاموال والاولد كمثل غيث اعجب الكفر نباته ثم يهيج فتره مصفرا ثم يكون حطاما وفى الاخرة عذاب شديد ومغفرة من الله ورضوان وماالحيوةالدنيا الامتاع الغرور.سبقوا الى مغفرة من ربكم وجنة عرضهاكعرض السماء والارض اعدت للذين امنوا بالله ورسلهقلذلك فضل الله يؤتيه من يشاءقلوالله ذوالفضل العظيم. الحديد:-2120<br /><br /> <em>“Ketahuilah bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan sesuatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanaman-tanamannya mengagumkan para petani, kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang kuat dan ampunan dari Allah serta keridhaanNya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. Berlomba-lombalah kepada (mendapatkan) ampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-rasulNya. Itulah karunia Allah, diberikannya kepada siapa yang dikehendakiNya. Dan Allah mempunyai karunia yang besar”. (Alhadid: 20-21).</em><br /><br /> Ini sama sekali bukan berarti Allah melarang kita untuk bekerja dan berusaha keras mencari harta dunia. Tapi bahkan sebaliknya Allah menyuruh kita bekerja keras untuk mendapatkan kehidupan dunia. Yang Allah inginkan adalah ketika kita bekerja keras mencari harta dunia, janganlah melupakan bahwa kita melakukan semua itu adalah karena Allah. Harta benda sebagai hasil yang kita dapatkan dari usaha keras itu nantinya kita tasarufkan di jalan Allah. Yang Allah peringatkan kepada kita dari ayat itu adalah banyak dari kita yang melupakan Allah dalam setiap usaha keras kita untuk mendapatkan dunia, lalu hasilnyapun kita tasarufkan untuk bermaksiat kepadaNya. Allah berfirman:<br /><br />وابتغ فيما اتاك الله الدرالاخرة ولاتنسى نصيبك من الدنيا واحسن كما احسن الله اليك ولاتبغ الفساد فى الارض ان الله لايحب المفسدين. القصص: 77<br /><br /> <em>“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang-orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan” (Al Qashash: 77).</em><br /><br /> Rasulullah SAW menyatakan bahwa Allah SWT menyukai orang Mu’min yang kuat dalam segala hal sehingga mampu bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup dalam rangka beribadah kepadaNya dan Allah sangat membenci orang yang lemah dan bermalas-malasan.<br /><br />عن ابي هريرة رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: المؤمن القوي خير واحب الى الله من المؤمن الضعيف وفى كل خير احرص على ماينفعك واستعن بالله ولا تعجز وإن أصابك شيئ فلا تقل لو أني فعلت كان كذاوكذا ولكن قل قدرالله وماشاء فعل فإن لو تفتح عمل الشيطان. رواه مسلم<br /><br /> <em>Dari Abi Hurairah RA berkata, telah bersabda Rasulullah SAW: “Mu’min yang kuat lebih bagus dan lebih disukai Allah ketimbang Mu’min yang lemah. Dan dalam setiap kebaikan senang/ambisilah atas apa-apa yang mendatangkan kebaikan padamu dan mintalah tolong kepada Allah dan janganlah lemah. Dan apabila suatu musibah menimpamu maka janganlah kamu berkata: “Andaikata aku melakukan begini, pasti akan begini-begini”. Akan tetapi katakanlah: “Allah telah menentukan qadar kepadaku dan apa saja yang Allah kehendaki akan terjadi”. Karena kata-kata “Jikalau” itu membuka perbuatan syaithan”. (HR. Muslim).</em><br /><br /> Allah dalam salah satu firmanNya juga menegaskan:<br /><br />وليخشى الذين لو تركوا من خلفهم ذرية ضعافا خفوا عليهمص فليتقواالله وليقولوا قولا شديدا. النساء: 9<br /><br /> <em>“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar”. (An Nisa: 9).</em><br /><br /> Sudahkah kita melakukan yang terbaik di tahun lalu? Marilah kita segera berbenah menuju yang diridhaiNya jika selama ini banyak maksiat yang kita lakukan. Manfaatkanlah setiap kesempatan yang ada untuk kita penuhi dengan beragam karya untuk kemajuan dunia dan akhirat dalam rangka beribadah kepadaNya. Jangan biarkan setiap kesempatan berlalu tanpa arti. Hadis Rasulullah SAW:<br /><br />عن ابن عباس رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: نعمتان مغبون فيهما كثيرمن الناس: الصحة والفراغ. رواه البخاري<br /><br /> <em>“Dari Ibnu Abas berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Ada dua nikmat yang kebanyakan manusia tertipu oleh keduanya, ialah: Sehat dan waktu luang” (HR. Bukhari).</em><br /> Dan lebih jauh Rasul SAW menyatakan:<br /><br />اغتنم خمس قبل خمس: حياتك قبل موتك وصحتك قبل سقمك وفراغك قبل شغلك وشبابك قبل هرمك وغناك قبل فقرك. رواه الحاكم والبيهقي واحمد<br /><br /> <em>“Pergunakanlah dengan baik lima kesempatan sebelum datang lima yang lain: Hidupmu sebelum matimu, sehatmu sebelum sakitmu, waktu luangmu sebelum sibukmu, masa mudamu sebelum masa tuamu dan kayamu sebelum fakirmu”. (HR. Hakim, Baihaqi dan Ahmad)</em><br /><br /> Mulailah dari detik ini kita niatkan setiap aktivitas untuk beribadah dan jangan lagi pernah menunda-nunda. Ibnu Umar dalam lanjutan hadis di awal tulisan ini mengatakan:<br /><br />وكان ابن عمر رضي الله عنهما يقول: إذا أمسيت فلا تنتظرالصباح وإذا أصبحت فلا تنتظرالمساء وخذ من صحتك لمرضك ومن حياتك لموتك<br /><br /> <em>“Adalah Ibnu Umar RA ia berkata: “Jika engkau berada di waktu sore maka janganlah menunggu-nunggu pagi, dan jika engkau berada di waktu pagi maka janganlah engkau menunggu-nunggu waktu sore. Manfaatkanlah waktu sehatmu untuk sakitmu dan waktu hidupmu untuk matimu”.</em><br /><br /> Selalulah bertaqarrub kepadaNya dan memohon pertolonganNya. Ingatlah Allah lebih senang untuk selalu dekat dengan kita lebih dari senang kita untuk mendekatiNya. Rasulullah SAW bersabda:<br /><br />عن انس رضي الله عنه عن النبى صلى الله عليه وسلم فيمايرويه عن ربه عزوجل قال: إذا تقرب العبد الي شبرا تقربت اليه ذراعا وإذا تقرب الي ذرعا تقربت منه باعا وإذا اتاني يمشي أتيته هرولة. رواه البخاري<br /><br /> <em>Dari Anas RA dari Nabi SAW yang beliau meriwayatkan dari Tuhannya Allah Azza wa Jalla, Allah berfirman: “Apabila seorang hamba berusaha mendekatiKu satu jengkal maka Aku akan dekati dia satu hasta. Dan bila ia mendakatiKu satu hasta, maka Aku akan dekati dia satu rentang tangan. Dan jika ia mendatangiKu dengan berjalan, maka Aku akan datangi dia dengan cepat. (HR. Bukhari)</em><br /><br /> Demikianlah mudah-mudahan kita senantiasa berusaha untuk lebih baik di tahun ini dan juga masa-masa yang akan datang. Ingat selalu sabda Nabi SAW. “Barangsiapa hari ini lebih baik dari hari kemarin dialah orang yang beruntung. Barangsiapa hari ini sama seperti hari kemarin dialah orang yang rugi dan Barangsiapa hari ini lebih buruk dari hari kemarin dialah orang yang celaka”.Isa Ansorihttp://www.blogger.com/profile/06952454540005742749noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-7122892912441967989.post-21685688915775689362008-01-04T15:32:00.001+07:002008-01-09T11:01:35.473+07:00Sekelumit Perjalanan Hidup Manusia Di Hari Kiamat (Renungan)SEKELUMIT PERJALANAN HIDUP MANUSIA DI HARI KIAMAT <br />DALAM HADIS RASULULLAH SAW<br />(Renungan)<br /><br /> Dari Abi Hurairah ia berkata: “Pada suatu hari Rasulullah SAW. disuguhi sepotong daging, dihaturkan kepada beliau potongan kaki kambing, Rasulullah merasa takjub dengan suguhan itu, lalu beliau menggigit satu gigitan kemudian bersaba”: “Akulah penghulu manusia pada hari kiamat, tahukah kamu hal ini?. Pada hari kiamat nanti Allah akan mengumpulkan seluruh manusia dari yang paling awal diciptakan hingga yang paling akhir di satu padang (tempat yang luas), mereka dapat mendengar seruan, pandangan mereka tidak terhalang dan mataharipun didekatkan. Mereka menanggung kesulitan dan kesusahan yang mereka tidak kuasa dan mampu untuk memikulnya. Berkatalah sebagian manusia kepada sebagian yang lain: “Tahukah kamu bagaimana keadaanmu sekarang?, Tahukah kamu apa yang menimpamu sekarang?. Carilah orang yang dapat memintakan syafa’at kepada Tuhanmu untuk kamu semua!”. Lalu berkata lagi sebagian manusia kepada sebagian yang lain: “Ayo datangi Adam!”. Lalu mereka semua mendatangi Adam, dan mereka berkata: “Wahai Adam!, Engkaulah bapak manusia, Allah telah menciptakan kamu dengan kekuasaanNya, Allah meniupkan ruh kepadamu dan memerintahkan para Malaikat dan mereka bersujud kepadamu. Mintakanlah syafa’at untuk kita kepada Tuhanmu!, bukankah engkau melihat bagaimana keadaan kita sekarang?!, Bukankah engkau melihat beban derita yang kita tanggung?!”. Lalu Adam menjawab: “Sungguh, Tuhanku hari ini teramat murka kepadaku, Dia belum pernah murka yang seperti ini sebelumnya dan Dia tidak akan pernah lagi murka yang seperti ini nanti, Tuhanku dulu melarangku memakan buah suatu pohon, tapi diriku…, diriku telah mendurhakaiNya..!. Pergilah…!, pergilah kamu semua menemui yang selain aku, pergilah temui Nuh!”. Lalu mereka semua mendatangi Nuh dan mereka berkata: “Wahai Nuh!, Engkaulah Rasul yang pertama diutus di muka bumi, Allah menyebutmu dengan ‘Abdan Syakura’ (hamba yang pandai bersyukur), mintakanlah syafa’at kepada Tuhanmu untuk kita!. Bukankah engkau melihat bagaimana keadaan kita?!. Bukankah engkau melihat beban derita yang kita pikul?!”. Lalu Nuh berkata kepada mereka: “Sungguh, Tuhanku sangat muraka hari ini, Dia tidak pernah murka yang seperti ini sebelumya, dan tidak akan pernah murka yang seperti ini nanti. Sungguh, aku dulu berdakwah mengajak kaumku…, tapi biarlah aku mengurus diriku saja…, diriku saja!. Pergilah kamu semua menemui selain aku, Pergilah kepada Musa SAW!”. Lalu mereka mendatangi Musa SAW. dan berkata: “Wahai Musa!. Engkau adalah rasul Allah, Allah telah memberimu keutamaan dengan risalahNya, juga dengan Allah berfirman langsung kepada manusia. Mintakanlah syafa’at untuk kita kepada Tuhanmu!. Bukankah engkau melihat bagaimana keadaan kita?! Bukankah Engkau melihat beban derita yang kita pikul?!”. Lalu Musa SAW. berkata kepada mereka: “Sungguh, Tuhanku teramat murka hari ini, Dia tidak pernah murka yang seperti ini sebelumnya dan tidak akan pernah lagi murka seperti ini nanti. Sungguh, aku dulu telah membunuh seseorang yang aku tidak diperintahkan untuk membunuhnya!. Aku mengurus diriku sendiri…!, diriku sendiri…! Pergilah kamu semua kepada Isa SAW!.”. Lalu mereka berkata: “Wahai Isa!. Engkau adalah Rasul Allah, engkau berbicara kepada manusia ketika bayi, kalimat dan ruh Allah letakkan kepada Maryam. Mintakanlah syafa’at untuk kita kepada Allah!. Bukankah engkau melihat bagaimana keadaan kita sekarang?!. Bukankah engkau melihat beban derita yang menimpa kita sekarang?!”. Lalu Isa SAW. berkata kepada mereka: “Sungguh, Tuhanku teramat murka hari ini, Dia tidak pernah murka yang seperti ini sebelumnya dan tidak akan pernah lagi murka yang seperti ini nanti”. Dan Isa tidak menyebutkan dosanya. “Aku mengurus diriku saja, …! Diriku saja…! Pergilah kamu semua kepada yang selain aku!. Pergilah kepada Muhammad!”. Lalu mereka semua mendatangiku, mereka semua berkata: “Wahai Muhammad!. Engkau rasul Allah dan penutup para Nabi. Allah telah mengampuni dosa-dosamu yang terdahulu dan yang terakhir. Mintakan syafa’at untuk kita kepada Tuhanmu!”. Lalu aku mendatangi bawah arsy’ dan aku jatuh bersujud kepada Tuhanku. Kemudian Allah membuka diriNya atasku dan memberi ilham kepadaku dari sifat Maha TerpujiNya, dan pujian terbaik adalah atasNya. Allah belum pernah membuka diri kepada seorangpun sebelumku, lalu Allah berfirman: “Wahai Muhammad!, Angkat kepalamu dan mintalah sesuatu, engkau akan Aku beri. Mintalah syafa’at, Aku akan beri syafa’at”. Lalu kuangkat kepalaku dan aku berkata: “Ya Tuhanku! Umatku…!, Umatku…!”. Lalu Allah menjawab: “Wahai Muhammad!, Masuklah ke surga dari umatmu yang tidak terkena hisab melalui pintu surga sebelah kanan. Mereka adalah sekelompok manusia yang dapat masuk dari pintu itu!”. Demi jiwaku yang ada dikekuasaanNya, sesungguhnya jarak antara dua daun pintu dari pintu-pintu surga itu seperti jarak antara Mekah dan Hijr atau seperti antara Mekah dan Basrah”. (HR. Muslim).<br /><br /> Diterjemahkan dari hadis dalam kitab Shoheh Muslim juz awal kitab Al-Iman Bab Adna Ahlul Jannah Manzilatan Fiha. Dalam kitab yang sama Nabi Muhammad SAW. menyebutkan bahwa penghuni surga yang masuk surga tanpa hisab hanyalah 70000 orang saja dari semua umat manusia.<br /><br /> “Dari Abi Hurairah, sesungguhnya Nabi SAW. bersabda: “70000 orang dari umatku masuk surga tanpa hisab”. Berkata seorang laki-laki: “Wahai Rasulullah, berdo’alah kepada Allah agar Allah menjadikan aku termasuk diantara mereka”. Lalu Nabi berdo’a: “Ya Allah!, jadikanlah laki-laki itu termasuk diantara mereka”. Kemudian berdiri yang lain dan berkata: “Ya Rasulullah!, berdoalah kepada Allah agar Allah menjadikan aku termasuk diantara mereka”. Lalu Nabi menjawab: “Wah, sudah kedahuluan sahabat ‘Akasah”. (HR. Muslim).Isa Ansorihttp://www.blogger.com/profile/06952454540005742749noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-7122892912441967989.post-45425158464310074862008-01-04T15:32:00.000+07:002018-08-20T09:49:31.841+07:00Sekelumit Perjalanan Hidup Manusia di Hari KiamatSEKELUMIT PERJALANAN HIDUP MANUSIA DI HARI KIAMAT <br />DALAM HADIS RASULULLAH SAW<br />(Renungan)<br /><br /> Dari Abi Hurairah ia berkata: “Pada suatu hari Rasulullah SAW. disuguhi sepotong daging, dihaturkan kepada beliau potongan kaki kambing, Rasulullah merasa takjub dengan suguhan itu, lalu beliau menggigit satu gigitan kemudian bersaba”: “Akulah penghulu manusia pada hari kiamat, tahukah kamu hal ini?. Pada hari kiamat nanti Allah akan mengumpulkan seluruh manusia dari yang paling awal diciptakan hingga yang paling akhir di satu padang (tempat yang luas), mereka dapat mendengar seruan, pandangan mereka tidak terhalang dan mataharipun didekatkan. Mereka menanggung kesulitan dan kesusahan yang mereka tidak kuasa dan mampu untuk memikulnya. Berkatalah sebagian manusia kepada sebagian yang lain: “Tahukah kamu bagaimana keadaanmu sekarang?, Tahukah kamu apa yang menimpamu sekarang?. Carilah orang yang dapat memintakan syafa’at kepada Tuhanmu untuk kamu semua!”. Lalu berkata lagi sebagian manusia kepada sebagian yang lain: “Ayo datangi Adam!”. Lalu mereka semua mendatangi Adam, dan mereka berkata: “Wahai Adam!, Engkaulah bapak manusia, Allah telah menciptakan kamu dengan kekuasaanNya, Allah meniupkan ruh kepadamu dan memerintahkan para Malaikat dan mereka bersujud kepadamu. Mintakanlah syafa’at untuk kita kepada Tuhanmu!, bukankah engkau melihat bagaimana keadaan kita sekarang?!, Bukankah engkau melihat beban derita yang kita tanggung?!”. Lalu Adam menjawab: “Sungguh, Tuhanku hari ini teramat murka kepadaku, Dia belum pernah murka yang seperti ini sebelumnya dan Dia tidak akan pernah lagi murka yang seperti ini nanti, Tuhanku dulu melarangku memakan buah suatu pohon, tapi diriku…, diriku telah mendurhakaiNya..!. Pergilah…!, pergilah kamu semua menemui yang selain aku, pergilah temui Nuh!”. Lalu mereka semua mendatangi Nuh dan mereka berkata: “Wahai Nuh!, Engkaulah Rasul yang pertama diutus di muka bumi, Allah menyebutmu dengan ‘Abdan Syakura’ (hamba yang pandai bersyukur), mintakanlah syafa’at kepada Tuhanmu untuk kita!. Bukankah engkau melihat bagaimana keadaan kita?!. Bukankah engkau melihat beban derita yang kita pikul?!”. Lalu Nuh berkata kepada mereka: “Sungguh, Tuhanku sangat muraka hari ini, Dia tidak pernah murka yang seperti ini sebelumya, dan tidak akan pernah murka yang seperti ini nanti. Sungguh, aku dulu berdakwah mengajak kaumku…, tapi biarlah aku mengurus diriku saja…, diriku saja!. Pergilah kamu semua menemui selain aku, Pergilah kepada Musa SAW!”. Lalu mereka mendatangi Musa SAW. dan berkata: “Wahai Musa!. Engkau adalah rasul Allah, Allah telah memberimu keutamaan dengan risalahNya, juga dengan Allah berfirman langsung kepada manusia. Mintakanlah syafa’at untuk kita kepada Tuhanmu!. Bukankah engkau melihat bagaimana keadaan kita?! Bukankah Engkau melihat beban derita yang kita pikul?!”. Lalu Musa SAW. berkata kepada mereka: “Sungguh, Tuhanku teramat murka hari ini, Dia tidak pernah murka yang seperti ini sebelumnya dan tidak akan pernah lagi murka seperti ini nanti. Sungguh, aku dulu telah membunuh seseorang yang aku tidak diperintahkan untuk membunuhnya!. Aku mengurus diriku sendiri…!, diriku sendiri…! Pergilah kamu semua kepada Isa SAW!.”. Lalu mereka berkata: “Wahai Isa!. Engkau adalah Rasul Allah, engkau berbicara kepada manusia ketika bayi, kalimat dan ruh Allah letakkan kepada Maryam. Mintakanlah syafa’at untuk kita kepada Allah!. Bukankah engkau melihat bagaimana keadaan kita sekarang?!. Bukankah engkau melihat beban derita yang menimpa kita sekarang?!”. Lalu Isa SAW. berkata kepada mereka: “Sungguh, Tuhanku teramat murka hari ini, Dia tidak pernah murka yang seperti ini sebelumnya dan tidak akan pernah lagi murka yang seperti ini nanti”. Dan Isa tidak menyebutkan dosanya. “Aku mengurus diriku saja, …! Diriku saja…! Pergilah kamu semua kepada yang selain aku!. Pergilah kepada Muhammad!”. Lalu mereka semua mendatangiku, mereka semua berkata: “Wahai Muhammad!. Engkau rasul Allah dan penutup para Nabi. Allah telah mengampuni dosa-dosamu yang terdahulu dan yang terakhir. Mintakan syafa’at untuk kita kepada Tuhanmu!”. Lalu aku mendatangi bawah arsy’ dan aku jatuh bersujud kepada Tuhanku. Kemudian Allah membuka diriNya atasku dan memberi ilham kepadaku dari sifat Maha TerpujiNya, dan pujian terbaik adalah atasNya. Allah belum pernah membuka diri kepada seorangpun sebelumku, lalu Allah berfirman: “Wahai Muhammad!, Angkat kepalamu dan mintalah sesuatu, engkau akan Aku beri. Mintalah syafa’at, Aku akan beri syafa’at”. Lalu kuangkat kepalaku dan aku berkata: “Ya Tuhanku! Umatku…!, Umatku…!”. Lalu Allah menjawab: “Wahai Muhammad!, Masuklah ke surga dari umatmu yang tidak terkena hisab melalui pintu surga sebelah kanan. Mereka adalah sekelompok manusia yang dapat masuk dari pintu itu!”. Demi jiwaku yang ada dikekuasaanNya, sesungguhnya jarak antara dua daun pintu dari pintu-pintu surga itu seperti jarak antara Mekah dan Hijr atau seperti antara Mekah dan Basrah”. (HR. Muslim).<br /><br /> Diterjemahkan dari hadis dalam kitab Shoheh Muslim juz awal kitab Al-Iman Bab Adna Ahlul Jannah Manzilatan Fiha. Dalam kitab yang sama Nabi Muhammad SAW. menyebutkan bahwa penghuni surga yang masuk surga tanpa hisab hanyalah 70000 orang saja dari semua umat manusia.<br /><br /> “Dari Abi Hurairah, sesungguhnya Nabi SAW. bersabda: “70000 orang dari umatku masuk surga tanpa hisab”. Berkata seorang laki-laki: “Wahai Rasulullah, berdo’alah kepada Allah agar Allah menjadikan aku termasuk diantara mereka”. Lalu Nabi berdo’a: “Ya Allah!, jadikanlah laki-laki itu termasuk diantara mereka”. Kemudian berdiri yang lain dan berkata: “Ya Rasulullah!, berdoalah kepada Allah agar Allah menjadikan aku termasuk diantara mereka”. Lalu Nabi menjawab: “Wah, sudah kedahuluan sahabat ‘Akasah”. (HR. Muslim).Isa Ansorihttp://www.blogger.com/profile/06952454540005742749noreply@blogger.com