IKHLAS ADALAH KUNCI SHALAT YANG BERMUTU
(Sebuat Catatan Penting Dalam Memperingati Isro’ Wal Mi’roj Nabi Muhammad SAW.)
Oleh: Isa Ansori
Dalam rangka memperingati Isro’ wal Mi’roj Nabi Muhammad SAW., sejenak marilah kita kaji ibadah shalat yang selama ini telah kita kerjakan, karena shalat adalah oleh-oleh terpenting yang di dapat Rasulullah Muhammad SAW. dalam perjalanan Isro’ wal Mi’roj, sehingga diketahui sudahkah tercapai apa yang dikehendaki Allah dari shalat dalam kehidupan kita sehari-hari?.
Tentang shalat sebagai oleh-oleh Rasul dalam Isra’ wal Mi’rojnya, tertuang dalam hadis beliau yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari:
قالَ ابْنُ حَزْمٍ وَأَنَسُ بْنُ مَالِكٍ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَفَرَضَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَى أُمَّتِي خَمْسِينَ صَلَاةً فَرَجَعْتُ بِذَلِكَ حَتَّى مَرَرْتُ عَلَى مُوسَى فَقَالَ مَا فَرَضَ اللَّهُ لَكَ عَلَى أُمَّتِكَ قُلْتُ فَرَضَ خَمْسِينَ صَلَاةً قَالَ فَارْجِعْ إِلَى رَبِّكَ فَإِنَّ أُمَّتَكَ لَا تُطِيقُ ذَلِكَ فَرَاجَعْتُ فَوَضَعَ شَطْرَهَا فَرَجَعْتُ إِلَى مُوسَى قُلْتُ وَضَعَ شَطْرَهَا فَقَالَ رَاجِعْ رَبَّكَ فَإِنَّ أُمَّتَكَ لَا تُطِيقُ فَرَاجَعْتُ فَوَضَعَ شَطْرَهَا فَرَجَعْتُ إِلَيْهِ فَقَالَ ارْجِعْ إِلَى رَبِّكَ فَإِنَّ أُمَّتَكَ لَا تُطِيقُ ذَلِكَ فَرَاجَعْتُهُ فَقَالَ هِيَ خَمْسٌ وَهِيَ خَمْسُونَ لَا يُبَدَّلُ الْقَوْلُ لَدَيَّ فَرَجَعْتُ إِلَى مُوسَى فَقَالَ رَاجِعْ رَبَّكَ فَقُلْتُ اسْتَحْيَيْتُ مِنْ رَبِّي ثُمَّ انْطَلَقَ بِي حَتَّى انْتَهَى بِي إِلَى سِدْرَةِ الْمُنْتَهَى وَغَشِيَهَا أَلْوَانٌ لَا أَدْرِي مَا هِيَ ثُمَّ أُدْخِلْتُ الْجَنَّةَ فَإِذَا فِيهَا حَبَايِلُ اللُّؤْلُؤِ وَإِذَا تُرَابُهَا الْمِسْكُ
"Berkata Ibn Hazm dan Anas bin Malik: Nabi SAW. bersabda: “Allah Azza wa Jalla telah memfardhukan umatku 50 shalat, lalu aku pulang dengan membawa kewajiban itu, sehingga ketika aku bertemu Musa AS. Beliau menanyaiku: “Allah telah mewajibkan apa kepada umatmu?” Aku menjawab Allah telah mewajibkan 50 shalat”. Musa berkata: “Kembalilah pada Tuhanmu, karena umatmu tidak akan mampu melaksanakan itu!”. Lalu aku kembali kepada Tuhanku dan Tuhanku memberikan pengurangan separonya, lalu aku kembali menemui Musa. Musa berkata lagi: “Kembali lagi kepada Tuhanmu, karena umatmu tidak akan mampu melaksanakan kewajiban itu!”. Lalu aku kembali lagi menemui Tuhanku, lalu Tuhanku berfirman: “baiklah kewajibannya 5 shalat saja dan itu setara dengan yang 50, jangan lagi diganti ucapanku!”. Lalu aku kembali menemui Musa. Dan Musa berkata: “Kembali lagi kepada Tuhanmu!”. Lalu aku menjawab: “Aku malu kepada Tuhanku”. Kemudian Jibril pergi bersamaku sehingga sampai di Sidratul Muntaha yang dilingkupi oleh beragam warna aku tak mengetahui apa itu, kemudian aku dimasukkan ke dalam surga, lalu aku dapati di dalamnya intan permata dengan debu dari minyak kesturi”. (HR. Bukhari)
Sungguh kekhawatiran nabi Musa bahwa umat nabi Muhammad akan merasa berat untuk melaksanakan ibadah shalat bukan tanpa alasan, Allah SWT. sendiri telah mengingatkan bahwa shalat adalah sesuatu yang berat untuk dilaksanakan. Hanya orang-orang yang ikhlas dalam mengabdi kepadaNya sajalah yang mampu melakukannya, sebagaimana firmanNya:
وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى الْخَاشِعِينَ
“Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu` (Al-Baqarah: 45).
Cobalah perhatikan, bukankah banyak diantara kita yang mengaku Muslim tapi tidak mendirikan shalat?. Apabila kita ajak mereka untuk menunaikan shalat, mereka enggan melaksanakannya, bahkan malah mengejek ajakan itu, seperti Allah sebutkan dalam firmannya:
وَإِذَا نَادَيْتُمْ إِلَى الصَّلَاةِ اتَّخَذُوهَا هُزُوًا وَلَعِبًا ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لَا يَعْقِلُونَ
“Dan apabila kamu menyeru (mereka) untuk (mengerjakan) shalat, mereka menjadikannya buah ejekan dan permainan. Yang demikian itu adalah karena mereka benar-benar kaum yang tidak mau mempergunakan akal”. (al-Maidah: 58)
فَخَلَفَ مِنْ بَعْدِهِمْ خَلْفٌ أَضَاعُوا الصَّلَاةَ وَاتَّبَعُوا الشَّهَوَاتِ فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ غَيًّا
“Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan”. (Maryam: 59)
Dan bagi kita yang merasa telah shalat, sekali lagi perhatikan, sudah benarkah shalat yang selama ini kita laksanakan?. Lihatlah, hawa nafsu angkara murka banyak menyebabkan kita tidak ikhlas dalam menyembah Allah Azza wa Jalla. Marilah kita berlindung kepada Allah dari perbuatan orang munafik seperti yang disebutkan Allah dalam firman ini:
إِنَّ الْمُنَافِقِينَ يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْ وَإِذَا قَامُوا إِلَى الصَّلَاةِ قَامُوا كُسَالَى يُرَاءُونَ النَّاسَ وَلَا يَذْكُرُونَ اللَّهَ إِلَّا قَلِيلًا
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali”. (An-Nisa: 142)
Padahal shalat adalah salah satu sendi agama Islam. Nilai-nilai ajaran Islam tak akan berdiri kokoh pada pribadi-pribadi yang meninggalkan salah satu dari sendi-sendi penopangnya. Ini akan berakibat pada mudahnya melanggar nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari. Rasul SAW. bersabda:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بُنِيَ الْإِسْلَامُ عَلَى خَمْسٍ شَهَادَةِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ وَإِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ وَالْحَجِّ وَصَوْمِ رَمَضَانَ. رواه البخاري
“Rasulullah SAW. bersabda: “Islam dibangun di atas lima asas: Syahadat bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan kecuali Allah dan sesunggunya Muhammad adalah utusan Allah; Mendirikan shalat; Menunaikan zakat; Haji; dan puasa bulan Ramadhan”. (HR. Bukhari)
Shalat adalah pembada antara orang yang berhak mendapat sebutan Muslim dengan orang yang disebut kafir, sebagaimana sabda Rasulullah SAW.:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْعَهْدُ الَّذِي بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ الصَّلَاةُ فَمَنْ تَرَكَهَا فَقَدْ كَفَرَ. رواه الترمذي
“Rasulullah SAW. bersabda: “Janji (yang membedakan) antara kita dan mereka (kafir) adalah shalat. Maka barangsiapa yang meninggalkan shalat, maka sungguh ia telah kafir. (HR. At-Turmudzi)
Mari kita kembali kepada satu kata kunci “Ikhlas”, untuk menghasilkan ibadah shalat yang terbaik. Allah SWT. telah mengingatkan agar kita senantiasa ikhlas dalam beribadah mengabdi kepadaNya, ialah dengan semata mengharapkan ‘keridhaan-Nya’.
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta`atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus. (al-Bayyinah:5)
Rabithah al Adawiyah telah menunjukkan kepada kita bagaimana seharusnya seorang Muslim ikhlas dalam mengabdi kepadaNya, seperti dalam inti ucapanya: “Ya Allah, andaikan aku dalam beribadah mengabdi kepadaMu, karena harapanku untuk mendapatkan sorgamu, jauhkanlah sorga itu dariku. Ya Allah, andaikan aku dalam beribadah mengabdi kepadaMu, karena takutku pada nerakaMu, masukkan saja aku ke dalamnya. Aku beribadah adalah ikhlas mengharapkan ridhaMu, maka pertemukanlah aku denganMu”.
Shalat yang dilaksanakan dengan ikhlas dan benar akan menimbulkan dampak ketaqwaan kepada Allah yang luar biasa, dengan semakin giat untuk melaksanakan segala apa yang Allah perintahkan dan menjauhi segala apa yang Allah larang yaitu perbuatan munkar, semuanya ikhlas lillahita’ala. Allah berfirman:
اتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ وَأَقِمِ الصَّلَاةَ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ
“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Qur'an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (al-Ankabut: 45)
Sehinga, betapapun tersibukkannya seseorang dengan kehidupan dunia, shalat takkan pernah terlalaikan:
رِجَالٌ لَا تُلْهِيهِمْ تِجَارَةٌ وَلَا بَيْعٌ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَإِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ يَخَافُونَ يَوْمًا تَتَقَلَّبُ فِيهِ الْقُلُوبُ وَالْأَبْصَارُ
“Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan shalat, dan (dari) membayarkan zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang”. (an-Nur:18)
Dan pekerjaan-pekerjaan dunia itu akan ia lanjutkan kembali setelah shalat usai dilaksanakan:
فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلَاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الْأَرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung”. (al-Jumuah: 10)
Selanjutnya, dalam melaksanakan segala aktivitas kehidupan dunia, sekejappun Allah tak terlupakan, hati tertambat kepadaNya, dipenuhi dengan dzikir dan mengingatNya, sehingga tak ada kesempatan untuk mendurhakaiNya dengan berbuat curang dalam segala aktivitas kehidupan. Allah berfirman:
فَإِذَا قَضَيْتُمُ الصَّلَاةَ فَاذْكُرُوا اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِكُمْ فَإِذَا اطْمَأْنَنْتُمْ فَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ إِنَّ الصَّلَاةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَوْقُوتًا
“Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat (mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman”. (an-Nisa’:103)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar