Assalamu'alaikum, selamat membaca semoga dapat memberi manfaat, amin.

Senin, 30 November 2009

Ibadah Haji dan Kurban Sebagai Satu Sarana Uji Ketakwaan (Khutbah Idul Adha 1430 H)

IBADAH HAJI DAN KURBAN SEBAGAI SALAH SATU SARANA UJI KETAKWAAN
(Khutbah Idul Adha 1430 H. Di Masjid Baiturrohim Wates Lampung Tengah)
Oleh: Isa Ansori

بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الله اكبر ×9
الله اكبر كبيرا والحمد لله كثيرا وسبحان الله بكرة واصيلا لااله الا الله ولا نعبد إلاإياه, مخلصين له الدين ولوكره الكافرون لااله الله وحده صدق وعده ونصرعبده وأعزجنده وهزم الأحزاب وحده لااله الاالله والله أكبرالله اكبرولله الحمد.
الحمدلله الذي ألّف بين قلوبنافأصبحا بنعمته إخوانا.الحمدلله الذي ارسل رسوله بالهدى ودين الحق ليظهره علىالدين كله ولوكره المشركون. أشهد ان لاإله إلاالله وحده لاشريك له واشهد أنّ سيّدنا ونبيّنا محمداعبده ورسوله,لانبي بعده.
اللهم ّصلّ علي محمّدوعلى اله واصحابه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين. اما بعد ,فيا عبادالله ا تقوا الله حق تقاته ولاتموتن الا وانتم مسلمون
قال الله تعالي في كتابه الكريم اعوذ بالله من الشيطانالرجيم واذن في الناس بالحج ياتوك رجالا وعلي كل ضامر ياتين من كل فج عميق صدق الله العظيم


Hadirin jama’ah Idul Adha Rahimakumullah.

Pada hari ini kaum Muslimin di seluruh dunia tengah mencurahkan kekhusuan khususnya dalam tiga bentuk ibadah dalam rangka mengharapkan ridha Allah ialah pertama, Ibadah haji bagi muslim yang mampu ke baitullah Makkah Mukarramah, kedua, Ibadah sunnah shalat idul Adha bagi yang tinggal di rumah dan ketiga, menyembelih binatang kurban bagi mereka yang di rumah atau sedang menunaikan ibadah haji.

Ketiga bentuk ibadah ini juga ibadah-ibadah yang lain, maksud dan tujuannya tiada lain adalah semata ikhlas beribadah kepada Allah mengharapkan keridhaanNya, Dan ikhlas dalam beribadah kepada Allah ini adalah tujuan utama Allah menciptakan manusia. Allah SWT berfirman:
وما خلقت الجن والإنس الا ليعبدون . الذريات: 56

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahKu. (Adzariyat: 56).


وما امروا الا ليعبدالله مخلصين له الدين حنفاء ... البينة: 5

“Dan mereka tidaklah disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepadaNya dalam menjalankan agama dengan lurus ...” (Al Bayyinah: 5).


Demikian halnya dengan ibadah haji yang menjadi kewajiban bagi kita semua sebagai Muslim yang mampu, haji itu kita lakukan dalam upaya mengharap ridha Allah. Allah berfirman:

وَأَتِمُّوا الْحَجَّ وَالْعُمْرَةَ لِلَّهِ

Dan sempurnakanlah ibadah haji dan `umrah karena Allah. (Al-baqarah: 196)

Rasulullah sangat menekankan wajibnya menunaikan ibadah haji ini bagi yang mampu, dalam salah satu hadisnya Rasul bersabda:

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ مَلَكَ زَادًا وَرَاحِلَةً تُبَلِّغُهُ إِلَى بَيْتِ اللَّهِ وَلَمْ يَحُجَّ فَلَا عَلَيْهِ أَنْ يَمُوتَ يَهُودِيًّا أَوْ نَصْرَانِيًّا وَذَلِكَ أَنَّ اللَّهَ يَقُولُ فِي كِتَابِهِ وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنْ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا. رواه الترمذى

Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa memiliki bekal dan kendaraan yang dapat mengantarkan dia ke Baitullah, akan tetapi dia tidak pergi haji, maka matilah ia dalam keadaan Yahudi atau Nasrani, itu karena firman Allah dalam kitab-Nya: “Allah mewajibkan haji ke baitullah atas manusia yang memiliki kemampuan ke sana”. (HR. Tirmidzi)

Begitupula ibadah sunnah qurban, ibadah ini kita lakukan dalam upaya mendekatkan diri kita kepada Allah SWT.

وَلِكُلِّ أُمَّةٍ جَعَلْنَا مَنْسَكًا لِيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ عَلَى مَا رَزَقَهُمْ مِنْ بَهِيمَةِ الْأَنْعَامِ فَإِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَلَهُ أَسْلِمُوا وَبَشِّرِ الْمُخْبِتِينَ. 34

Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syari'atkan penyembelihan (korban), supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzkikan Allah kepada mereka, maka Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah). ( Al-Hajj: 34)

Dari ketiga bentuk ibadah itu - shalat idul adha, haji dan qurban - dua ibadah yang terahir ialah haji dan qurban diperuntukkan bagi kaum Muslimin yang memiliki kemampuan untuk melakukan itu. Rahasia apa yang terdapat dalam dua ibadah ini, sehingga dikhususkan bagi mereka yang mampu?:

Allahu Akbar 3x walillahilhamd. Hadirin jamaah shalat Idul Adha Rahimakumullah.

Berikut adalah sebagian hikmah yang terkandung dibalik disyariatkannya ibadah haji dan kurban bagi mereka yang mampu:

1. Menjadi Muslim yang kuat

Allah menghendaki agar setiap orang Muslim itu menjadi orang yang terbaik dalam semua hal yang positif, termasuk dalam bidang ekonomi dengan menjadi orang kuat dan suka bekerja keras sehingga menjadi orang kaya lalu menggunakan harta kekayaannya itu untuk beribadah kepada Allah SWT. Allah berfirman:

وَابْتَغِ فِيمَا ءَاتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ. 77

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (keni`matan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (al-Qashash: 77)

Nabi bersabda:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ وَفِي كُلٍّ خَيْرٌ احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلَا تَعْجَزْ وَإِنْ أَصَابَكَ شَيْءٌ فَلَا تَقُلْ لَوْ أَنِّي فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَذَا وَلَكِنْ قُلْ قَدَرُ اللَّهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ. رواه مسلم وابن ماجه

Dari Abi Hurairah ia berkata, telah bersabda Rasulullah saw.: “Orang mukmin yang kuat itu lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah. Dalam setiap kebaikan senangilah atas setiap yang memberi manfaat kepadamu dan memintalah pertolongan kepada Allah dan janganlah lemah. Jika musibah menimpamu maka janganlah kamu berkata: “Andaikan aku melakukan begini, pasti akan begini, akan tetapi ucapkanlah semua atas qodar Allah, dan apapun yang Allah kehendaki maka akan Allah wujudkan” ketahuilah sesungguhnya kata “seandainya” itu membuka amalan syaitan. (HR. Muslim dan Ibnu Majah)

2. Satu bentuk ujian terhadap keikhlasan kita dalam beribadah kepada Allah.

Sudahkah haji yang kita lakukan, atau binatang yang kita korbankan, kita lakukan keduanya itu murni ikhlas untuk mengharap ridha Allah. Ataukah masih terdapat maksud-maksud lain, seperti perasaan senang jika kita disebut orang kaya, perasaan senang jika kita disebut orang dermawan, sehingga kita akan marah jika kita dipanggil dengan tanpa gelar haji di depan nama kita, karena telah banyak harta kita keluarkan untuk mendapatkannya? Jika perasaan ini semua ada pada kita, baik ketika kita akan pergi berhaji atau berkurban ataukah setelah kita pulang haji dan melaksanakan kurban, segeralah kita bertobat, karena haji dan kurban kita itu sama sekali tidak ada nilainya dihadapan Allah swt. Na’udzubillah min dzalik. Hendaklah selalu kita ingat bahwa semua nilai ibadah kita itu tergantung dari niat kita. Karenanya berniatlah dalam setiap hal ikhlas beribadah mengaharap ridha Allah swt. Nabi bersabda:

وعن أمير المؤمنين أبي حفص عمربن الخطاب رضي الله عنه قال سمعت رسول الله ص م يقول: إنما الأعمال بالنيات وانما لكل امرئ ما نوي, فمن كانت هجرته الي الله ورسوله فهجرته الي الله ورسوله, ومن كانت هجرته لدنيا يصيبها اوامرأة ينكحها فهجرته الي ما هاجر اليه. متفق عليه

Dari amirul mukminin Abi Hafs Umar bin Khatab ra berkata: “Aku mendengar Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya setiap amal perbuatan itu tergantung niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang itu tergantung pada apa yang ia niatkan. Maka barangsiapa berhijrah karena Allah dan RasulNya maka pahala hijrahnya adalah Allah dan RasulNya, barangsiapa yang hijrahnya karena ingin mendapatkan dunia ia akan mendapatkannya atau hijrahnya karena perempuan yang ingin ia peristri maka hijrahnya sesuai apa yang ia tuju. (HR Bukhari Muslim)

Dalam kisah kurban Qabil dan Habil putra Adam, diceritakan bahwa Allah hanya menerima kurban Habil karena ia niatkan qurbannya itu karena Allah, dan Allah menolak kurban dari Qabil karena ia berniat bukan karena Allah. Allah berfirman:

وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ ابْنَيْ ءَادَمَ بِالْحَقِّ إِذْ قَرَّبَا قُرْبَانًا فَتُقُبِّلَ مِنْ أَحَدِهِمَا وَلَمْ يُتَقَبَّلْ مِنَ الْآخَرِ قَالَ لَأَقْتُلَنَّكَ قَالَ إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ. 27

Ceriterakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia berkata (Qabil): "Aku pasti membunuhmu!" Berkata Habil: "Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa". (Al-Maidah: 27)

Dalam firmanNya yang lain, Allah menyebutkan bahwa:

لَنْ يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَاؤُهَا وَلَكِنْ يَنَالُهُ التَّقْوَى مِنْكُمْ كَذَلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَبَشِّرِ الْمُحْسِنِينَ. 37

Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik. (Al-Hajj: 37)

3. Ujian ketaatan dan kesabaran dalam melaksanakan perintah Allah.

Hadirin jamaah shalat Idul Adha Rahimakumullah. Ingatlah, bahwa Allah swt, akan selalu menguji hamba-hambaNya untuk mengetahui mana diantara mereka yang terus taat kepada-Nya dalam setiap keadaan, baik di waktu senang maupun susah, baik di waktu lapang maupun sempit, baik di waktu kaya maupun miskin. Senang-susah, lapang-sempit, kaya-miskin dan seturusnya, semuanya itu adalah bentuk-bentuk ujian dari Allah swt. Rasulullah bersabda:
Dalam keadaan kaya, janganlah lupa untuk mengeluarkan zakat dari harta yang kita miliki, yang merupakan hak dari saudara-saudara kita yang miskin, jangan lupa pula mensedakahkan harta itu dijalan Allah, seperti menyantuni fakir miskin, yatim piatu, membangun masjid dsb., termasuk di dalamnya berkurban.

Dalam keadaan sempit, susah dan miskin, janganlah kita berputus asa dari rahmat Allah, tetapi tetaplah bersabar dan ikhlas mengabdi kepadaNya, dan yakinlah bahwa rahmat Allah di akhirat sangat luas disediakan bagi hamba-hambanya yang lulus dalam ujian dunia.
Sedangkan sabar dalam melaksanakan perintah Allah, maksudnya ialah dalam setiap kondisi tetaplah tekun berharap ridha Allah, dengan tetap ikhlas melaksanakan segala perintah dan menjauhi larangan-Nya. Jangan pernah melupakan Allah dengan melalaikan segala perintah-Nya, dan justru senang melaksanakan larangan-Nya.

Sudah merupakan tabiat dari manusia, ia merasa senang ketika diuji dengan kenikmatan, dan bersedih hingga berputus asa ketika diuji dengan kesusahan. Allah berfirman:

فَأَمَّا الْإِنْسَانُ إِذَا مَا ابْتَلَاهُ رَبُّهُ فَأَكْرَمَهُ وَنَعَّمَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَكْرَمَنِ(15)وَأَمَّا إِذَا مَا ابْتَلَاهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَهَانَنِ. 16

Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia berkata: "Tuhanku telah memuliakanku". Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rezkinya maka dia berkata: "Tuhanku menghinakanku". (al-Fajr: 15-16)

Mari kita rubah tabiat kita itu, dengan tetap selau bersyukur dan ikhlas beribadah kepada Allah dalam segala keadaan, karena kita yakin akan sabda Rasul:

عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلَاءِ وَإِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلَاهُمْ فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السَّخَطُ. رواه الترمذى

Dari Nabi saw bersabda: “Sesungguhnya besarnya pahala itu tergantung besarnya ujian, sesungguhnya Allah jika menyukai suatu kaum maka Allah akan menguji mereka. Maka barangsiapa ridha dengan ujian itu, maka ia mendapatkan ridha Allah. Dan barangsiapa yang murka dengan ujian itu, maka ia mendapatkan murka Allah. (HR. Tirmidzi)

4. Memperkokoh tali persaudaraan Muslim.

Ibadah qurban mengajarkan bagaimana setiap Muslim hendaklah saling kasih-mengasihi dan tolong menolong sesama manusia. Si kaya menolong si lemah, dengan memberi makan daging bagi mereka yang memang jarang menikmatinya. Kebiasan ini, semestinya terus berlangsung kapanpun juga tidak hanya terbatas di saat hari raya. Dan wujud bantuanpun disesuaikan dengan kebutuhan mereka, dapat berupa makanan, pakain, biaya hidup dan pendidikan dsb. Rasulullah saw bersabda:

عن أنس رضى الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: لا يؤمن أحدكم حتى يحب لأخيه ما يحب لنفسه. رواه البخاري ومسلم و أحمد و النسائى

Dari Anas ra. Dari Nabi saw beliau bersabda: “Tidak beriman salah seorang diantara kamu sehingga dia menyayangi saudara muslim lainnya seperti halnya dia menyayangi dirinya sendiri. (HR. Bukhari, Muslim, Ahad dan Nasai)

Allahhu Akbar 3x walillahil hamd.

Hadirin jamaah shalat Idul Adha Rahimakumullah.

Hakikat keikhlasan dalam beribadah kurban yang kita lakukan itu, juga mengikuti suritauladan ketaatan dan keikhlasan Nabi Ibrahim dalam melaksanakan perintah Allah untuk menyembelih Ismail putra kesayangannya, yang lama sekali ia berpisah dengannya. Sebagaimana diceritakan Allah dalam firman-Nya:

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَابُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَاأَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ. 102

Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar". (ash Shaafaat: 102)

Dalam dialog antara seorang ayah dan anak pada ayat ini, disamping suritauladan akan nilai dalam ibadah haji dan kurban seperti telah kami uraikan di atas, dapat pula kita ambil pelajaran bahwa:

1. Sebagai orang tua atau pimpinan tidak bertindak otoriter atau sewenang-wenang.

Orang tua yang baik adalah orang tua yang mendidik anaknya dengan contoh dan ketauladanan. Seorang pemimpin yang baik akan ditiru oleh rakyatnya jika ia memberikan contoh perilaku yang baik. Seorang pemimpin tidak diikuti ucapannya, tetapi perilaku atau tindak tanduknya. Seorang pemimpin juga harus menjunjung nilai-nilai demokratis, tidak selalu memberikan perintah-perintah, tetapi juga harus mendengarkan aspirasi rakyatnya.

2. Ibu berperan penting dalam mendidik anak yang sholeh.

Peran Ibu sbg madrasah/sekolah utama dan pertama bagi anak sangat penting. Pendidikan anak sholeh dimulai dari saat pertemuan benih dan sel telur, diawali do'a mohon perlindungan dari syetan. Mulai dari kandungan banyak dibacakan ayat2 Qur'an. Dari peran Ibulah, karakter anak sholeh dapat terbentuk. Intensitas pertemuan yang cukup, memungkinkan penanaman dan sosialisasi nilai-nilai normatif, akhlak, dan perilaku terpuji lainnya dapat terinternalisasi pada diri anak.

3. Pembentukkan anak sholeh tergantung dari kedua orang tua

Banyak orang tua yang beranggapan bahwa pendidikan itu akan terbentuk hanya di sekolah-sekolah, jadi tidaklah perlu orang tua mengarahkan anak-anaknya di rumah. Bahkan ada sebagian orang tua yang tidak tahu tujuan dalam mendidik anak. Perlu kita pahami, bahwasannya pendidikan di rumah yang meskipun sering disebut sebagai pendidikan informal, bukan berarti bisa diabaikan begitu saja. Orang tua harus memahami bahwa keluarga merupakan institusi pendidikan yang tidak kalah pentingnya dibandingkan institusi pendidikan formal. Ini bisa dimengerti karena keluarga merupakan sekolah paling awal bagi anak. Di keluargalah seorang anak pertama kali mendapatkan pengetahuan, pengajaran dan pendidikan.

Demikianlah khutbah idul Adha tahun ini, mudah-mudahan Allah menjadikan kita hamba-hambaNya yang selalu ikhlas dalam beribadah kepada-Nya, semata mengharapkan ridha-Nya, bersabar dalam melaksanakan perintah dan menjauhi larangan serta menghadapi segala ujian-ujian-Nya, Allah menganugerahi kita semua anak keturuanan yang sholeh-sholehah taat kepada Allah, Rasulullah dan kedua orang tuanya, serta bermanfaat untuk agama, nusa dan bangsanya, amin.

بارك الله لي و لكم في القران العظيم ونفعنى واياكم بما فيه من الايات و ذكر الحكيم اقول قولي هذا و استغفر الله العظيم لي ولكم ولسائرالمسلمين والمسلمات فاستغفروه إنّه هوالغفورالرحيم



الخطبة الثانية لعيد الاضحي

الله اكبر×7
الله اكبر كبيرا وا لحمد لله كثيرا وسبحان الله بكرة واصيلا. الحمد لله الذى اعاد الأعياد وكرّر. احمده سبحانه ان خلق وصوّر. وأشهدا ن لاإله إلاالله وحده لا شريك له,شهادة يثقل بهاالميزان في المحشر,واشهد ان محمدارسول الله المبعوث الى الأسودوالأحمر. اللهمّ فصلّ وسلّم على سيّدنا محمّد وعلى اله واصحابه الفائزين بالشرف الأفخر(امابعد)
فياعبادالله اتقواالله فيما امر.وانتهواعمّانهىالله عنه وحذّ ر. واعلموا أنّ الله تعالى صلّى على نبيّه قديما.
فقال تعالى:إنّ الله وملائكته يصلّون على النبيّ يا أيّها الذين امنوا صلّوا عليه وسلّموا تسليما. اللهمّ صلّ وسلّم على سيّدنامحمّد خير الخلق صاحب الوجه الأنوار. وارض الّلهمّ عن كل ّالصحابة أجمعين. وعن التّابعين ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الّدين.
الّلهمّ اغفر للمؤمنين والمؤمنات والمسلمين والمسلمات الاحياء منهم و الا موات انك قريب مجيب الدعوات .اللهم استر عيوبنا واكفنا ما اهمنا وقنا شر ما نتخوف ووفقنا ما نوينا من حوائج الدنيا والاخرة .ربّنا هب لنا ن ازواجا وذرّيّاتنا قرّة اعين واجعلنا للمتقين إماما .ربنا ا تنا فىالد نياحسنة وفىالأخرة حسنة وقنا عذاب النّار والحمد لله ربّ العالمين
والسلا م عليكم ورحمة الله وبركاته

Jumat, 20 November 2009

TUJUAN PENCIPTAAN MANUSIA

TUJUAN PENCIPTAAN MANUSIA


Manusia sebagai makhluk Allah paling tidak memiliki tiga fungsi, dan ini merupakan tujuan penting Allah swt menciptakan manusia, ialah:

1. Pertama, khilafah. Firman Allah swt:

وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً البقرة: 30

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi".

Kata khalifah dapat berarti orang yang menggantikan, maksudnya menggantikan orang yang pernah ada sebelumnya bisa berupa malaikat yang ada di bumi atau makhluk lainnya, bisa juga berarti menggantikan peran Allah untuk mewujudkan kebaikan di dunia. Khalifah juga bisa berarti orang sholeh, penguasa atau pemimpin yang harus mendayagunakan amanah kepemimpinannya untuk kebaikan, keadilan dan kesejahteraan semua orang. Dalam pengertian ini manusia diberi oleh Allah amanah berupa kekuasaan dan tanggung jawab untuk mendayagunakan dan memakmurkan dunia untuk kesejahteraan umat manusia dalam upaya beribadah mengabdi kepada-Nya.

Pengertian khalifah sebagai penguasa atau pemimpin ini, tidak hanya terbatas bagi mereka yang memegang kekuasaan dalam suatu Negara. Dalam pandangan Islam setiap individu adalah penguasa atau pemimpin yang mempunyai tanggung jawab untuk menegakkan syariat Allah di dunia dengan beramar ma’ruf dan nahi munkar terlebih terhadap dirinya sendiri. Rasulullah saw bersabda:

عن عبد الله بن عمر رضي الله عنه, أن رسول الله ص م,قال: كلكم راع فمسئول عن رعيته, فالأمير الذي علي الناس راع وهو مسئول عنهم, والرجل راع علي أهل بيته وهو مسئول عنهم, والمرأة راعية علي بيت بعلها وولده وهي مسئولة عنهم, والعبد راع علي مال سيده وهو مسئول عنه, ألافكلكم راع وكلكم مسئول عن رعيته اخرجه البخاري

Dari Abdullah bin Umar ra sesungguhnya Rasulullah saw bersabda: “Setiap kamu adalah pemimpin yang akan dituntut pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Seorang raja atau presiden yang memimpin manusia adalah pemimpin yang akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinan terhadap rakyatnya. Seorang suami adalah pemimpin atas keluarganya dan dia dimintai tanggung jawab atas kepemimpinan terhadap mereka. Seorang istri adalah pemimpin di rumah suaminya dan atas anak-anaknya, dia dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinan terhadap mereka. Seorang hamba (pembantu rumah tangga) adalah pemimpin atas harta tuannya, dia dimintai pertanggungjawaban atasnya, ketahuilah setiap kamu adalah pemimpin dan setiap kamu akan dimintai tanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. (HR. Bukhari).

Tanggung jawab pemimpin menegakkan syariat Allah dengan selalu amar makruf dan nahi munkar, berdasarkan firman Allah:

كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ ال عمران: 110

Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.

Dalam memimpin, setiap orang hendaknya berlaku adil terhadap yang dipimpinnya, sebagaimana firman Allah:

يَادَاوُدُ إِنَّا جَعَلْنَاكَ خَلِيفَةً فِي الْأَرْضِ فَاحْكُمْ بَيْنَ النَّاسِ بِالْحَقِّ وَلَا تَتَّبِعِ الْهَوَى فَيُضِلَّكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ إِنَّ الَّذِينَ يَضِلُّونَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيدٌ بِمَا نَسُوا يَوْمَ الْحِسَابِ صاد: 26

Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.

2. Kedua, tujuan amanah, Allah swt berfirman:

إِنَّا عَرَضْنَا الْأَمَانَةَ عَلَى السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَنْ يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الْإِنْسَانُ إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولًا الأحزاب: 72

Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh,

Dalam pengertian umum amanat ini adalah kesanggupan manusia untuk melaksanakan segala yang diperintah Allah dan menjauhi segala yang dilarang-Nya. Pada tujuan penciptaan manusia yang kedua ini, manusia sebagai hamba Allah yang telah diangkat sebagai khalifah di dunia, diserahi amanat untuk dengan ikhlas beribadah dan mengabdi kepada-Nya dengan menegakkan syariat Allah di dunia.

Dalam pengertian lebih khusus, ia adalah tanggungjawab setiap manusia sebagai pemimpin, dengan berusaha keras untuk menjadikan dirinya ahli dalam bidang yang ia tekuni. Serang guru misalnya, dikatakan telah berusaha memenuhi amanat apabila ia terus menerus meningkatkan kemampuan dan keahlian dalam bidang yang ia ajarkan, sehingga ia menjadi guru yang professional, demikian pula profesi-profesi yang lain. Sehingga apabila seseorang menerima suatu amanat diluar kemampuannya dan tanpa usaha untuk menjadikan dirinya mampu untuk melaksanakannya, berarti ia telah menyia-nyiakan amanat, dan ini akan berdampak buruk berupa kehancuran pada bidang yang ia bukanlah ahli untuk menanganinya. Rasulullah saw bersabda:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ بَيْنَمَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي مَجْلِسٍ يُحَدِّثُ الْقَوْمَ جَاءَهُ أَعْرَابِيٌّ فَقَالَ مَتَى السَّاعَةُ فَمَضَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُحَدِّثُ فَقَالَ بَعْضُ الْقَوْمِ سَمِعَ مَا قَالَ فَكَرِهَ مَا قَالَ وَقَالَ بَعْضُهُمْ بَلْ لَمْ يَسْمَعْ حَتَّى إِذَا قَضَى حَدِيثَهُ قَالَ أَيْنَ أُرَاهُ السَّائِلُ عَنْ السَّاعَةِ قَالَ هَا أَنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ فَإِذَا ضُيِّعَتْ الْأَمَانَةُ فَانْتَظِرْ السَّاعَةَ قَالَ كَيْفَ إِضَاعَتُهَا قَالَ إِذَا وُسِّدَ الْأَمْرُ إِلَى غَيْرِ أَهْلِهِ فَانْتَظِرْ السَّاعَة رواه البخارى و أحمد

Dari Abi Hurairah ra berkata: Di suatu majelis saat nabi saw sedang berceramah di hadapan kaum, datang menemui beliau seorang Arab dan berkata: “Kapan saat akan terjadi ya Rasul?” Rasulullah tetap saja berceramah, sehingga sebagian kaum berpendapat sebenarnya Rasul mendengar apa yang ditanyakan oleh orang Arab itu, namun nabi tidak menyukai pertanyaannya. Sedang yang lain berpendapat Nabi tidak mendengar pertanyaan itu hingga beliau selesai dari ceramahnya. Lalu nabi bersabda: “Dimana si penanya tetang saat tadi?a” Orang Arab itu menjawab: “Saya ya Rasul”. Rasul bersabda: “Apabila amanat disia-siakan maka tunggulah saat kehancurannya”. Orang Arab itu bertanya lagi: “Bagaimanakah menyia-nyiakan amanat itu?” Rasul menjawab: “Apabila suatu urusan diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, maka tunggulah saat kehancuran urusan itu”. (HR. Bukhari dan Ahmad).

Balasan bagi orang yang menyia-nyiakan amanat adalah seperti sabda Rasul saw:

عن الحسن,أن عبيد الله بن زياد عاد معقل بن يسار في مرضه الذي ماتي فيه, فقال له معقل: أني محدثك حديثا سمعته من رسول الله ص م, سمعت رسول الله ص م, سمعت النبي ص م يقول: ما من عبد استرعاه الله رعية فلم يحطها بنصيحة إلا لم يجد رائحة الجنة أخرجه البخارى
Dari al-Hasan, sesungguhnya Ubaidillah bin Ziyad mengunjungi Ma’qil bin Yasar dalam sakit yang ia meninggal dalam sakit itu. Ma’qil berkata kepada Ubaidillah: Aku menyampaikan kepadamu hadis yang telah aku dengar dari Rasulullah saw. Aku mendengar beliau bersabda: “Seseorang yang Allah telah mengangkatnya menjadi pemimpin tetapi tidak menjalankannya dengan nasihat, ia tidak akan mendapatkan bau sorga” (HR. Bukhari).

3. Yang Ketiga adalah tujuan ibadah. Firman Allah:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ الذاريات :56

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku”. (Ad-Dzariyat: 56)

Ini adalah inti dari fungsi dan tujuan Allah menciptakan manusia. Tujuan khilafah dan amanah seperti diuraikan di atas, hendaknya ditunaikan dalam rangka beribadah dan tunduk patuh menyembah Allah dengan ikhlas - mengikuti segala perintah dan menjauhi larangan-Nya - dalam rangka mendapatkan keridaan-Nya, tidak hanya ketika menjalankan ibadah mahdhoh seperti shalat, puasa, zakat dan haji, tetapi juga dalam ibadah-ibadah sosial dalam upaya mewujudkan kesejahteraan hidup manusia.

Kesediaan manusia untuk tunduk patuh beribadah dan menyembah Allah ini, jauh hari telah diikrarkan oleh roh manusia pada saat ia akan ditiupkan ke dalam jasad janin di dalam perut ibunya. Allah berfirman:

وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي ءَادَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُوا بَلَى شَهِدْنَا أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَذَا غَافِلِينَ الأعراف: 172

Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)".

Allah perkukuh fungsi dan tujuan ibadah ini dalam firman-Nya yang lain:

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ البينة: 5

Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta`atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus. (al-Bayyinah: 5)

Demikian, semoga kita mampu mewujudkan fungsi dan tujuan Allah menciptakan kita hidup di dunia ini, dalam rangka mendapatkan keridaan-Nya. Amin.

Menampilkan Al-Qur'an

Mencari Kata Dalam Al-Qur'an

Search in the Quran
Search in the Quran:
in
Download Islamic Softwares FREE | Free Code/td>
Powered by www.SearchTruth.com

Mencari Kata (in English) Hadis Nabi SAW

Search in the Hadith
Search: in
Download Islamic Softwares FREE | Free Code
Powered by www.SearchTruth.com

Mengkonversi Tanggal Masehi - Hijriah - Masehi

Alamat Rumahku


View Lokasi Rumahku in a larger map