Assalamu'alaikum, selamat membaca semoga dapat memberi manfaat, amin.

Senin, 30 November 2009

Ibadah Haji dan Kurban Sebagai Satu Sarana Uji Ketakwaan (Khutbah Idul Adha 1430 H)

IBADAH HAJI DAN KURBAN SEBAGAI SALAH SATU SARANA UJI KETAKWAAN
(Khutbah Idul Adha 1430 H. Di Masjid Baiturrohim Wates Lampung Tengah)
Oleh: Isa Ansori

بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الله اكبر ×9
الله اكبر كبيرا والحمد لله كثيرا وسبحان الله بكرة واصيلا لااله الا الله ولا نعبد إلاإياه, مخلصين له الدين ولوكره الكافرون لااله الله وحده صدق وعده ونصرعبده وأعزجنده وهزم الأحزاب وحده لااله الاالله والله أكبرالله اكبرولله الحمد.
الحمدلله الذي ألّف بين قلوبنافأصبحا بنعمته إخوانا.الحمدلله الذي ارسل رسوله بالهدى ودين الحق ليظهره علىالدين كله ولوكره المشركون. أشهد ان لاإله إلاالله وحده لاشريك له واشهد أنّ سيّدنا ونبيّنا محمداعبده ورسوله,لانبي بعده.
اللهم ّصلّ علي محمّدوعلى اله واصحابه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين. اما بعد ,فيا عبادالله ا تقوا الله حق تقاته ولاتموتن الا وانتم مسلمون
قال الله تعالي في كتابه الكريم اعوذ بالله من الشيطانالرجيم واذن في الناس بالحج ياتوك رجالا وعلي كل ضامر ياتين من كل فج عميق صدق الله العظيم


Hadirin jama’ah Idul Adha Rahimakumullah.

Pada hari ini kaum Muslimin di seluruh dunia tengah mencurahkan kekhusuan khususnya dalam tiga bentuk ibadah dalam rangka mengharapkan ridha Allah ialah pertama, Ibadah haji bagi muslim yang mampu ke baitullah Makkah Mukarramah, kedua, Ibadah sunnah shalat idul Adha bagi yang tinggal di rumah dan ketiga, menyembelih binatang kurban bagi mereka yang di rumah atau sedang menunaikan ibadah haji.

Ketiga bentuk ibadah ini juga ibadah-ibadah yang lain, maksud dan tujuannya tiada lain adalah semata ikhlas beribadah kepada Allah mengharapkan keridhaanNya, Dan ikhlas dalam beribadah kepada Allah ini adalah tujuan utama Allah menciptakan manusia. Allah SWT berfirman:
وما خلقت الجن والإنس الا ليعبدون . الذريات: 56

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahKu. (Adzariyat: 56).


وما امروا الا ليعبدالله مخلصين له الدين حنفاء ... البينة: 5

“Dan mereka tidaklah disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepadaNya dalam menjalankan agama dengan lurus ...” (Al Bayyinah: 5).


Demikian halnya dengan ibadah haji yang menjadi kewajiban bagi kita semua sebagai Muslim yang mampu, haji itu kita lakukan dalam upaya mengharap ridha Allah. Allah berfirman:

وَأَتِمُّوا الْحَجَّ وَالْعُمْرَةَ لِلَّهِ

Dan sempurnakanlah ibadah haji dan `umrah karena Allah. (Al-baqarah: 196)

Rasulullah sangat menekankan wajibnya menunaikan ibadah haji ini bagi yang mampu, dalam salah satu hadisnya Rasul bersabda:

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ مَلَكَ زَادًا وَرَاحِلَةً تُبَلِّغُهُ إِلَى بَيْتِ اللَّهِ وَلَمْ يَحُجَّ فَلَا عَلَيْهِ أَنْ يَمُوتَ يَهُودِيًّا أَوْ نَصْرَانِيًّا وَذَلِكَ أَنَّ اللَّهَ يَقُولُ فِي كِتَابِهِ وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنْ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا. رواه الترمذى

Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa memiliki bekal dan kendaraan yang dapat mengantarkan dia ke Baitullah, akan tetapi dia tidak pergi haji, maka matilah ia dalam keadaan Yahudi atau Nasrani, itu karena firman Allah dalam kitab-Nya: “Allah mewajibkan haji ke baitullah atas manusia yang memiliki kemampuan ke sana”. (HR. Tirmidzi)

Begitupula ibadah sunnah qurban, ibadah ini kita lakukan dalam upaya mendekatkan diri kita kepada Allah SWT.

وَلِكُلِّ أُمَّةٍ جَعَلْنَا مَنْسَكًا لِيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ عَلَى مَا رَزَقَهُمْ مِنْ بَهِيمَةِ الْأَنْعَامِ فَإِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَلَهُ أَسْلِمُوا وَبَشِّرِ الْمُخْبِتِينَ. 34

Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syari'atkan penyembelihan (korban), supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzkikan Allah kepada mereka, maka Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah). ( Al-Hajj: 34)

Dari ketiga bentuk ibadah itu - shalat idul adha, haji dan qurban - dua ibadah yang terahir ialah haji dan qurban diperuntukkan bagi kaum Muslimin yang memiliki kemampuan untuk melakukan itu. Rahasia apa yang terdapat dalam dua ibadah ini, sehingga dikhususkan bagi mereka yang mampu?:

Allahu Akbar 3x walillahilhamd. Hadirin jamaah shalat Idul Adha Rahimakumullah.

Berikut adalah sebagian hikmah yang terkandung dibalik disyariatkannya ibadah haji dan kurban bagi mereka yang mampu:

1. Menjadi Muslim yang kuat

Allah menghendaki agar setiap orang Muslim itu menjadi orang yang terbaik dalam semua hal yang positif, termasuk dalam bidang ekonomi dengan menjadi orang kuat dan suka bekerja keras sehingga menjadi orang kaya lalu menggunakan harta kekayaannya itu untuk beribadah kepada Allah SWT. Allah berfirman:

وَابْتَغِ فِيمَا ءَاتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ. 77

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (keni`matan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (al-Qashash: 77)

Nabi bersabda:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ وَفِي كُلٍّ خَيْرٌ احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلَا تَعْجَزْ وَإِنْ أَصَابَكَ شَيْءٌ فَلَا تَقُلْ لَوْ أَنِّي فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَذَا وَلَكِنْ قُلْ قَدَرُ اللَّهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ. رواه مسلم وابن ماجه

Dari Abi Hurairah ia berkata, telah bersabda Rasulullah saw.: “Orang mukmin yang kuat itu lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah. Dalam setiap kebaikan senangilah atas setiap yang memberi manfaat kepadamu dan memintalah pertolongan kepada Allah dan janganlah lemah. Jika musibah menimpamu maka janganlah kamu berkata: “Andaikan aku melakukan begini, pasti akan begini, akan tetapi ucapkanlah semua atas qodar Allah, dan apapun yang Allah kehendaki maka akan Allah wujudkan” ketahuilah sesungguhnya kata “seandainya” itu membuka amalan syaitan. (HR. Muslim dan Ibnu Majah)

2. Satu bentuk ujian terhadap keikhlasan kita dalam beribadah kepada Allah.

Sudahkah haji yang kita lakukan, atau binatang yang kita korbankan, kita lakukan keduanya itu murni ikhlas untuk mengharap ridha Allah. Ataukah masih terdapat maksud-maksud lain, seperti perasaan senang jika kita disebut orang kaya, perasaan senang jika kita disebut orang dermawan, sehingga kita akan marah jika kita dipanggil dengan tanpa gelar haji di depan nama kita, karena telah banyak harta kita keluarkan untuk mendapatkannya? Jika perasaan ini semua ada pada kita, baik ketika kita akan pergi berhaji atau berkurban ataukah setelah kita pulang haji dan melaksanakan kurban, segeralah kita bertobat, karena haji dan kurban kita itu sama sekali tidak ada nilainya dihadapan Allah swt. Na’udzubillah min dzalik. Hendaklah selalu kita ingat bahwa semua nilai ibadah kita itu tergantung dari niat kita. Karenanya berniatlah dalam setiap hal ikhlas beribadah mengaharap ridha Allah swt. Nabi bersabda:

وعن أمير المؤمنين أبي حفص عمربن الخطاب رضي الله عنه قال سمعت رسول الله ص م يقول: إنما الأعمال بالنيات وانما لكل امرئ ما نوي, فمن كانت هجرته الي الله ورسوله فهجرته الي الله ورسوله, ومن كانت هجرته لدنيا يصيبها اوامرأة ينكحها فهجرته الي ما هاجر اليه. متفق عليه

Dari amirul mukminin Abi Hafs Umar bin Khatab ra berkata: “Aku mendengar Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya setiap amal perbuatan itu tergantung niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang itu tergantung pada apa yang ia niatkan. Maka barangsiapa berhijrah karena Allah dan RasulNya maka pahala hijrahnya adalah Allah dan RasulNya, barangsiapa yang hijrahnya karena ingin mendapatkan dunia ia akan mendapatkannya atau hijrahnya karena perempuan yang ingin ia peristri maka hijrahnya sesuai apa yang ia tuju. (HR Bukhari Muslim)

Dalam kisah kurban Qabil dan Habil putra Adam, diceritakan bahwa Allah hanya menerima kurban Habil karena ia niatkan qurbannya itu karena Allah, dan Allah menolak kurban dari Qabil karena ia berniat bukan karena Allah. Allah berfirman:

وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ ابْنَيْ ءَادَمَ بِالْحَقِّ إِذْ قَرَّبَا قُرْبَانًا فَتُقُبِّلَ مِنْ أَحَدِهِمَا وَلَمْ يُتَقَبَّلْ مِنَ الْآخَرِ قَالَ لَأَقْتُلَنَّكَ قَالَ إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ. 27

Ceriterakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia berkata (Qabil): "Aku pasti membunuhmu!" Berkata Habil: "Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa". (Al-Maidah: 27)

Dalam firmanNya yang lain, Allah menyebutkan bahwa:

لَنْ يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَاؤُهَا وَلَكِنْ يَنَالُهُ التَّقْوَى مِنْكُمْ كَذَلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَبَشِّرِ الْمُحْسِنِينَ. 37

Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik. (Al-Hajj: 37)

3. Ujian ketaatan dan kesabaran dalam melaksanakan perintah Allah.

Hadirin jamaah shalat Idul Adha Rahimakumullah. Ingatlah, bahwa Allah swt, akan selalu menguji hamba-hambaNya untuk mengetahui mana diantara mereka yang terus taat kepada-Nya dalam setiap keadaan, baik di waktu senang maupun susah, baik di waktu lapang maupun sempit, baik di waktu kaya maupun miskin. Senang-susah, lapang-sempit, kaya-miskin dan seturusnya, semuanya itu adalah bentuk-bentuk ujian dari Allah swt. Rasulullah bersabda:
Dalam keadaan kaya, janganlah lupa untuk mengeluarkan zakat dari harta yang kita miliki, yang merupakan hak dari saudara-saudara kita yang miskin, jangan lupa pula mensedakahkan harta itu dijalan Allah, seperti menyantuni fakir miskin, yatim piatu, membangun masjid dsb., termasuk di dalamnya berkurban.

Dalam keadaan sempit, susah dan miskin, janganlah kita berputus asa dari rahmat Allah, tetapi tetaplah bersabar dan ikhlas mengabdi kepadaNya, dan yakinlah bahwa rahmat Allah di akhirat sangat luas disediakan bagi hamba-hambanya yang lulus dalam ujian dunia.
Sedangkan sabar dalam melaksanakan perintah Allah, maksudnya ialah dalam setiap kondisi tetaplah tekun berharap ridha Allah, dengan tetap ikhlas melaksanakan segala perintah dan menjauhi larangan-Nya. Jangan pernah melupakan Allah dengan melalaikan segala perintah-Nya, dan justru senang melaksanakan larangan-Nya.

Sudah merupakan tabiat dari manusia, ia merasa senang ketika diuji dengan kenikmatan, dan bersedih hingga berputus asa ketika diuji dengan kesusahan. Allah berfirman:

فَأَمَّا الْإِنْسَانُ إِذَا مَا ابْتَلَاهُ رَبُّهُ فَأَكْرَمَهُ وَنَعَّمَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَكْرَمَنِ(15)وَأَمَّا إِذَا مَا ابْتَلَاهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَهَانَنِ. 16

Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia berkata: "Tuhanku telah memuliakanku". Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rezkinya maka dia berkata: "Tuhanku menghinakanku". (al-Fajr: 15-16)

Mari kita rubah tabiat kita itu, dengan tetap selau bersyukur dan ikhlas beribadah kepada Allah dalam segala keadaan, karena kita yakin akan sabda Rasul:

عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلَاءِ وَإِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلَاهُمْ فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السَّخَطُ. رواه الترمذى

Dari Nabi saw bersabda: “Sesungguhnya besarnya pahala itu tergantung besarnya ujian, sesungguhnya Allah jika menyukai suatu kaum maka Allah akan menguji mereka. Maka barangsiapa ridha dengan ujian itu, maka ia mendapatkan ridha Allah. Dan barangsiapa yang murka dengan ujian itu, maka ia mendapatkan murka Allah. (HR. Tirmidzi)

4. Memperkokoh tali persaudaraan Muslim.

Ibadah qurban mengajarkan bagaimana setiap Muslim hendaklah saling kasih-mengasihi dan tolong menolong sesama manusia. Si kaya menolong si lemah, dengan memberi makan daging bagi mereka yang memang jarang menikmatinya. Kebiasan ini, semestinya terus berlangsung kapanpun juga tidak hanya terbatas di saat hari raya. Dan wujud bantuanpun disesuaikan dengan kebutuhan mereka, dapat berupa makanan, pakain, biaya hidup dan pendidikan dsb. Rasulullah saw bersabda:

عن أنس رضى الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: لا يؤمن أحدكم حتى يحب لأخيه ما يحب لنفسه. رواه البخاري ومسلم و أحمد و النسائى

Dari Anas ra. Dari Nabi saw beliau bersabda: “Tidak beriman salah seorang diantara kamu sehingga dia menyayangi saudara muslim lainnya seperti halnya dia menyayangi dirinya sendiri. (HR. Bukhari, Muslim, Ahad dan Nasai)

Allahhu Akbar 3x walillahil hamd.

Hadirin jamaah shalat Idul Adha Rahimakumullah.

Hakikat keikhlasan dalam beribadah kurban yang kita lakukan itu, juga mengikuti suritauladan ketaatan dan keikhlasan Nabi Ibrahim dalam melaksanakan perintah Allah untuk menyembelih Ismail putra kesayangannya, yang lama sekali ia berpisah dengannya. Sebagaimana diceritakan Allah dalam firman-Nya:

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَابُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَاأَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ. 102

Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar". (ash Shaafaat: 102)

Dalam dialog antara seorang ayah dan anak pada ayat ini, disamping suritauladan akan nilai dalam ibadah haji dan kurban seperti telah kami uraikan di atas, dapat pula kita ambil pelajaran bahwa:

1. Sebagai orang tua atau pimpinan tidak bertindak otoriter atau sewenang-wenang.

Orang tua yang baik adalah orang tua yang mendidik anaknya dengan contoh dan ketauladanan. Seorang pemimpin yang baik akan ditiru oleh rakyatnya jika ia memberikan contoh perilaku yang baik. Seorang pemimpin tidak diikuti ucapannya, tetapi perilaku atau tindak tanduknya. Seorang pemimpin juga harus menjunjung nilai-nilai demokratis, tidak selalu memberikan perintah-perintah, tetapi juga harus mendengarkan aspirasi rakyatnya.

2. Ibu berperan penting dalam mendidik anak yang sholeh.

Peran Ibu sbg madrasah/sekolah utama dan pertama bagi anak sangat penting. Pendidikan anak sholeh dimulai dari saat pertemuan benih dan sel telur, diawali do'a mohon perlindungan dari syetan. Mulai dari kandungan banyak dibacakan ayat2 Qur'an. Dari peran Ibulah, karakter anak sholeh dapat terbentuk. Intensitas pertemuan yang cukup, memungkinkan penanaman dan sosialisasi nilai-nilai normatif, akhlak, dan perilaku terpuji lainnya dapat terinternalisasi pada diri anak.

3. Pembentukkan anak sholeh tergantung dari kedua orang tua

Banyak orang tua yang beranggapan bahwa pendidikan itu akan terbentuk hanya di sekolah-sekolah, jadi tidaklah perlu orang tua mengarahkan anak-anaknya di rumah. Bahkan ada sebagian orang tua yang tidak tahu tujuan dalam mendidik anak. Perlu kita pahami, bahwasannya pendidikan di rumah yang meskipun sering disebut sebagai pendidikan informal, bukan berarti bisa diabaikan begitu saja. Orang tua harus memahami bahwa keluarga merupakan institusi pendidikan yang tidak kalah pentingnya dibandingkan institusi pendidikan formal. Ini bisa dimengerti karena keluarga merupakan sekolah paling awal bagi anak. Di keluargalah seorang anak pertama kali mendapatkan pengetahuan, pengajaran dan pendidikan.

Demikianlah khutbah idul Adha tahun ini, mudah-mudahan Allah menjadikan kita hamba-hambaNya yang selalu ikhlas dalam beribadah kepada-Nya, semata mengharapkan ridha-Nya, bersabar dalam melaksanakan perintah dan menjauhi larangan serta menghadapi segala ujian-ujian-Nya, Allah menganugerahi kita semua anak keturuanan yang sholeh-sholehah taat kepada Allah, Rasulullah dan kedua orang tuanya, serta bermanfaat untuk agama, nusa dan bangsanya, amin.

بارك الله لي و لكم في القران العظيم ونفعنى واياكم بما فيه من الايات و ذكر الحكيم اقول قولي هذا و استغفر الله العظيم لي ولكم ولسائرالمسلمين والمسلمات فاستغفروه إنّه هوالغفورالرحيم



الخطبة الثانية لعيد الاضحي

الله اكبر×7
الله اكبر كبيرا وا لحمد لله كثيرا وسبحان الله بكرة واصيلا. الحمد لله الذى اعاد الأعياد وكرّر. احمده سبحانه ان خلق وصوّر. وأشهدا ن لاإله إلاالله وحده لا شريك له,شهادة يثقل بهاالميزان في المحشر,واشهد ان محمدارسول الله المبعوث الى الأسودوالأحمر. اللهمّ فصلّ وسلّم على سيّدنا محمّد وعلى اله واصحابه الفائزين بالشرف الأفخر(امابعد)
فياعبادالله اتقواالله فيما امر.وانتهواعمّانهىالله عنه وحذّ ر. واعلموا أنّ الله تعالى صلّى على نبيّه قديما.
فقال تعالى:إنّ الله وملائكته يصلّون على النبيّ يا أيّها الذين امنوا صلّوا عليه وسلّموا تسليما. اللهمّ صلّ وسلّم على سيّدنامحمّد خير الخلق صاحب الوجه الأنوار. وارض الّلهمّ عن كل ّالصحابة أجمعين. وعن التّابعين ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الّدين.
الّلهمّ اغفر للمؤمنين والمؤمنات والمسلمين والمسلمات الاحياء منهم و الا موات انك قريب مجيب الدعوات .اللهم استر عيوبنا واكفنا ما اهمنا وقنا شر ما نتخوف ووفقنا ما نوينا من حوائج الدنيا والاخرة .ربّنا هب لنا ن ازواجا وذرّيّاتنا قرّة اعين واجعلنا للمتقين إماما .ربنا ا تنا فىالد نياحسنة وفىالأخرة حسنة وقنا عذاب النّار والحمد لله ربّ العالمين
والسلا م عليكم ورحمة الله وبركاته

Jumat, 20 November 2009

TUJUAN PENCIPTAAN MANUSIA

TUJUAN PENCIPTAAN MANUSIA


Manusia sebagai makhluk Allah paling tidak memiliki tiga fungsi, dan ini merupakan tujuan penting Allah swt menciptakan manusia, ialah:

1. Pertama, khilafah. Firman Allah swt:

وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً البقرة: 30

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi".

Kata khalifah dapat berarti orang yang menggantikan, maksudnya menggantikan orang yang pernah ada sebelumnya bisa berupa malaikat yang ada di bumi atau makhluk lainnya, bisa juga berarti menggantikan peran Allah untuk mewujudkan kebaikan di dunia. Khalifah juga bisa berarti orang sholeh, penguasa atau pemimpin yang harus mendayagunakan amanah kepemimpinannya untuk kebaikan, keadilan dan kesejahteraan semua orang. Dalam pengertian ini manusia diberi oleh Allah amanah berupa kekuasaan dan tanggung jawab untuk mendayagunakan dan memakmurkan dunia untuk kesejahteraan umat manusia dalam upaya beribadah mengabdi kepada-Nya.

Pengertian khalifah sebagai penguasa atau pemimpin ini, tidak hanya terbatas bagi mereka yang memegang kekuasaan dalam suatu Negara. Dalam pandangan Islam setiap individu adalah penguasa atau pemimpin yang mempunyai tanggung jawab untuk menegakkan syariat Allah di dunia dengan beramar ma’ruf dan nahi munkar terlebih terhadap dirinya sendiri. Rasulullah saw bersabda:

عن عبد الله بن عمر رضي الله عنه, أن رسول الله ص م,قال: كلكم راع فمسئول عن رعيته, فالأمير الذي علي الناس راع وهو مسئول عنهم, والرجل راع علي أهل بيته وهو مسئول عنهم, والمرأة راعية علي بيت بعلها وولده وهي مسئولة عنهم, والعبد راع علي مال سيده وهو مسئول عنه, ألافكلكم راع وكلكم مسئول عن رعيته اخرجه البخاري

Dari Abdullah bin Umar ra sesungguhnya Rasulullah saw bersabda: “Setiap kamu adalah pemimpin yang akan dituntut pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Seorang raja atau presiden yang memimpin manusia adalah pemimpin yang akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinan terhadap rakyatnya. Seorang suami adalah pemimpin atas keluarganya dan dia dimintai tanggung jawab atas kepemimpinan terhadap mereka. Seorang istri adalah pemimpin di rumah suaminya dan atas anak-anaknya, dia dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinan terhadap mereka. Seorang hamba (pembantu rumah tangga) adalah pemimpin atas harta tuannya, dia dimintai pertanggungjawaban atasnya, ketahuilah setiap kamu adalah pemimpin dan setiap kamu akan dimintai tanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. (HR. Bukhari).

Tanggung jawab pemimpin menegakkan syariat Allah dengan selalu amar makruf dan nahi munkar, berdasarkan firman Allah:

كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ ال عمران: 110

Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.

Dalam memimpin, setiap orang hendaknya berlaku adil terhadap yang dipimpinnya, sebagaimana firman Allah:

يَادَاوُدُ إِنَّا جَعَلْنَاكَ خَلِيفَةً فِي الْأَرْضِ فَاحْكُمْ بَيْنَ النَّاسِ بِالْحَقِّ وَلَا تَتَّبِعِ الْهَوَى فَيُضِلَّكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ إِنَّ الَّذِينَ يَضِلُّونَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيدٌ بِمَا نَسُوا يَوْمَ الْحِسَابِ صاد: 26

Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.

2. Kedua, tujuan amanah, Allah swt berfirman:

إِنَّا عَرَضْنَا الْأَمَانَةَ عَلَى السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَنْ يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الْإِنْسَانُ إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولًا الأحزاب: 72

Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh,

Dalam pengertian umum amanat ini adalah kesanggupan manusia untuk melaksanakan segala yang diperintah Allah dan menjauhi segala yang dilarang-Nya. Pada tujuan penciptaan manusia yang kedua ini, manusia sebagai hamba Allah yang telah diangkat sebagai khalifah di dunia, diserahi amanat untuk dengan ikhlas beribadah dan mengabdi kepada-Nya dengan menegakkan syariat Allah di dunia.

