MENCINTAI WANITA, HARTA DAN ANAK DALAM PANDANGAN ISLAM
(Refleksi Sikap Orang Tua Terhadap Pendidikan Anaknya)
Oleh : Isa Ansori
Allah menghiasi manusia dengan perasaan cinta kepada wanita, anak-anak dan harta benda. Dan kesemuanya itu diserahkan kepada manusia ke arah mana perasaan cintanya akan dibawa. Satu pesan penting dari ayat berikut adalah: Hendaklah perasaan cintamu itu engkau arahkan untuk berbakti dan mengabdi kepada-Nya.زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ۗ ذَٰلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)”. (Ali Imron: 14)
Wanita, harta benda dan anak-anak adalah fitnah, yaitu sebagai sarana ujian dan cobaan yang Allah berikan kepada kita, untuk melihat bagaimana kita menyikapinya. Apakah cinta kita kepada meraka hanya berhenti sebatas mereka saja, atau mereka hanyalah sebagai sarana untuk merebut cinta sejati kita yaitu Allah SWT. Firman Allah:
وَاعْلَمُوا أَنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ وَأَنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ
“Dan Ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan Sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar”. (Al-Anfal: 28)
Satu contoh penting tentang gambaran perasaan cinta orang tua kepada anak-anaknya dapat kita lihat pada suasana tahun pelajaran baru sekolah seperti saat sekarang ini.
Saat tahun perlajaran baru tiba, bagi orang tua yang masih memiliki tanggungan untuk menyekolahkan anak, adalah salah satu saat yang cukup menegangkan. Betapa tidak, setiap anak akan menyebutkan besaran biaya yang harus dibayar oleh orang tuanya demi keberlangsungan pendidikannya. Dan setiap orang tua akan berusaha dengan segala upaya untuk memenuhi seluruh kebutuhan pendidikan buah hati kesayangannya. Ini didorong oleh suatu kesadaran dan keyakinan bahwa iman dan ilmu pengetahuanlah yang akan mengangkat derajat kehidupan manusia.
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ ۚ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (Al-Mujadilah: 11)
Setiap usaha dan jerih payah orang tua termasuk menyekolahkan anak-anaknya pada sekolah terbaik dan kalau dapat mencapai jenjang pendidikan yang tertinggi, hanyalah untuk satu tujuan ialah kebahagian dan kesejahteraan diri, keluarga dan terutama anak keturunannya.
Inilah tantangan hidup setiap orang tua, sebagaimana tersurat dalam firman Allah berikut:
وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافًا خَافُوا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللَّهَ وَلْيَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar”. (An-Nisa: 9)
Betapapun sulit jalan kehidupan yang ditempuh oleh orang tua untuk mewujudkan segala impian kebahagiaan dan kesejahteraan keluarga dan anak-anaknya, pesan Allah berikut hendaknya jangan dilupakan:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ ۚ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَٰلِكَ فَأُولَـٰئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ
“Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. barangsiapa yang berbuat demikian Maka mereka Itulah orang-orang yang merugi”. (Al-Munafiqun: 9)
Sebab, melalaikan Allah karena tersibukkan dengan perasaan cinta kepada harta dan anak-anak pada hakekatnya tidaklah merupakan usaha memberikan kesejahteraan dan kebahagiaan hidup kepada mereka, tapi justru menjerumuskan mereka ke jurang kesengsaraan dan kenistaan abadi di akhirat yaitu kepedihan siksa api neraka. Inilah perbuatan yang biasa dilakukan oleh orang-orang yang mengkufuri nikmat Allah sebagaimana dalam firman-Nya.
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا لَنْ تُغْنِيَ عَنْهُمْ أَمْوَالُهُمْ وَلَا أَوْلَادُهُمْ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا ۖ وَأُولَـٰئِكَ هُمْ وَقُودُ النَّارِ
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir, harta benda dan anak-anak mereka, sedikitpun tidak dapat menolak (siksa) Allah dari mereka. dan mereka itu adalah bahan bakar api neraka”. (Ali Imron: 10)
Tetapi sebaliknya, usaha keras kita dalam mengumpulkan harta benda adalah untuk kebahagiaan dan kesejahteraan abadi keluarga dan anak-anak kita. Seluruh rangakaian usaha adalah dalam rangka pengabdian kita kepada Allah SWT. Karenanya dalam berusaha, ketentuan halal dan thayib kita penuhi, dan setelah harta diperoleh, ditasarufkan harta itu di jalan yang diridhai-Nya, dengan mengeluarkan ibadah wajib dan sunnahnya seperti zakat, infak, shadaqah dan yang selainnya. Akan terpenuhilah perintah Allah dalam firman-Nya berikut:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”. (At-Tahrim: 6)
Dengan demikian harta benda yang kita usahakan dalam rangka kesejahteraan dan kebahagiaan hidup keluarga (yang di dalamnya ada anak-anak) akan menjadi perhiasan berharga di dunia dan di akhirat. Firman Allah:
الْمَالُ وَالْبَنُونَ زِينَةُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَالْبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ خَيْرٌ عِنْدَ رَبِّكَ ثَوَابًا وَخَيْرٌ أَمَلًا
“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan”. (Al-Kahfi: 46)
وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
“Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (Kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa”. (Al-Furqan: 74)
Nabi Ibrahim memberikan suri tauladan bagaimana hubungan cinta kasih orang tua terhadap anak dibangun dan dikemas dalam rangka mewujudkan cinta mereka kepada Allah SWT:
رَبَّنَا وَاجْعَلْنَا مُسْلِمَيْنِ لَكَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِنَا أُمَّةً مُسْلِمَةً لَكَ وَأَرِنَا مَنَاسِكَنَا وَتُبْ عَلَيْنَا ۖ إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
“Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) di antara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadat haji kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang”. (Al-Baqarah: 128)
Keberhasilan Nabi Ibrahim dalam mendidik anak dan cucunya menjadi orang yang beriman dan taat kepada Allah, adalah sumber inspirasi bagi orang tua Muslim tentang bagaimana seharusnya mereka mendidik dan mengajar anak-anaknya untuk selalu tunduk dan patuh kepada Penciptanya. Orang tua adalah salah satu faktor penentu bagaimana anak-anak akan mereka wujudkan, sebagaimana sabda Rasul SAW.:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم ما من مولد يولد على الفطرة فأبواه يهودانه وينصرانه ويمجسانه. (رواه البخارى و مسلم و ابو داود و الترمذي واحمد ومالك)
“Bersabda Rasulullah SAW.: “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci), maka (terserah) kedua orang tuanya akan menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi. (HR. Bukhori, Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi, Ahmad dan Malik)
Satu lagi keuntungan bagi orang tua yang berhasil mendidik anak-anaknya menjadi anak yang sholeh, adalah sebagai sarana investasi amal yang pahalanya akan terus mengalir untuknya sampai hari kiamat, meskipun ia telah meninggal dunia. Sabda Rasulullah SAW.:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا ماتى الانسان انقطع عنه عمله الا من ثلاثة إلا من صدقة جارية او علم ينتفع به او ولد صالح يدع له (رواه مسلم, الترمذى, النسائى, ابو داود, احمد و الدرمى)
“Bersabda Rasulullah SAW.: “Apabila manusia telah meninggal dunia maka putuslah amal-amalnya kecuali tiga perkara: Shodaqoh jariah, atau ilmu yang bermanfaat, atau anak sholeh yang selalu mendo’akannya”. (HR. Muslim, At-Tirmidzi, An-Nasa’i, Abu Dawud, Ahmad, dan Ad-Daromi)
Lukman memberikan contoh kepada kita bagaimana mendidik anak dengan benar, seperti dalam firman Allah di surah Lukman:
وَلَقَدْ آتَيْنَا لُقْمَانَ الْحِكْمَةَ أَنِ اشْكُرْ لِلَّهِ ۚ وَمَنْ يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ ۖ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ حَمِيد
“Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmah kepada Luqman, yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji". (Lukman: 12)
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ ۖ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah) sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". (Lukman: 13)
وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَىٰ وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu”. (Lukman: 14)
وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلَىٰ أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا ۖ وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا ۖ وَاتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ إِلَيَّ ۚ ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Ku-beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”. (Lukman: 15)
يَا بُنَيَّ إِنَّهَا إِنْ تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ فَتَكُنْ فِي صَخْرَةٍ أَوْ فِي السَّمَاوَاتِ أَوْ فِي الْأَرْضِ يَأْتِ بِهَا اللَّهُ ۚ إِنَّ اللَّهَ لَطِيفٌ خَبِيرٌ
“(Luqman berkata): "Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui”. (Lukman: 16)
يَا بُنَيَّ أَقِمِ الصَّلَاةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلَىٰ مَا أَصَابَكَ ۖ إِنَّ ذَٰلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ
“Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)”. (Lukman: 17)
وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri”. (Lukman: 18)
وَاقْصِدْ فِي مَشْيِكَ وَاغْضُضْ مِنْ صَوْتِكَ ۚ إِنَّ أَنْكَرَ الْأَصْوَاتِ لَصَوْتُ الْحَمِيرِ
“Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai”. (Lukman: 19)
َألَمْ تَرَوْا أَنَّ اللَّهَ سَخَّرَ لَكُمْ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَأَسْبَغَ عَلَيْكُمْ نِعَمَهُ ظَاهِرَةً وَبَاطِنَةً ۗ وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يُجَادِلُ فِي اللَّهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ وَلَا هُدًى وَلَا كِتَابٍ مُنِيرٍ
“Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan)mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu ni'mat-Nya lahir dan batin. Dan di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa Kitab yang memberi penerangan”. (Lukman: 20)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar