MERAJUT KEMBALI TALI SILATURRAHIM YANG TERKOYAK
(Khutbah Idul Fitri 1440 H./2019 M.)
(Khutbah Idul Fitri 1440 H./2019 M.)
Oleh: Isa Ansori
Hadirin jamaah salat ‘Idul Fitri Rahimakumullah
Hari ini, kita bersama seluruh umat Islam di seluruh dunia
merayakan Idul Fitri 1440 H. Ini adalah perayaan bahwa kita telah berhasil
menyelesaikan rangkaian ibadah bulan Ramadhan. Ibadah satu bulan penuh yang
melatih dan mendidik kita untuk menjadi orang mukmin yang bertakwa, sebagaimana
firman Allah:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ
عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ
تَتَّقُونَ
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. (al-Baqarah: 183).
Disebutkan dalam kitab tafsir Ibnu Kasir bahwa menurut Ibnu Mas’ud,
orang mukmin yang bertakwa adalah orang mukmin yang selalu taat kepada Allah
dan tidak mendurhakai-Nya, orang yang selalu mengingat Allah dan tidak
melupakan-Nya, serta orang yang selalu bersyukur kepada Allah dan tidak mengufuri
nikmat-Nya.
Mudah-mudahan kita semua dapat meraih takwa sebenarnya yang menjadi
tujuan dari ibadah puasa Ramadhan ini, dengan selalu menaati segala perintah
Allah dan menjauhi segala larangan-Nya, selalu mengingat Allah dalam keseharian
kita dan tidak lagi pernah melupakan-Nya, serta selalu bersyukur terhadap
segala nikmat yang Allah berikan kepada kita dan tidak mengufuri nikmat-nikmat
Allah yang telah Allah anugerahkan kepada kita. Amin.
Bagi kita kaum Muslimin di Indonesia, puasa Ramadhan tahun ini
adalah salah satu puasa Ramadhan yang penuh dengan ujian dan cobaan. Allah
menguji dan mencoba apakah kita mampu mewujudkan nilai-nilai takwa dalam diri
kita. Allah SWT menguji kita sebagai sesama orang beriman yang menghuni dan
menjadi mayoritas penduduk Indonesia apakah mampu menjaga persatuan dan
kesatuan. Allah SWT menguji apakah kita mampu tetap menjadi orang-orang beriman
yang bersaudara, saling tolong menolong dan bekerja sama dalam mewujudkan
kemakmuran dan kesejahteraan sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah SWT.
Kita juga diuji dan dicoba oleh Allah SWT apakah kita mampu mensyukuri nikmat
dan rahmat Allah yang banyak Allah curahkan kepada bangsa kita.
Persatuan dan persaudaraan kita sebagai orang beriman tidak
seharusnya terkoyak gara-gara beda paham mazhab fikih. Persatuan dan
persaudaraan kita sebagai orang beriman tidak seharusnya terkoyak karena beda
suku dan bangsa. Persatuan dan persaudaraan kita sebagai orang beriman tidak
seharusnya terkoyak karena beda pilihan pandangan politik. Kita adalah manusia,
diciptakan oleh Allah sebagai makhluk sempurna yang dianugerahi nafsu dan akal.
Nafsu mendorong kita untuk terus berubah dan berkembang ke arah baik atau
buruk. Akal membimbing kita membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.
Dorongan nafsu dan kemampuan akal yang berbeda-beda di antara manusia,
memungkinkan manusia menghasilkan pikiran, pendapat dan tindakan berbeda. Seharusnya,
perbedaan pemikiran, pemahaman dan tindakan ini, selama satu tujuan dalam upaya
bertakwa kepada Allah, tidak menyebabkan kita saling bermusuhan, saling
membenci, saling sikut, saling menghina, saling menyakiti bahkan menghilangkan
nyawa orang lain, serta tidak saling memaksakan kehendak agar orang lain satu
pemikiran, sepaham dan satu tindakan dengan kita. Sebab menurut Rasul SAW,
perbedaan umatku yakni para mujtahid dalam penetapan pemahaman keagamaan adalah
rahmat.
