Assalamu'alaikum, selamat membaca semoga dapat memberi manfaat, amin.

Senin, 23 Februari 2009

TAFSIR AL-ANFAL: 17

TAFSIR SURAH AL-ANFAL: 17
Oleh: Isa Ansori

فَلَمْ تَقْتُلُوهُمْ وَلَكِنَّ اللَّهَ قَتَلَهُمْ وَمَا رَمَيْتَ إِذْ رَمَيْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ رَمَى وَلِيُبْلِيَ الْمُؤْمِنِينَ مِنْهُ بَلَاءً حَسَنًا إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allahlah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar. (Allah berbuat demikian untuk membinasakan mereka) dan untuk memberi kemenangan kepada orang-orang mukmin, dengan kemenangan yang baik. Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui. (al-Anfal: 17)

a. Asbabun Nuzul

Ada beberapa hadis yang dikatakan oleh para ulama tafsir sebagai asbabun nuzul dari ayat ini, ialah:
  1. Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa pada waktu peperangan Uhud, Ubay bin Khalaf (pihak musuh) bermaksud menyerang Nabi saw. - dan dibiarkan oleh kawan-kawannya yang pada waktu itu menyongsong pasukan Rasulullah - akan tetapi dihadang oleh Mush`ab bin'Umair. Rasulullah saw. melihat bagian dada Ubay yang terbuka antara baju dan topinya, lalu ditikam oleh Rasulullah saw. dengan tombaknya. Ubay jatuh rebah dari kudanya serta salah satu tulang rusuknya patah, akan tetapi tiada mengeluarkan darah. Teman-teman Ubay datang menge­rumuninya saat ia meraung-raung kesakitan. Mereka berkata: "Alang­kah pengecutnya engkau, bukankah itu hanya goresan sedikit saja?" Ubay mengatakan bahwa Rasulullah saw. telah menikamnya, seraya mengingatkan sabda Rasulullah yang bersumpah: "Seandainya yang terkena kepada Ubay itu terkena pula pada sekampung Dzilmajaz (nama suatu daerah), pasti mereka akan mati semuanya." Ubay bin Khalaf mati sebelum sampai ke Mekah. Turunnya ayat ini (al-Anfal: 17) berkenaan dengan peristiwa tersebut, sebagai penegasan bahwa sebenarnya Allah-lah yang membunuhnya.
    Diriwayatkan oleh al-Hakim dari Said bin al-Musayyab yang bersumber dari bapaknya. Isnad Hadits ini sahih, hanya saja gharib. [1]
  2. Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa pada peperangan Khaibar, Rasulullah saw. meminta panah, dan memanahkannya ke benteng. Anak panah tersebut mengenai Ibnu Abil Haqiq (pihak musuh) hingga ia pun terbunuh di tempat tidurnya. Allah menurunkan ayat ini (al-Anfal: 17) ber­kenaan dengan peristiwa tersebut, sebagai penegasan bahwa yang melempar panah itu adalah Allah swt..
    Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari `Abdurrah­man bin Zubair. Hadits ini mursal, sanadnya jayyid (baik), akan tetapi gharib.[2]
  3. Hadits yang masyhur berkenaan dengan turunnya ayat ini (al­Anfal: 17) adalah peristiwa yang tejadi dalam peperangan Badr, di waktu Rasulullah saw. melemparkan segenggam batu-batu kecil hingga menye­babkan banyak yang mati di kalangan musuh.
    Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa di waktu peperangan Badr, para shahabat mendengar suara gemuruh dari langit ke bumi, seperti suara batu-batu kecil jatuh ke dalam bejana. Rasulullah saw. melempari lawannya dengan batu-batu kecil tadi sehingga kaum Mus­limin pun menang. Ayat ini (al-Anfal: 17) turun berkenaan dengan peristiwa tersebut, yang menegaskan bahwa sesungguhnya yang melemparkan batu-batu itu adalah Allah di saat Nabi melemparkannya. Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, Ibnu Abi Hatim, dan ath-Thabara­ni, yang bersumber dari Hakim bin Hizam.Diriwayatkan pula oleh Abusy Syaikh yang bersumber dari Za­bir dan Ibnu 'Abbas. Dan diriwayakan pula oleh Ibnu Jarir dari sumber lain, tapi mursal.[3]
    Berkata Ali bin Abi Thalhah dari Ibn Abas: “Pada saat perang Badr, Rasulullah saw mengangkat kedua tangan beliau dan berdo’a: “Ya Allah , jika tidak Engkau binasakan mereka (para musuh), maka Engkau tidak akan disembah lagi di muka bumi selamanya!”, Lalu malaikat Jibril berkata kepada Rasul: “Hai Muhammad, ambillah segenggam debu lalu lemparkan kea rah wajah mereka!”. Lalu Rasul mengambil segenggam debu dan melemparkan kea rah wajah mereka, maka tak seorang pun dari kaum musyrikin kecuali matanya, lubang hidungnya, dan mulutnya terkena debu yang segenggam itu, lalu mereka melarikan diri..[4]
    Diriwayatkan sesungguhnya para sahabat Rasul saw. ketika telah selesai dari perang Badr, masing-masing dari mereka menceritakan perbuatan-perbuatan apa saja yang telah mereka kerjakan: “Aku telah membunuh dengan begini”; “Kalau aku begini”. Datang dari melakukan pekerjaan itu dengan bangga dan sejenisnya. Lalu diturunkan ayat itu (al-Anfal: 17) sebagai pemberitahuan bahwa Allah-lah yang telah membunuh mereka dan berkuasa atas segala sesuatu.[5]
  4. Ada yang mengatakan bahwa yang dimaksud dengan ar-ramyu (melempar, memanah) adalah lemparan Rasulullah pada waktu perang Hunain. Diriwayatkan oleh Ibn Wahab dari Malik.
    Malik berkata: “Tak seorangpun dari musuh yang tidak terkena lemparan Rasul pada waktu itu”. Ibn Qasim juga meriwayatkan hadis sejenis.[6]

b. Tema/Topik dari al-Anfal: 17

Surah al-Anfal: 17 ini memiliki satu tema pokok, dan tema lain yang merupakan penafsiran dari tema pokok.

  1. Tema/Topik utama dari al-Anfal: 17 ini adalah manusia harus berjuang dan bekerja keras untuk mencapai tujuannya, dalam rangka mengabdi kepada Allah. Sebagaimana Rasulullah dan para sahabat berusaha, berjuang dan berperang di jalan Allah, untuk menegakkan panji Islam dan beribadah mencapai ridla-Nya. Allah turut serta dalam perbuatan dan usaha kerasnya itu. Pada ayat ini, Allah menunjukkan kekuasaan-Nya dengan membantu Rasulullah dan kaum Muslimin mengalahkan musuh-musuh Allah dan Rasul-Nya serta kaum Muslimin.
  2. Tema/Topik yang merupakan penafsiran dari al-Anfal: 17 adalah sebagaimana diungkapkan oleh penganut faham Jabariah, yaitu Allah memiliki kekuasaan mutlak termasuk menciptakan perbuatan manusia.
    Pendapat seperti ini juga dikatakan oleh Ibn Katsir dalam tafsirnya:
    يبين تعالى أنه خالق أفعال العباد وأنه المحمود على جميع ما صدر منهم من خير لأنه هو الذي وفقهم لذلك وأعانهم
    Allah swt. menjelaskan bahwa Allahlah yang telah menciptakan perbuatan-perbuatan para hamba, dan sesungguhnya Dia maha terpuji atas segala apa yang disandarkan kepada para hamba dalam hal kebaikan, karena Dialah yang membantu dan memberi pertolongan kepada mereka.[7]

c. Ayat-ayat Lain Yang Terkait/Satu Maksud Dengan al-Anfal: 17

Ayat-ayat yang senada dengan tema/topik utama seperti tersebut pada topik no. 1 di atas adalah:

1. Ali Imron: 123

وَلَقَدْ نَصَرَكُمُ اللَّهُ بِبَدْرٍ وَأَنْتُمْ أَذِلَّةٌ فَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُون

“Sungguh Allah telah menolong kamu dalam peperangan Badar, padahal kamu adalah (ketika itu) orang-orang yang lemah. Karena itu bertakwalah kepada Allah, supaya kamu mensyukuri-Nya.” (Ali-Imron: 123)

2. At-Taubah: 25

لَقَدْ نَصَرَكُمُ اللَّهُ فِي مَوَاطِنَ كَثِيرَةٍ وَيَوْمَ حُنَيْنٍ إِذْ أَعْجَبَتْكُمْ كَثْرَتُكُمْ فَلَمْ تُغْنِ عَنْكُمْ شَيْئًا وَضَاقَتْ عَلَيْكُمُ الْأَرْضُ بِمَا رَحُبَتْ ثُمَّ وَلَّيْتُمْ مُدْبِرِين

Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (hai para mu'minin) di medan peperangan yang banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu di waktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlahmu, maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfa`at kepadamu sedikitpun, dan bumi yang luas itu telah terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari ke belakang dengan bercerai-berai. (at-Taubah: 25)

3. al-Baqarah: 249

قَالَ الَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُمْ مُلَاقُو اللَّهِ كَمْ مِنْ فِئَةٍ قَلِيلَةٍ غَلَبَتْ فِئَةً كَثِيرَةً بِإِذْنِ اللَّهِقل وَاللَّهُ مَعَ الصَّابِرِينَ

"Orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah berkata: "Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar." (al-Baqarah: 249)

Sedangkan ayat-ayat lain yang terkait dengan topik no. 2 diantaranya adalah:

1. as-Saffat: 96

وَاللَّهُ خَلَقَكُمْ وَمَا تَعْمَلُونَ

“Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu". (as-Saffat: 96)

2. al-Insan: 30

وَمَا تَشَاءُونَ إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ

“Dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila dikehendaki Allah.” (al-Insan: 30)

3. al-An’am: 111

مَا كَانُوا لِيُؤْمِنُوا إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ

“Mereka tidak (juga) akan beriman, kecuali jika Allah menghendaki.” (al-An’am: 111)

4. al-Hadid: 22

مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا

“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya.” (al-Hadid: 22)

d. Ajaran Yang Terkandung Dalam al-Anfal: 17

Surah al-Anfal: 17 mengandung ajaran pokok bahwa:

  1. Manusia, lebih khusus setiap Muslim harus berusaha dan berjuang keras dalam segala aspek kehidupan untuk menggapai kesejehteraan hidup dalam rangka beribadah mengharapkan ridha Allah. Seperti dicontohkan Rasulullah saw. dalam asbabun nuzul ayat itu, yaitu dengan berperang di jalan Allah untuk mempertahankan keberlangsungan Islam, dalam rangka beribadah mengharap ridla Allah.
  2. Dalam usaha dan kerja kerasnya, manusia khususnya setiap Muslim harus meyakini bahwa ada qudrah dan iradah Allah di dalamnya. Ini juga berarti, bahwa setiap Muslim harus mengimani qadla dan qadar Allah. Dijelaskan oleh ayat itu, bahwa Allah-lah yang sejatinya melempar, memanah, membunuh musuh-musuh Allah ketika nabi saw. dan para sahabatnya melakukan peperangan.

e. Makna Kontekstual dari al-Anfal: 17

Surah al-Anfal: 17 mengandung ajaran pokok bahwa setiap Muslim harus berjuang dan bekerja keras di segala bidang (ekonomi, sosial, politik, hukum dll.) untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam rangka beribadah kepada Allah SWT. Ini seperti yang dicontohkan Rasulullah saw. dalam asbabun nuzul ayat tersebut, bahwa untuk menjaga agar Allah tetap disembah dan Islam tetap berjaya hingga hari qiyamah, Rasulullah saw. dan para sahabat pergi berjihad berperang di jalan Allah, mempertaruhkan jiwa dan raga karena Allah, meskipun menurut akal dan teori peperangan, mereka dalam kondisi sulit, dalam keterbatasan personil tentara dan persenjataan, hingga kecil sekali kemungkinan untuk dapat memenangkan peperangan.
Surah al-Anfal: 17 ini juga mengajarkan kepada setiap Muslim untuk meyakini bahwa setiap perbuatan yang ia lakukan, pada dasarnya adalah atas qudrah, iradah, seijin, dan ada andil Allah SWT di dalamnya. Oleh karenanya setiap Muslim hendaklah mengimani qada dan qadar Allah, bahwa Allah SWT. adalah Dzat Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu. Setiap siapa dan apa saja yang Allah menghendaki baik, maka akan menjadi baik, dan tidak ada kekuatan lain yang dapat menolaknya. Demikian pula sebaliknya, setiap siapa dan apa saja yang Allah menghendaki buruk, maka akan menjadi buruk, dan tidak ada kekuatan lain yang dapat menolaknya. Dan tidak ada kewajiban atas Allah untuk berbuat baik atau buruk, semuanya adalah dalam batas-batas kewenangan dan kekuasaan-Nya.
Allah berfirman:

مَنْ يَهْدِ اللَّهُ فَهُوَ الْمُهْتَدِ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَنْ تَجِدَ لَهُ وَلِيًّا مُرْشِدًا

“Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barangsiapa yang disesatkan-Nya, maka kamu tak akan mendapatkan seorang pemimpinpun yang dapat memberi petunjuk kepadanya.” (al-Kahfi: 17)

قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ بِيَدِكَ الْخَيْرُ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

“Katakanlah: "Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (ali Imron: 26)

Ini tidak berarti bahwa manusia tidak ada kuasa sama sekali atas perbuatannya, bagaimanapun manusia adalah makhluk, yang Allah telah menjadikannya sebagai khalifah di muka bumi, Allah memberinya akal dan pikiran untuk mendayagunakan bumi dan alam semesta untuk kesejahteraan bersama dalam rangka beribadah mengabdi kepada-Nya. Ini artinya bahwa Allah mendelegasikan kekuasaan-Nya kepada manusia, agar manusia bekerja dan berusaha keras untuk mencapai kesejahteraan dalam rangka berusaha dan beribadah mengharapkan ridla-Nya, sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rasulullah saw. dalam kehidupan kesehariannya.
Allah swt. berfirman:

وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ وَسَتُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

“Dan katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mu'min akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan". (At-Taubah: 105)

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا فَلِنَفْسِهِ وَمَنْ أَسَاءَ فَعَلَيْهَا وَمَا رَبُّكَ بِظَلَّامٍ لِلْعَبِيدِ

“Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barangsiapa yang berbuat jahat maka (dosanya) atas dirinya sendiri; dan sekali-kali tidaklah Tuhanmu menganiaya hamba-hamba (Nya).” (Fushilat: 46)

Meskipun demikian, dalam melakukan perbuatannya, manusia tidak sama sekali terlepas dari kekuasaan Allah, karena pada hakekatnya, manusia dan seluruh isi alam semesta adalah milik Allah. Manusia dan makhluk selainnya adalah berenang-renang dalam qudrah iradah-Nya, dan tidak ada kemampuan untuk melepaskan diri daripada-Nya. Bagaimana manusia dapat melepaskan diri dari kekuasaan Allah, jika jantungnya yang memompa secara otomatis peredaran darahnya digerakkan oleh Allah, dan kemampuannya untuk menggunakan akal pikiran dan seluruh panca indera dan anggota badan adalah dalam kuasa dan seijin-Nya, dan sekali lagi manusia tidak memiliki apa-apa, jiwa raganya dan seluruh alam semesta adalah milik-Nya yang pada akhirnya akan kembali kepada-Nya.
Allah swt. berfirman:


الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ

“(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, "Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun" (al-Baqarah: 156)

Manusia dan seluruh mahluk lainnya dalam qudrah iradah Allah dapat diibaratkan seperti ikan-ikan yang berenang di lautan luas, (ikan-ikan itu adalah manusia dan seluruh makhluk lainnya, sedangkan lautan luas adalah qudrah iradah Allah yang tidak terbatas). Ikan itu bebas bergerak kemanapun dan berbuat apapun dalam usaha mendapatkan makanan dan melindungi diri dari ancaman dan bahaya, apabila ia ingin hidup dan melangsungkan kehidupannya. Tapi ikan itu tidak akan bisa lepas dari air di lautan, ia tetap berada di dalamnya.
Ini berarti kebebasan berbuat manusia seperti faham qodariah, menurut pendapat saya masih dalam bingkai qudrah iradah Allah. Allah mendelegasikan qudrah iradah-Nya kepada manusia, sehingga manusia dapat menentukan sendiri perbuatan yang ia lakukan. Setiap kali manusia berbuat, maka perbuatannya itu ada dalam bingkai qudrah iradah-Nya. Jadi pada dasarnya ketika manusia bebas menentukan perbuatan, artinya ia berpindah dari satu qudrah iradah Allah menuju qudrah iradah lainya.

Allah memberikan kebebasan manusia untuk berbuat, ini seperti tertuang dalam firman Allah pada surah at-Taubah: 105, Fushilat: 46 tersebut di atas, serta banyak lagi ayat lainnya. Allah mendorong manusia untuk selalu bekerja keras dalam usaha memperbaiki kehidupannya, yang semuanya masih dalam qudrah iradah-Nya sebagai rangkaian ibadah menggapai ridla-Nya. Seperti firman Allah:

لَهُ مُعَقِّبَاتٌ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ يَحْفَظُونَهُ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِقَوْمٍ سُوءًا فَلَا مَرَدَّ لَهُ وَمَا لَهُمْ مِنْ دُونِهِ مِنْ وَالٍ

“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” (Ar-Ra’d: 11)

Selanjutnya Allah sebagai penilai setiap amal perbuatan, dan akan membalasnya sesuai dengan apa yang dikerjakan.

Allah berfirman:

مَنْ عَمِلَ سَيِّئَةً فَلَا يُجْزَى إِلَّا مِثْلَهَا وَمَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَئِكَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ يُرْزَقُونَ فِيهَا بِغَيْرِ حِسَابٍ

“Barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, maka dia tidak akan dibalas melainkan sebanding dengan kejahatan itu. Dan barangsiapa mengerjakan amal yang saleh baik laki-laki maupun perempuan sedang ia dalam keadaan beriman, maka mereka akan masuk surga, mereka diberi rezki di dalamnya tanpa hisab.” (al-Mu’min: 40)

Rasulullah bersabda:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنْ الْأَجْرِ مِثْلُ أُجُورِ مَنْ تَبِعَهُ لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا وَمَنْ دَعَا إِلَى ضَلَالَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنْ الْإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا. رواه مسلم و أبي داود و أحمد و الدارمي

Dari Abi Hurairah, sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa mengajak/mempelopori kepada petunjuk (kebaikan), maka ia akan mendapatkan pahala semisal pahala orang-orang yang mengikutinya, tidak sedikitpun berkurang pahalanya itu. Dan barang siapa mengajak/mempelopori kepada kesesatan, maka ia akan mendapatkan dosa semisal dosa orang-orang yang mengikutinya, tidak sedikitpun berkurang dosanya itu.” (HR. Muslim, Abu Dawud, Ahmad dan Daromi).


Catatan Kaki
[1] Asbabun Nuzul: Latar Belakang Historis Turunnya Ayat-ayat al-Qur’an. Edisi ke 2. Tim Editor: H.A.A. Dahlan, M. Zaka Alfarisi. Bandung: Penerbit Diponegoro, 2004. hal. 236.
[2] Ibid.
[3] Ibid.
[4] Ibn Katsir. Tafsir Ibn Katsir. Dalam CD Holy Qur’an.
[5] al-Qurthubi. Tafsir al-Qurthubi. Dalam CD Holy Qur’an.
[6] Ibid.
[7] Ibnu Katsir. Ibid.

Tidak ada komentar:

Menampilkan Al-Qur'an

Mencari Kata Dalam Al-Qur'an

Search in the Quran
Search in the Quran:
in
Download Islamic Softwares FREE | Free Code/td>
Powered by www.SearchTruth.com

Mencari Kata (in English) Hadis Nabi SAW

Search in the Hadith
Search: in
Download Islamic Softwares FREE | Free Code
Powered by www.SearchTruth.com

Mengkonversi Tanggal Masehi - Hijriah - Masehi

Alamat Rumahku


View Lokasi Rumahku in a larger map