Allah telah mengingatkan kepada kita agar cinta dan benci kepada
orang atau kelompok lain cukuplah sekadarnya, sehingga tidak menjadikan cinta
dan benci kita membabi-buta. Sebab cinta dan benci yang membabi buta adalah
cerminan manusia yang tunduk kepada hawa nafsu, dan mengesampingkan akal sehat.
Padahal Allah menyuruh kita untuk menggunakan akal dan menahan hawa nafsu. Allah
SWT berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَسْخَرْ
قَوْمٌ مِّن قَوْمٍ عَسَىٰ أَن يَكُونُوا خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلَا نِسَاءٌ مِّن
نِّسَاءٍ عَسَىٰ أَن يَكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّ ۖ
Hai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum mengolok-olok
kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari
mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok)
wanita-wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan)
lebih baik dari wanita (yang mengolok-olok).. (al-Hujurat: 11)
وَعَسَىٰ أَن تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ
ۖ وَعَسَىٰ أَن تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ
وَأَنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
Boleh jadi kamu membenci sesuatu,
padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu,
padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (al-Baqarah: 216).
Rasulullah SAW bersabda:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ
اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَحْبِبْ حَبِيْبَكَ هَوْنًا مَا عَسَى
أَنْ يَكُوْنَ بَغِيْضَكَ يَوْمًا مَا، وَأَبْغِضْ بَغِيْضَكَ هَوْنًا مَا عَسَى
أَنْ يَكُوْنَ حَبِيْبَكَ يَوْمًا مَا
Dari Abu Hurairah ia berkata, Rasulullah saw bersabda : Cintailah orang yang kamu cintai sekedarnya
saja, boleh jadi orang yang sekarang kamu cintai suatu hari nanti kamu akan
membencinya. Dan bencilah orang yang kamu benci sekedarnya saja, boleh jadi
orang yang sekarang kamu benci suatu hari nanti kamu akan mencintainya. (H. R. Thabrani no. 643, Tirmidzi no. 2128).
Tentang keharusan menggunakan akal sehat, Allah berfirman:
وَمَا كَانَ لِنَفْسٍ أَن تُؤْمِنَ إِلَّا
بِإِذْنِ اللَّهِ ۚ وَيَجْعَلُ الرِّجْسَ عَلَى الَّذِينَ لَا يَعْقِلُونَ
Dan tidak ada seorangpun akan beriman kecuali dengan izin Allah;
dan Allah menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan
akalnya. (Yunus: 100).
Tentang larangan memperturut hawa nafsu, Allah berfirman:
وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ
رَبَّهُم بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ ۖ وَلَا تَعْدُ عَيْنَاكَ
عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا
قَلْبَهُ عَن ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا
Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru
Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah
kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan
dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan
dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu
melewati batas. (al-Kahfi: 28)
Jelas sekali, ayat dan hadis di atas memerintahkan kita untuk
selalu menggunakan akal sehat, dan menjauhi memperturut hawa nafsu setiap
menghadapi dan menyikapi segala persoalan yang ada. Kecintaan kita kepada orang
atau kelompok cukuplah sekedarnya, begitu pula kebencian kita kepada orang atau
kelompok lain juga sekadarnya, karena boleh jadi orang atau kelompok yang
sekarang kita dukung dan cintai justru besok jadi musuh, sedangkan orang atau kelompok
yang sekarang kita musuhi justru pada masa akan datang adalah kawan dan
penolong kita. Segala informasi yang masuk kepada kita, hendaklah kita periksa
dan pikirkan kebenarannya. Informasi itu kita teliti dan uji kebenarannya dengan
akal sehat, melakukan tabayun dan konfirmasi kepada berbagai pihak terkait.
Kita pikirkan apakah respons yang akan kita ambil terhadap informasi itu akan
memberi manfaat berupa rasa aman, tenteram, nyaman dan berkeadilan bagi orang
lain, dan bukan justru sebaliknya memberi mudarat, menyakitkan hati, merusak ketenteraman
dan kedamaian orang lain dan masyarakat. Cinta buta yang kita pupuk, rawat dan
jaga pada satu orang atau kelompok tertentu tanpa menggunakan akal sehat, dapat
menggelorakan hawa nafsu untuk membela mati-matian pemahaman orang atau
kelompok yang kita cintai, dan menutup akal sehat kita dari menerima kebenaran dan
kebaikan orang atau kelompok lain yang kita benci. Akibatnya, fitnah, kebencian
dan kekejian kepada sesama saudara Muslim semakin merajalela. Kita tidak sibuk
menghargai kebaikan orang atau kelompok lain, tapi justru asyik mencari-cari
kesalahan dan kejelekan serta menghilangkan kebaikan dan kehormatan orang atau
kelompok lain yang telah dilakukan terhadap kita. Padahal Allah SWT jelas
berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا
كَثِيرًا مِّنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا
يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ
مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَّحِيمٌ
Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka,
sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari
kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang
lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah
mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. (al-Hujurat: 12)
Rasulullah SAW bersabda:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ
الْحَدِيثِ وَلَا تَحَسَّسُوا وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا تَحَاسَدُوا وَلَا
تَدَابَرُوا وَلَا تَبَاغَضُوا وَكُونُوا عِبَادَ اللَّهِ إِخْوَانًا
Dari
Abu Hurairah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda:
"Jauhilah prasangka buruk, karena prasangka buruk adalah ucapan yang
paling dusta, janganlah kalian saling mendiamkan, janganlah suka mencari-cari
isu, saling mendengki, saling membelakangi, serta saling membenci, tetapi,
jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara."
(HR. Bukhari, hadis No. 5604)
Dengan telah datangnya Idul Fitri hari ini, mari kita sudahi
perdebatan dan pertentangan yang tidak bermanfaat yang telah terjadi di antara
kita, apa pun penyebabnya. Banyak hal yang menyebabkan kita berbeda dan
bertentangan, seperti perbedaan pemahaman fikih, suku, agama, budaya, dan
terutama perbedaan pilihan politik. Janganlah perbedaan pilihan politik yang
telah menjadi agenda rutin lima tahunan memisah dan menceraikan persaudaraan di
antara kita. Janganlah perbedaan ijtihad politik menyebabkan koyaknya persatuan
dan kesatuan bangsa. Bukankah kita tahu, mayoritas pendukung kedua pasangan
adalah sama-sama Muslim, Bukankah di antara mereka banyak ulama dan ahli agama
yang mengerti tentang pentingnya persatuan dan persaudaraan Islam. Jangan
biarkan negara kita terkoyak gara-gara berebut kepentingan dan adu domba yang
dilakukan sekelompok orang. Percayalah memelihara permusuhan dan perpecahan di
kalangan kita sebagai umat mayoritas di Indonesia, hanya akan menyenangkan
orang-orang yang tidak menghendaki kita bersatu. Padahal Allah menyuruh kita
untuk bersatu padu dan berpegang teguh kepada agama Allah.
Allah berfirman:
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا
تَفَرَّقُوا ۚ وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ أَعْدَاءً
فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنتُمْ
عَلَىٰ شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنْهَا ۗ كَذَٰلِكَ
يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ
Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan
janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan ni'mat Allah kepadamu ketika
kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu,
lalu menjadilah kamu karena ni'mat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu
telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya.
Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat
petunjuk. (Ali Imran: 103).
Kita sesama muslim adalah bersaudara, yang oleh Rasul diumpamakan
persaudaraan itu ibarat satu tubuh, saling bantu dan tolong menolong antara
satu anggota badan dengan anggota badan lainya, tidak saling memusuhi dan menyakiti.
Allah juga memerintahkan kita untuk berdamai saat kita bertikai.
Rasulullah
SAW bersabda:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَرَى الْمُؤْمِنِينَ فِي تَرَاحُمِهِمْ
وَتَوَادِّهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ كَمَثَلِ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى عُضْوًا
تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ جَسَدِهِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى
Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Kamu akan melihat orang-orang
mukmin dalam hal saling mengasihi, mencintai, dan menyayangi bagaikan satu
tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya
akan ikut terjaga dan panas (turut merasakan sakitnya)."
(HR.: Bukhari hadis No. 5552)
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
قَالَ الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لَا يَظْلِمُهُ وَلَا يُسْلِمُهُ وَمَنْ
كَانَ فِي حَاجَةِ أَخِيهِ كَانَ اللَّهُ فِي حَاجَتِهِ وَمَنْ فَرَّجَ عَنْ
مُسْلِمٍ كُرْبَةً فَرَّجَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرُبَاتِ يَوْمِ
الْقِيَامَةِ وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Seorang
muslim adalah saudara bagi muslim lainnya, dia tidak menzaliminya dan tidak
membiarkannya untuk disakiti. Siapa yang membantu kebutuhan saudaranya maka
Allah akan membantu kebutuhannya. Siapa yang menghilangkan satu kesusahan
seorang muslim, maka Allah menghilangkan satu kesusahan baginya dari
kesusahan-kesusahan hari kiamat. Dan siapa yang menutupi (aib) seorang muslim
maka Allah akan menutup aibnya pada hari kiamat". (HR. Bukhari. Hadis No. 2262)
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ
وَالْمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ مَا نَهَى اللَّهُ عَنْهُ
Dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, bersabda: "Seorang
muslim adalah orang yang Kaum Muslimin selamat dari lisan dan tangannya, dan
seorang Muhajir adalah orang yang meninggalkan apa yang dilarang oleh
Allah". (HR. Bukhari. Hadis No- 9).
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ انْصُرْ أَخَاكَ ظَالِمًا أَوْ مَظْلُومًا قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ
هَذَا نَنْصُرُهُ مَظْلُومًا فَكَيْفَ نَنْصُرُهُ ظَالِمًا قَالَ تَأْخُذُ فَوْقَ
يَدَيْهِ
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: 'Tolonglah
saudaramu yang berbuat zalim (aniaya) dan yang dizalimi". Mereka bertanya:
"Wahai Rasulullah, jelas kami paham menolong orang yang dizalimi tapi
bagaimana kami harus menolong orang yang berbuat zalim?" Beliau bersabda:
"Pegang tangannya (agar tidak berbuat zalim)". (HR. Bukhari. Hadis No. 2264)
عَنْ الْأَحْنَفِ بْنِ قَيْسٍ قَالَ ذَهَبْتُ
لِأَنْصُرَ هَذَا الرَّجُلَ فَلَقِيَنِي أَبُو بَكْرَةَ فَقَالَ أَيْنَ تُرِيدُ
قُلْتُ أَنْصُرُ هَذَا الرَّجُلَ قَالَ ارْجِعْ فَإِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِذَا الْتَقَى الْمُسْلِمَانِ
بِسَيْفَيْهِمَا فَالْقَاتِلُ وَالْمَقْتُولُ فِي النَّارِ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ
اللَّهِ هَذَا الْقَاتِلُ فَمَا بَالُ الْمَقْتُولِ قَالَ إِنَّهُ كَانَ حَرِيصًا
عَلَى قَتْلِ صَاحِبِهِ
Dari Al Ahnaf bin Qais berkata; aku datang untuk menolong seseorang
kemudian bertemu Abu Bakrah, maka dia bertanya: "Kamu mau ke mana?"
Aku jawab: "hendak menolong seseorang" dia berkata: "Kembalilah,
karena aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Jika dua orang muslim saling bertemu (untuk berkelahi) dengan menghunus
pedang masing-masing, maka yang terbunuh dan membunuh masuk neraka". aku
pun bertanya: "Wahai Rasulullah, ini bagi yang membunuh, tapi bagaimana
dengan yang terbunuh?" Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Dia
juga sebelumnya sangat ingin untuk membunuh temannya". (HR. Bukhari).
Allah berfirman:
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ
أَخَوَيْكُمْ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
Sesungguhnya
orang-orang mu'min adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua
saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.
(al-Hujurat: 10)
Allah
juga berfirman:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ
إِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا
ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Hai
manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu
saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di
sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (al-Hujurat: 13)
Berhentilah
saling menghina dan mencaci orang lain kalau kita ingin selamat dunia akhirat,
sebab cacian, hinaan, menyakiti, apalagi sampai membunuh orang lain hanya akan
menambah dosa dan memakan pahala-pahala dari amal kebaikan yang selama ini kita
perbuat, sehingga kita datang menghadap Allah dalam keadaan rugi. Marilah pada
hari yang fitri ini kita saling maaf dan memaafkan, sehingga kita semua bebas
dari dosa dan dapat mendapatkan rahmat dan rida Allah SWT.
Rasulullah
SAW bersabda:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِيَّاكُمْ وَالْحَسَدَ
فَإِنَّ الْحَسَدَ يَأْكُلُ الْحَسَنَاتِ كَمَا تَأْكُلُ النَّارُ الْحَطَبَ أَوْ
قَالَ الْعُشْبَ (رواه ابو داود)
Dari Abu Hurairah bahwa
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Jauhilah hasad (dengki),
karena hasad dapat memakan kebaikan seperti api memakan kayu bakar."
(HR. Abu Daud, hadis No. 4257)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ تُعْرَضُ أَعْمَالُ
النَّاسِ فِي كُلِّ جُمُعَةٍ مَرَّتَيْنِ يَوْمَ الِاثْنَيْنِ وَيَوْمَ الْخَمِيسِ
فَيُغْفَرُ لِكُلِّ عَبْدٍ مُؤْمِنٍ إِلَّا عَبْدًا بَيْنَهُ وَبَيْنَ أَخِيهِ
شَحْنَاءُ فَيُقَالُ اتْرُكُوا أَوْ ارْكُوا هَذَيْنِ حَتَّى يَفِيئَا
Dari
Abu Hurairah dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda:
"Seluruh amal manusia dihadapkan kepada Allah Subhanahu wa ta'ala dua kali
dalam sepekan. Yaitu pada hari Senin dan Kamis. Lalu Allah mengampuni dosa
setiap hamba-Nya yang mukmin, kecuali orang yang bermusuhan. Maka dikatakan
kepada mereka: tinggalkanlah dahulu kedua orang ini, sampai mereka
berdamai." (HR. Muslim, hadis No. 4654).
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَتَدْرُونَ مَا
الْمُفْلِسُ قَالُوا الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لَا دِرْهَمَ لَهُ وَلَا مَتَاعَ
فَقَالَ إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلَاةٍ
وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ
هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ
وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا
عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ
(رواه مسلم)
Dari
Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah bertanya
kepada para sahabat: "Tahukah kalian, siapakah orang yang bangkrut
itu?" Para sahabat menjawab; 'Menurut kami, orang yang bangkrut diantara
kami adalah orang yang tidak memiliki uang dan harta kekayaan.' Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: 'Sesungguhnya umatku yang bangkrut
adalah orang yang pada hari kiamat datang dengan salat, puasa, dan zakat,
tetapi ia selalu mencaci-maki, menuduh, dan makan harta orang lain serta
membunuh dan menyakiti orang lain. Setelah itu, pahalanya diambil untuk
diberikan kepada setiap orang dari mereka hingga pahalanya habis, sementara
tuntutan mereka banyak yang belum terpenuhi. Selanjutnya, sebagian dosa dari
setiap orang dari mereka diambil untuk dibebankan kepada orang tersebut, hingga
akhirnya ia dilemparkan ke neraka.' (MUSLIM - 4678).
Berlakulah
adil kepada setiap orang meskipun kita tidak suka kepadanya, bahkan adillah
kepada diri sendiri. Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ لِلَّهِ شُهَدَاءَ بِالْقِسْطِ ۖ وَلَا
يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَىٰ أَلَّا تَعْدِلُوا ۚ اعْدِلُوا هُوَ
أَقْرَبُ لِلتَّقْوَىٰ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا
تَعْمَلُونَ.
Hai
orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu
menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah
sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku
tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan
bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan. (al-Maidah: 8).
Demikianlah
kutbah Idul Fitri ini, semoga Allah selalu menjaga hati kita untuk selalu taat
menjalankan perintah-Nya dan menjauhi seluruh larangan-Nya, dan menjaga negara
untuk selalu utuh dalam persatuan dan kesatuan, aman, tenteram, berkeadilan,
dan menjadikan negara kita sebagai baldatun thoyyibatun wa rabbun ghafur.
Amin.