Dalam pengertian lebih khusus, ia adalah tanggungjawab setiap manusia sebagai pemimpin, dengan berusaha keras untuk menjadikan dirinya ahli dalam bidang yang ia tekuni. Serang guru misalnya, dikatakan telah berusaha memenuhi amanat apabila ia terus menerus meningkatkan kemampuan dan keahlian dalam bidang yang ia ajarkan, sehingga ia menjadi guru yang professional, demikian pula profesi-profesi yang lain. Sehingga apabila seseorang menerima suatu amanat diluar kemampuannya dan tanpa usaha untuk menjadikan dirinya mampu untuk melaksanakannya, berarti ia telah menyia-nyiakan amanat, dan ini akan berdampak buruk berupa kehancuran pada bidang yang ia bukanlah ahli untuk menanganinya. Rasulullah saw bersabda:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ بَيْنَمَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي مَجْلِسٍ يُحَدِّثُ الْقَوْمَ جَاءَهُ أَعْرَابِيٌّ فَقَالَ مَتَى السَّاعَةُ فَمَضَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُحَدِّثُ فَقَالَ بَعْضُ الْقَوْمِ سَمِعَ مَا قَالَ فَكَرِهَ مَا قَالَ وَقَالَ بَعْضُهُمْ بَلْ لَمْ يَسْمَعْ حَتَّى إِذَا قَضَى حَدِيثَهُ قَالَ أَيْنَ أُرَاهُ السَّائِلُ عَنْ السَّاعَةِ قَالَ هَا أَنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ فَإِذَا ضُيِّعَتْ الْأَمَانَةُ فَانْتَظِرْ السَّاعَةَ قَالَ كَيْفَ إِضَاعَتُهَا قَالَ إِذَا وُسِّدَ الْأَمْرُ إِلَى غَيْرِ أَهْلِهِ فَانْتَظِرْ السَّاعَة رواه البخارى و أحمد

Dari Abi Hurairah ra berkata: Di suatu majelis saat nabi saw sedang berceramah di hadapan kaum, datang menemui beliau seorang Arab dan berkata: “Kapan saat akan terjadi ya Rasul?” Rasulullah tetap saja berceramah, sehingga sebagian kaum berpendapat sebenarnya Rasul mendengar apa yang ditanyakan oleh orang Arab itu, namun nabi tidak menyukai pertanyaannya. Sedang yang lain berpendapat Nabi tidak mendengar pertanyaan itu hingga beliau selesai dari ceramahnya. Lalu nabi bersabda: “Dimana si penanya tetang saat tadi?a” Orang Arab itu menjawab: “Saya ya Rasul”. Rasul bersabda: “Apabila amanat disia-siakan maka tunggulah saat kehancurannya”. Orang Arab itu bertanya lagi: “Bagaimanakah menyia-nyiakan amanat itu?” Rasul menjawab: “Apabila suatu urusan diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, maka tunggulah saat kehancuran urusan itu”. (HR. Bukhari dan Ahmad).

Balasan bagi orang yang menyia-nyiakan amanat adalah seperti sabda Rasul saw:

عن الحسن,أن عبيد الله بن زياد عاد معقل بن يسار في مرضه الذي ماتي فيه, فقال له معقل: أني محدثك حديثا سمعته من رسول الله ص م, سمعت رسول الله ص م, سمعت النبي ص م يقول: ما من عبد استرعاه الله رعية فلم يحطها بنصيحة إلا لم يجد رائحة الجنة أخرجه البخارى
Dari al-Hasan, sesungguhnya Ubaidillah bin Ziyad mengunjungi Ma’qil bin Yasar dalam sakit yang ia meninggal dalam sakit itu. Ma’qil berkata kepada Ubaidillah: Aku menyampaikan kepadamu hadis yang telah aku dengar dari Rasulullah saw. Aku mendengar beliau bersabda: “Seseorang yang Allah telah mengangkatnya menjadi pemimpin tetapi tidak menjalankannya dengan nasihat, ia tidak akan mendapatkan bau sorga” (HR. Bukhari).

3. Yang Ketiga adalah tujuan ibadah. Firman Allah:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ الذاريات :56

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku”. (Ad-Dzariyat: 56)

Ini adalah inti dari fungsi dan tujuan Allah menciptakan manusia. Tujuan khilafah dan amanah seperti diuraikan di atas, hendaknya ditunaikan dalam rangka beribadah dan tunduk patuh menyembah Allah dengan ikhlas - mengikuti segala perintah dan menjauhi larangan-Nya - dalam rangka mendapatkan keridaan-Nya, tidak hanya ketika menjalankan ibadah mahdhoh seperti shalat, puasa, zakat dan haji, tetapi juga dalam ibadah-ibadah sosial dalam upaya mewujudkan kesejahteraan hidup manusia.

Kesediaan manusia untuk tunduk patuh beribadah dan menyembah Allah ini, jauh hari telah diikrarkan oleh roh manusia pada saat ia akan ditiupkan ke dalam jasad janin di dalam perut ibunya. Allah berfirman:

وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي ءَادَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُوا بَلَى شَهِدْنَا أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَذَا غَافِلِينَ الأعراف: 172

Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)".

Allah perkukuh fungsi dan tujuan ibadah ini dalam firman-Nya yang lain:

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ البينة: 5

Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta`atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus. (al-Bayyinah: 5)

Demikian, semoga kita mampu mewujudkan fungsi dan tujuan Allah menciptakan kita hidup di dunia ini, dalam rangka mendapatkan keridaan-Nya. Amin.

Senin, 30 Maret 2009

KONSEP ISLAM DALAM MEMIMILIH PEMIMPIN

KONSEP ISLAM DALAM MEMILIH PEMIMPIN
Oleh Isa Ansori

A. Pendahuluan

Tanggal 9 April 2009 mendatang, rakyat Indonesia akan menyelenggarakan pesta demokrasi memilih wakil rakyat yang akan duduk di lembaga Dewan Perwakilan Rakyat. Banyak Partai dengan beragam latar belakang ideologi dan haluan menawarkan beragam Caleg (Calon Legislatif) sebagai calon pemimpin yang akan mewakili dan menyuarakan kepentingan rakyat di lembaga legislatif Dewan Perwakilan Rakyat.

Selesai memilih wakil rakyat yang duduk di lembaga legislatif, rakyat Indonesia akan melanjutkan memilih pasangan Presiden dan Wakil Presiden sebagai pemimpin bangsa yang akan memimpin perjalanan seluruh rakyat dan bangsa Indonesia dalam 5 (lima) tahun ke depan.
Para calon pemimpin, baik yang akan duduk di lembaga legislatif maupun eksekutif mengampanyekan diri sebagai pemimpin terbaik yang layak dipilih masyarakat untuk membawa bangsa dan negara maju dan makmur di masa depan.

Bagaimanakah Islam memandang tentang Pemimpin dan Kepemimpinan, serta seperti apakah pemimpin yang baik itu?

B. Pemimpin Dalam Pandangan Islam

Pada prinsipnya menurut Islam setiap orang adalah pemimpin. Ini sejalan dengan fungsi dan peran manusia di muka bumi sebagai khalifahtullah, yang diberi tugas untuk senantiasa mengabdi dan beribadah kepada-Nya.
Allah berfirman:

وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ


Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui". (Al-Baqarah: 30)

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. (Adz-Dzaariyaat: 56)

Rasulullah SAW. bersabda:

عن عبد الله بن عمر رضي الله عنه, أن رسول الله ص م, قال: (كلكم راع فمسئول عن رعيته, فالأمير الذي علي الناس راع وهو مسئول عنهم, والرجل راع علي أهل بيته وهو مسئول عنهم, والمرأة راعية علي بيت بعلها وولده وهي مسئولة عنهم, والعبد راع علي مال سيده وهو مسئول عنه, ألافكلكم راع وكلكم مسئول عن رعيته) اخرجه البخاري


Dari Abdullah bin Umar RA. Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: “Masing-masing kamu adalah pemimpin yang akan dimintai pertanggung jawaban atas kepemimpinannya. Seorang amir (Presiden) yang memimpin masyarakat adalah pemimpin yang akan dimintai pertanggung jawaban kepemimpinannya atas mereka. Seorang laki-laki (suami) adalah pemimpin atas ahli (keluarga) di rumahnya, dia akan dimintai pertanggung jawaban kepemimpinannya atas mereka. Seorang perempuan (isteri) adalah pemimpin atas rumah tangga suaminya dan anak-anaknya, dia akan dimintai pertanggung jawaban kepemimpinannya atas mereka. Seorang hamba adalah pemimpin atas harta tuannya, dia akan dimintai pertanggung jawaban kepemimpinannya atas harta itu. Ketahuailah masing-masing kamu adalah pemimpin dan masing-masing kamu akan dimintai pertanggung jawaban kepemimpinan atas yang dipimpinnya”. (HR. Bukhari)

Dalam implementasinya, pemimpin terbagi dua: Pertama, pemimpin yang dapat memimpin sesuai dengan apa yang diamanatkan Allah dan Rasul-Nya dan kedua, pemimpin yang menyelisihi amanat Allah dan Rasul-Nya.
Firman Allah:

وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا وَكَانُوا بِآيَاتِنَا يُوقِنُونَ


Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami. (As-Sajdah: 24)

وَجَعَلْنَاهُمْ أَئِمَّةً يَدْعُونَ إِلَى النَّارِ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ لَا يُنْصَرُونَ

Dan Kami jadikan mereka (Firaun dan bala tentaranya) pemimpin-pemimpin yang menyeru (manusia) ke neraka dan pada hari kiamat mereka tidak akan ditolong. (Al-Qashash: 41)

C. Kriteria Pemimpin Dalam Islam

Banyak sekali ayat al-Qur’an dan Hadis menyebutkan bagaimana hendaknya setiap orang yang Nabi katakan sebagai pemimpin baik bagi diri dan keluarganya, dan terlebih mereka yang menyatakan diri siap sebagai pemimpin bagi masyarakat, bersikap dan berperilaku dalam kehidupan mereka sehari-hari, di antaranya adalah:

1. Mengajak Bertaqwa Kepada Allah

وَجَعَلْنَاهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا وَأَوْحَيْنَا إِلَيْهِمْ فِعْلَ الْخَيْرَاتِ وَإِقَامَ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءَ الزَّكَاةِ وَكَانُوا لَنَا عَابِدِينَ

"Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan telah Kami wahyukan kepada mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan hanya kepada Kamilah mereka selalu menyembah". (Al-Anbiya’: 73)

وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا وَكَانُوا بِآيَاتِنَا يُوقِنُونَ


"Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami". (As-Sajdah: 24)

2. Adil Kepada Semua Orang Dan Tidak Pandang Bulu

يَادَاوُدُ إِنَّا جَعَلْنَاكَ خَلِيفَةً فِي الْأَرْضِ فَاحْكُمْ بَيْنَ النَّاسِ بِالْحَقِّ وَلَا تَتَّبِعِ الْهَوَى فَيُضِلَّكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ إِنَّ الَّذِينَ يَضِلُّونَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيدٌ بِمَا نَسُوا يَوْمَ الْحِسَابِ

"Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan". (Shad: 26)

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ بِالْقِسْطِ شُهَدَاءَ لِلَّهِ وَلَوْ عَلَى أَنْفُسِكُمْ أَوِ الْوَالِدَيْنِ وَالْأَقْرَبِينَ إِنْ يَكُنْ غَنِيًّا أَوْ فَقِيرًا فَاللَّهُ أَوْلَى بِهِمَا فَلَا تَتَّبِعُوا الْهَوَى أَنْ تَعْدِلُوا وَإِنْ تَلْوُوا أَوْ تُعْرِضُوا فَإِنَّ اللَّهَ كَانَ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرً
ا

"Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjaan". (An-Nisa’: 135)

3. Menegakkan Amar Ma’ruf Nahi Munkar

كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلَوْ ءَامَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ


"Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik". (Ali Imron: 110)

4. Menjadi Suri Tauladan Yang Baik Bagi Masyarakat

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا

"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah". (Al-Ahzab: 21)

5. Mendorong Kerja Sama Dalam Memperjuangkan Kesejahteraan Bersama

وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ

"Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya". (Al-Maidah: 2)

6. Mengukuhkan Tali Persaudaraan dan Kesatuan dan Persatuan

وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَى شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ ءَايَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ


"Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan ni`mat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena ni`mat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk". (Ali Imron: 103)

7. Akomodatif, Pemaaf, Merangkul Semua Golongan dan Mengedepankan Musyawarah Dalam Setiap Mengambil Keputusan Penting Untuk Masyarakat

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ


"Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma`afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya". (Ali Imron: 159)

8. Jujur dan Amanat

إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ أَنْ تَحْكُمُوا بِالْعَدْلِ إِنَّ اللَّهَ نِعِمَّا يَعِظُكُمْ بِهِ إِنَّ اللَّهَ كَانَ سَمِيعًا بَصِيرًا

"Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat". (An-Nisa’ : 58)

Nabi SAW. bersabda:

وعن ابوهريرة قال:قال رسول الله ص م :ثلاثة لا يكلمهم الله يوم القيامةولايزكيهم ولاينظراليهم ولهم عذاب أليم: شيخ زان, وملك كذاب, وعائل مستكبر. رواه مسلم


Dari Abu Hurairah berkata: Telah bersabda Rasulullah SAW.: “Tiga golongan, Allah tidak akan berbicara, mensucikan dan melihat kepada mereka, dan bagi merekalah siksa yang pedih; orang tua pezina, pemimpin yang suka bohong dan orang miskin yang sombong. (HR. Muslim).

9. Berwawasan Dan Berpengetahuan Luas dan Mencintai Ilmu Pengetahuan

يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ

"Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan". (Al-Mujadilah: 11)

10. Teguh Pendirian, Tegar dan Sabar Dalam Menghadapi Ujian

فَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ وَمَنْ تَابَ مَعَكَ وَلَا تَطْغَوْا إِنَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ

"Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan". (Huud: 112)

فَاصْبِرْ كَمَا صَبَرَ أُولُو الْعَزْمِ مِنَ الرُّسُلِ

"Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul telah bersabar". (al-Ahqaf: 35)

D. Tanggung Jawab Pemimpin

Begitu berat tanggung jawab setiap pemimpin, ia harus siap dan dapat mewujudkan perilaku yang termuat dalam kriteria di atas dalam hidup kesehariannya. Sehingga tercipta suatu kondisi dimana pemimpin mencintai dan memperjuangkan kepentingan rakyat, dan karenanya semua rakyatpun mencintai dan mendukung kepemimpinannya.

Rasulullah bersabda:

عن عَوْفَ بْنَ مَالِكٍ الْأَشْجَعِيَّ يَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ خِيَارُ أَئِمَّتِكُمْ الَّذِينَ تُحِبُّونَهُمْ وَيُحِبُّونَكُمْ وَتُصَلُّونَ عَلَيْهِمْ وَيُصَلُّونَ عَلَيْكُمْ وَشِرَارُ أَئِمَّتِكُمْ الَّذِينَ تُبْغِضُونَهُمْ وَيُبْغِضُونَكُمْ وَتَلْعَنُونَهُمْ وَيَلْعَنُونَكُمْ قُلْنَا أَفَلَا نُنَابِذُهُمْ يَا رَسُولَ اللَّهِ عِنْدَ ذَلِكَ قَالَ لَا مَا أَقَامُوا فِيكُمْ الصَّلَاةَ أَلَا مَنْ وُلِّيَ عَلَيْهِ وَالٍ فَرَآهُ يَأْتِي شَيْئًا مِنْ مَعْصِيَةِ اللَّهِ فَلْيَكْرَهْ مَا يَأْتِي مِنْ مَعْصِيَةِ اللَّهِ وَلَا يَنْزِعَنَّ يَدًا مِنْ طَاعَةٍ . رواه مسلم واحمد والدرامى


Dari Auf bin Malik al-Asyja’i ia berkata, aku telah mendengar Rasulullah SAW. bersabda: “Sebaik-baik pemimpinmu adalah orang-orang yang kamu semua mencintainya dan mereka semua mencintaimu, kamu semua mendoakan kesejahteraan buat mereka, dan mereka mendoakan kesejahteraan buat kamu. Dan sejelek-jelek pemimpinmu adalah orang-orang yang kamu semua membenci mereka dan mereka membenci kamu, kamu semua melaknati mereka dan mereka melaknati kamu”. Kami bertanya: “Ya Rasulullah apakah tidak sebaiknya kita singkirkan mereka? Rasul menjawab: “Jangan, selama mereka masih mendirikan shalat. Ketahuilah, barang siapa yang diberi kekuasaan, lalu masyarakat melihatnya menjalankan suatu perbuatan yang bermaksiat kepada Allah, hendaklah masyarakat membenci perbuatan penguasa yang bermaksiat ke pada Allah itu, dan janganlah ia menarik diri dari ketaatan (pada yang baik). (HR. Muslim, Ahmad, dan Ad-Daromi).

Karena beratnya menciptakan kondisi kepemimpinan seperti di atas, Rasulullah SAW. melarang sahabatnya meminta-minta untuk menjadi pemimpin, khawatir sulit merealisasikan tanggung jawab ini.

Rasulullah SAW. bersabda:

عن عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ سَمُرَةَ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا عَبْدَ الرَّحْمَنِ بْنَ سَمُرَةَ لَا تَسْأَلْ الْإِمَارَةَ فَإِنَّكَ إِنْ أُوتِيتَهَا عَنْ مَسْأَلَةٍ وُكِلْتَ إِلَيْهَا وَإِنْ أُوتِيتَهَا مِنْ غَيْرِ مَسْأَلَةٍ أُعِنْتَ عَلَيْهَا وَإِذَا حَلَفْتَ عَلَى يَمِينٍ فَرَأَيْتَ غَيْرَهَا خَيْرًا مِنْهَا فَكَفِّرْ عَنْ يَمِينِكَ وَأْتِ الَّذِي هُوَ خَيْرٌ . رواه البخاري


Dari Abdurrahman bin Samrah berkata; telah bersabda Nabi SAW.: “Wahai Abdurrahman bin Samrah, janganlah kamu meminta untuk menjadi pemimpin, karena sesungguhnya, jika engkau diberi jabatan karena meminta maka engkau akan dibebani sebagai wakil atas jabatan itu, dan jika diberi jabatan dengan tanpa meminta, maka engkau akan ditolong dalam menjalankan tugas itu. Dan jika engkau bersumpah, lalu engkau melihat bahwa yang berlawanan dengan sumpah itu lebih baik, maka bayarlah kifarat atas sumpahmu, dan kerjakanlah apa yang engkau pandang lebih baik”. (HR. Bukhari).

Dalam melaksanakan tanggung jawabnya, pemimpin hendaknya ikhlas dalam rangka beribadah kepada Allah dan Rasul-Nya, dan berkomitmen untuk tidak mengkhianati amanat yang diembannya. Ia tidak boleh melakukan korupsi, kolusi dan nepotisme yang mencederai tanggung jawab yang harus dipikulnya.

Rasulullah SAW. bersabda:

عن أبى هريرة قال (لعن رسول الله ص م الراشي والمرتشي في الحكم) رواه احمد والاربعة, وحسنه الترمذي,وصححه ابن حبان.

Dari Abi Hurairah RA. Berkata: “Rasulullah SAW. melaknat penyuap dan penerima suap dalam perkara hukum” HR. Ahmad dan al-Arba’ah. Imam Tarmidzi menganggap hadis ini hasan, dan Ibn Hiban menganggapnya shoheh.

عن أبي حميد الساعدى, أن رسول الله ص استعمل عاملا, فجاءه العامل فرغ من عمله, فقال: يارسول الله هذا لكم, وهذا أهدي لي. فقال له: (أفلا قعدت في بيت أبيك وأمك فنظرت أيهدى لك أم لا؟) ثم قام رسول الله ص م عشية بعد الصلاة, فتشهد وأثنى على الله بما هو أهله, ثم قال: (أما بعد, فمابل العامل نستعمله فيأتينا فيقول هذا من عملكم,وهذا أهدى لي, أفلا قعد فى بيت أبيه وأمه فنظر هل يهدى له أم لا؟ فو الذي نفس محمد بيده! لايغل أحدكم منها شيئا إلا جاء به يوم القيمة يحمله على عنقه, إن كان بعيرا جاء به رغاء, وإن كانت بقرة جاء بها لها خوار, وإن كانت شاة جاء به تيعر, فقد بلغت) فقل أبو حميد: ثم رفع رسول الله ص م يده حتى إن لننظر إلى عفرة إبطيه. أخرجه البخاري


Dari Abi Hamid as Sa’idi sesungguhnya Rasullah SAW. mengangkat seorang pegawai, lalu selesai melaksanakan tugas datang mendatangi Rasulullah dan berkata: “Ya Rasulullah, harta ini untukmu (bagian Negara) dan yang ini adalah hadiah yang aku terima”. Lalu Rasulullah bersabda kepadanya: “Mengapa engkau tidak duduk saja di rumah bapak dan ibumu, lalu engkau tunggu apakah engkau akan diberi hadiah ataukah tidak?!”. Kemudian selesai menunaikan shalat Isya’ bersabda Rasulullah SAW.: “Amma ba’du, Ada apa dengan pegawai yang telah aku angkat ini, ia datang menemui kita dan berkata: “Harta ini bagianmu (milik Negara), dan yang ini sebagai hadiah untukku”, Mengapa ia tidak duduk saja di rumah bapak dan ibunya, lalu ia menunggu apakah ada yang akan memberinya hadiah atau tidak?, Sungguh demi Dzat yang jiwa Muhammad ada dalam genggaman-Nya!, Janganlah salah seorang diantara kamu menyalahgunakan dari harta itu sedikitpun, kecuali ia akan datang pada hari kiamat dengan memikul harta itu, kalau harta itu berupa onta ia akan meringkik, kalau berupa sapi ia akan mengemoo, kalau ia berupa kambing, ia akan mengembek, aku telah menyampaikan berita ini”. Berkata Abu Hamid: Lalu Rasulullah menganglat tangannya, sehingga kami dapat melihat putih ketiaknya. (HR. Bukhari).

E. Kewajiban Rakyat Terhadap Pemimpin

Sebagai rakyat tugasnya adalah taat kepada perintah pemimpin sepanjang perintah itu dalam rangka mewujudkan tanggung jawabnya yang tertuang dalam kriteria disebutkan di atas tadi, yakni dalam upaya melaksanakan perintah Allah dan Rasul-Nya.

Allah SWT. Berfirman:

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا


"Hai orang-orang yang beriman, ta`atilah Allah dan ta`atilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya". (An-Nisa’: 59)

Batas ketaatan rakyat terhadap pemimpinnya adalah rakyat wajib mentaati semua perintah pemimpin selama pemimpin itu memerintahkan taqwa kepada Allah, sedangkan bila perintah itu untuk bermaksiat kepada Allah, maka gugurlah kewajiban untuk mentaatinya, dan muncul kewajiban baru yaitu nahi munkar ialah mencegah pemerintah dari menjalankan perbuatan maksiat tersebut.

Rasulullah SAW. bersabda:

حديث علي رضي الله عنه قال: بعث النبي ص م سرية وأمر عليهم رجلا من الانصار وأمرهم أن يطيعوه. فغضب عليهم, وقال: أليس قد أمر النبي ص م أن تطيعوني؟ قالوا بلي.قال:عزمت عليكم لما جمعتم حطبا وأوقدتم نارا ثم دخلتم فيها. فجمعوا حطبا,فأوقدوا. فلما هموا بالدخول, فقام ينظر بعضهم إلى بعض, قال بعضهم: إنما تبعنا النبي ص م فرارا من النار, أفندخلها؟ فبينما هم كذلك إذخمدت النار,وسكن خضبه. فذكرلنبي ص م, فقال: (لودخلوها ما خرجوا منها أبدا, أنما الطاعة في المعروف). أخرجه البخاري


Dari Ali RA. berkata: (Suatu hari ) Nabi SAW. mengutus bala tentara dan mengangkat seorang laki-laki Anshor sebagai komandan, dan Nabi memerintahkan kepada seluruh bala tentara untuk mentaati sang komandan. Suatu saat sang komandan marah kepada prajuritnya dan berkata: "Bukankah Nabi SAW. memerintahkan kalian semua untuk taat kepadaku?". Para prajurit menjawab: "Benar, komandan!". Komandan berkata: "Aku perintahkan kamu semua untuk mengumpulkan kayu bakar, lalu bakar ia dengan api, setelah itu masuklah kamu semua ke dalamnya!". Lalu para prajurit mengumpulkan kayu bakar dan menyalakannya. Tatkala mereka bermaksud untuk memasukinya, berdirilah setiap prajurit saling memandang diantara mereka, berkata sebagian prajurit: "Sesungguhnya kita semua mengikuti Nabi SAW. karena kita berlari dari api (neraka), apakah kita sekarang akan memasukinya?". Manakala mereka dalam keadaan demikian, padamlah api tadi, dan hilanglah marah sang komandan. Lalu kejadian itu dicertikan kepada Nabi SAW. dan Nabi bersabda: "Andaikan saja kamu semua memasuki api itu, pasti kamu tidak akan pernah keluar selamanya (mati dan masuk neraka). Sesungguhnya ketaatan kepada pemimpin itu adalah dalam hal yang Ma'ruf". (HR. Bukhari)
Allah berfirman:

وَلَا تُطِيعُوا أَمْرَ الْمُسْرِفِينَ

Dan janganlah kamu mentaati perintah orang-orang yang melewati batas, (asy-syuara: 151)

F. Petunjuk Allah Dalam Memilih Pemimpin

Karena alasan ini, kini saatnya kita berhati-hati untuk menentukan pilihan pemimpin yang dapat memenuhi kriteria di atas, dengan memperhatikan petunjuk Allah dalam memilih pemimpin, ialah:

1. Pilihlah Pemimpin Yang Seakidah dan Memenuhi Kriteria Pemimpin Tersebut di Atas.

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاءَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim". (Al-Maidah: 51)

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الَّذِينَ اتَّخَذُوا دِينَكُمْ هُزُوًا وَلَعِبًا مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَالْكُفَّارَ أَوْلِيَاءَ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil jadi pemimpinmu, orang-orang yang membuat agamamu jadi buah ejekan dan permainan, (yaitu) di antara orang-orang yang telah diberi Kitab sebelummu, dan orang-orang yang kafir (orang-orang musyrik). Dan bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang-orang yang beriman". (Al-Maidah: 57)

2. Pilihlah Pemimpin Yang Mengajak Bertaqwa Kepada Allah dan Jangan Memilih Pemimpin Yang Mendorong Bermaksiat Kepada-Nya Meskipun Ia Keluarga Kita.

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لَا تَتَّخِذُوا ءَابَاءَكُمْ وَإِخْوَانَكُمْ أَوْلِيَاءَ إِنِ اسْتَحَبُّوا الْكُفْرَ عَلَى الْإِيمَانِ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu jadikan bapak-bapak dan saudara-saudaramu pemimpin-pemimpinmu, jika mereka lebih mengutamakan kekafiran atas keimanan dan siapa di antara kamu yang menjadikan mereka pemimpin-pemimpinmu, maka mereka itulah orang-orang yang zalim". (At-Taubah: 23).

Kesalahan dalam memilih pemimpin dapat menyebabkan penyesalan dikemudian hari:

وَقَالُوا رَبَّنَا إِنَّا أَطَعْنَا سَادَتَنَا وَكُبَرَاءَنَا فَأَضَلُّونَا السَّبِيلَا

Dan mereka berkata: "Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah menta'ati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar). (al-Ahzab: 67)

Demikian, mudah-mudahan memberi manfaat buat kita semua.

KONSEP ISLAM DALAM MEMIMILIH PEMIMPIN

KONSEP ISLAM DALAM MEMILIH PEMIMPIN
Oleh Isa Ansori

A. Pendahuluan
Tanggal 9 April 2009 mendatang, rakyat Indonesia akan menyelenggarakan pesta demokrasi memilih wakil rakyat yang akan duduk di lembaga Dewan Perwakilan Rakyat. Banyak Partai dengan beragam latar belakang ideologi dan haluan menawarkan beragam Caleg (Calon Legislatif) sebagai calon pemimpin yang akan mewakili dan menyuarakan kepentingan rakyat di lembaga legislatif Dewan Perwakilan Rakyat.
Selesai memilih wakil rakyat yang duduk di lembaga legislatif, rakyat Indonesia akan melanjutkan memilih pasangan Presiden dan Wakil Presiden sebagai pemimpin bangsa yang akan memimpin perjalanan seluruh rakyat dan bangsa Indonesia dalam 5 (lima) tahun ke depan.
Para calon pemimpin, baik yang akan duduk di lembaga legislatif maupun eksekutif mengampanyekan diri sebagai pemimpin terbaik yang layak dipilih masyarakat untuk membawa bangsa dan negara maju dan makmur di masa depan.
Bagaimanakah Islam memandang tentang Pemimpin dan Kepemimpinan, serta seperti apakah pemimpin yang baik itu?
B. Pemimpin Dalam Pandangan Islam
Pada prinsipnya menurut Islam setiap orang adalah pemimpin. Ini sejalan dengan fungsi dan peran manusia di muka bumi sebagai khalifahtullah, yang diberi tugas untuk senantiasa mengabdi dan beribadah kepada-Nya.
Allah berfirman:
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui". (Al-Baqarah: 30)
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. (Adz-Dzaariyaat: 56)
Rasulullah SAW. bersabda:
عن عبد الله بن عمر رضي الله عنه, أن رسول الله ص م, قال: (كلكم راع فمسئول عن رعيته, فالأمير الذي علي الناس راع وهو مسئول عنهم, والرجل راع علي أهل بيته وهو مسئول عنهم, والمرأة راعية علي بيت بعلها وولده وهي مسئولة عنهم, والعبد راع علي مال سيده وهو مسئول عنه, ألافكلكم راع وكلكم مسئول عن رعيته) اخرجه البخاري
Dari Abdullah bin Umar RA. Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: “Masing-masing kamu adalah pemimpin yang akan dimintai pertanggung jawaban atas kepemimpinannya. Seorang amir (Presiden) yang memimpin masyarakat adalah pemimpin yang akan dimintai pertanggung jawaban kepemimpinannya atas mereka. Seorang laki-laki (suami) adalah pemimpin atas ahli (keluarga) di rumahnya, dia akan dimintai pertanggung jawaban kepemimpinannya atas mereka. Seorang perempuan (isteri) adalah pemimpin atas rumah tangga suaminya dan anak-anaknya, dia akan dimintai pertanggung jawaban kepemimpinannya atas mereka. Seorang hamba adalah pemimpin atas harta tuannya, dia akan dimintai pertanggung jawaban kepemimpinannya atas harta itu. Ketahuailah masing-masing kamu adalah pemimpin dan masing-masing kamu akan dimintai pertanggung jawaban kepemimpinan atas yang dipimpinnya”. (HR. Bukhari)
Dalam implementasinya, pemimpin terbagi dua: Pertama, pemimpin yang dapat memimpin sesuai dengan apa yang diamanatkan Allah dan Rasul-Nya dan kedua, pemimpin yang menyelisihi amanat Allah dan Rasul-Nya.
Firman Allah:
وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا وَكَانُوا بِآيَاتِنَا يُوقِنُونَ
Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami. (As-Sajdah: 24)
وَجَعَلْنَاهُمْ أَئِمَّةً يَدْعُونَ إِلَى النَّارِ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ لَا يُنْصَرُونَ
Dan Kami jadikan mereka (Firaun dan bala tentaranya) pemimpin-pemimpin yang menyeru (manusia) ke neraka dan pada hari kiamat mereka tidak akan ditolong. (Al-Qashash: 41)
C. Kriteria Pemimpin Dalam Islam
Banyak sekali ayat al-Qur’an dan Hadis menyebutkan bagaimana hendaknya setiap orang yang Nabi katakan sebagai pemimpin baik bagi diri dan keluarganya, dan terlebih mereka yang menyatakan diri siap sebagai pemimpin bagi masyarakat, bersikap dan berperilaku dalam kehidupan mereka sehari-hari, di antaranya adalah:
1. Mengajak Bertaqwa Kepada Allah
وَجَعَلْنَاهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا وَأَوْحَيْنَا إِلَيْهِمْ فِعْلَ الْخَيْرَاتِ وَإِقَامَ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءَ الزَّكَاةِ وَكَانُوا لَنَا عَابِدِينَ
Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan telah Kami wahyukan kepada mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan hanya kepada Kamilah mereka selalu menyembah. (Al-Anbiya’: 73)
وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا وَكَانُوا بِآيَاتِنَا يُوقِنُونَ
Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami. (As-Sajdah: 24)
2. Adil Kepada Semua Orang Dan Tidak Pandang Bulu
يَادَاوُدُ إِنَّا جَعَلْنَاكَ خَلِيفَةً فِي الْأَرْضِ فَاحْكُمْ بَيْنَ النَّاسِ بِالْحَقِّ وَلَا تَتَّبِعِ الْهَوَى فَيُضِلَّكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ إِنَّ الَّذِينَ يَضِلُّونَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيدٌ بِمَا نَسُوا يَوْمَ الْحِسَابِ
Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan. (Shad: 26)
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ بِالْقِسْطِ شُهَدَاءَ لِلَّهِ وَلَوْ عَلَى أَنْفُسِكُمْ أَوِ الْوَالِدَيْنِ وَالْأَقْرَبِينَ إِنْ يَكُنْ غَنِيًّا أَوْ فَقِيرًا فَاللَّهُ أَوْلَى بِهِمَا فَلَا تَتَّبِعُوا الْهَوَى أَنْ تَعْدِلُوا وَإِنْ تَلْوُوا أَوْ تُعْرِضُوا فَإِنَّ اللَّهَ كَانَ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرًا
Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjaan. (An-Nisa’: 135)
3. Menegakkan Amar Ma’ruf Nahi Munkar
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلَوْ ءَامَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. (Ali Imron: 110)
4. Menjadi Suri Tauladan Yang Baik Bagi Masyarakat
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (Al-Ahzab: 21)
5. Mendorong Kerja Sama Dalam Memperjuangkan Kesejahteraan Bersama
وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya. (Al-Maidah: 2)
6. Mengukuhkan Tali Persaudaraan dan Kesatuan dan Persatuan
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَى شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ ءَايَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ
Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan ni`mat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena ni`mat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. (Ali Imron: 103)
7. Akomodatif, Pemaaf, Merangkul Semua Golongan dan Mengedepankan Musyawarah Dalam Setiap Mengambil Keputusan Penting Untuk Masyarakat
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma`afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. (Ali Imron: 159)
8. Jujur dan Amanat
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ أَنْ تَحْكُمُوا بِالْعَدْلِ إِنَّ اللَّهَ نِعِمَّا يَعِظُكُمْ بِهِ إِنَّ اللَّهَ كَانَ سَمِيعًا بَصِيرًا
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (An-Nisa’ : 58)
Nabi SAW. bersabda:
وعن ابوهريرة قال:قال رسول الله ص م :ثلاثة لا يكلمهم الله يوم القيامةولايزكيهم ولاينظراليهم ولهم عذاب أليم: شيخ زان, وملك كذاب, وعائل مستكبر. رواه مسلم
Dari Abu Hurairah berkata: Telah bersabda Rasulullah SAW.: “Tiga golongan, Allah tidak akan berbicara, mensucikan dan melihat kepada mereka, dan bagi merekalah siksa yang pedih; orang tua pezina, pemimpin yang suka bohong dan orang miskin yang sombong. (HR. Muslim).
9. Berwawasan Dan Berpengetahuan Luas dan Mencintai Ilmu Pengetahuan
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al-Mujadilah: 11)
10. Teguh Pendirian, Tegar dan Sabar Dalam Menghadapi Ujian
فَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ وَمَنْ تَابَ مَعَكَ وَلَا تَطْغَوْا إِنَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (Huud: 112)
فَاصْبِرْ كَمَا صَبَرَ أُولُو الْعَزْمِ مِنَ الرُّسُلِ
Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul telah bersabar. (al-Ahqaf: 35)
D. Tanggung Jawab Pemimpin
Begitu berat tanggung jawab setiap pemimpin, ia harus siap dan dapat mewujudkan perilaku yang termuat dalam kriteria di atas dalam hidup kesehariannya. Sehingga tercipta suatu kondisi dimana pemimpin mencintai dan memperjuangkan kepentingan rakyat, dan karenanya semua rakyatpun mencintai dan mendukung kepemimpinannya.
Rasulullah bersabda:
عن عَوْفَ بْنَ مَالِكٍ الْأَشْجَعِيَّ يَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ خِيَارُ أَئِمَّتِكُمْ الَّذِينَ تُحِبُّونَهُمْ وَيُحِبُّونَكُمْ وَتُصَلُّونَ عَلَيْهِمْ وَيُصَلُّونَ عَلَيْكُمْ وَشِرَارُ أَئِمَّتِكُمْ الَّذِينَ تُبْغِضُونَهُمْ وَيُبْغِضُونَكُمْ وَتَلْعَنُونَهُمْ وَيَلْعَنُونَكُمْ قُلْنَا أَفَلَا نُنَابِذُهُمْ يَا رَسُولَ اللَّهِ عِنْدَ ذَلِكَ قَالَ لَا مَا أَقَامُوا فِيكُمْ الصَّلَاةَ أَلَا مَنْ وُلِّيَ عَلَيْهِ وَالٍ فَرَآهُ يَأْتِي شَيْئًا مِنْ مَعْصِيَةِ اللَّهِ فَلْيَكْرَهْ مَا يَأْتِي مِنْ مَعْصِيَةِ اللَّهِ وَلَا يَنْزِعَنَّ يَدًا مِنْ طَاعَةٍ . رواه مسلم واحمد والدرامى
Dari Auf bin Malik al-Asyja’i ia berkata, aku telah mendengar Rasulullah SAW. bersabda: “Sebaik-baik pemimpinmu adalah orang-orang yang kamu semua mencintainya dan mereka semua mencintaimu, kamu semua mendoakan kesejahteraan buat mereka, dan mereka mendoakan kesejahteraan buat kamu. Dan sejelek-jelek pemimpinmu adalah orang-orang yang kamu semua membenci mereka dan mereka membenci kamu, kamu semua melaknati mereka dan mereka melaknati kamu”. Kami bertanya: “Ya Rasulullah apakah tidak sebaiknya kita singkirkan mereka? Rasul menjawab: “Jangan, selama mereka masih mendirikan shalat. Ketahuilah, barang siapa yang diberi kekuasaan, lalu masyarakat melihatnya menjalankan suatu perbuatan yang bermaksiat kepada Allah, hendaklah masyarakat membenci perbuatan penguasa yang bermaksiat ke pada Allah itu, dan janganlah ia menarik diri dari ketaatan (pada yang baik). (HR. Muslim, Ahmad, dan Ad-Daromi).
Karena beratnya menciptakan kondisi kepemimpinan seperti di atas, Rasulullah SAW. melarang sahabatnya meminta-minta untuk menjadi pemimpin, khawatir sulit merealisasikan tanggung jawab ini.
Rasulullah SAW. bersabda:
عن عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ سَمُرَةَ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا عَبْدَ الرَّحْمَنِ بْنَ سَمُرَةَ لَا تَسْأَلْ الْإِمَارَةَ فَإِنَّكَ إِنْ أُوتِيتَهَا عَنْ مَسْأَلَةٍ وُكِلْتَ إِلَيْهَا وَإِنْ أُوتِيتَهَا مِنْ غَيْرِ مَسْأَلَةٍ أُعِنْتَ عَلَيْهَا وَإِذَا حَلَفْتَ عَلَى يَمِينٍ فَرَأَيْتَ غَيْرَهَا خَيْرًا مِنْهَا فَكَفِّرْ عَنْ يَمِينِكَ وَأْتِ الَّذِي هُوَ خَيْرٌ . رواه البخاري
Dari Abdurrahman bin Samrah berkata; telah bersabda Nabi SAW.: “Wahai Abdurrahman bin Samrah, janganlah kamu meminta untuk menjadi pemimpin, karena sesungguhnya, jika engkau diberi jabatan karena meminta maka engkau akan dibebani sebagai wakil atas jabatan itu, dan jika diberi jabatan dengan tanpa meminta, maka engkau akan ditolong dalam menjalankan tugas itu. Dan jika engkau bersumpah, lalu engkau melihat bahwa yang berlawanan dengan sumpah itu lebih baik, maka bayarlah kifarat atas sumpahmu, dan kerjakanlah apa yang engkau pandang lebih baik”. (HR. Bukhari).
Dalam melaksanakan tanggung jawabnya, pemimpin hendaknya ikhlas dalam rangka beribadah kepada Allah dan Rasul-Nya, dan berkomitmen untuk tidak mengkhianati amanat yang diembannya. Ia tidak boleh melakukan korupsi, kolusi dan nepotisme yang mencederai tanggung jawab yang harus dipikulnya.
Rasulullah SAW. bersabda:

عن أبى هريرة قال (لعن رسول الله ص م الراشي والمرتشي في الحكم) رواه احمد والاربعة, وحسنه الترمذي,وصححه ابن حبان.
Dari Abi Hurairah RA. Berkata: “Rasulullah SAW. melaknat penyuap dan penerima suap dalam perkara hukum” HR. Ahmad dan al-Arba’ah. Imam Tarmidzi menganggap hadis ini hasan, dan Ibn Hiban menganggapnya shoheh.

عن أبي حميد الساعدى, أن رسول الله ص استعمل عاملا, فجاءه العامل فرغ من عمله, فقال: يارسول الله هذا لكم, وهذا أهدي لي. فقال له: (أفلا قعدت في بيت أبيك وأمك فنظرت أيهدى لك أم لا؟) ثم قام رسول الله ص م عشية بعد الصلاة, فتشهد وأثنى على الله بما هو أهله, ثم قال: (أما بعد, فمابل العامل نستعمله فيأتينا فيقول هذا من عملكم,وهذا أهدى لي, أفلا قعد فى بيت أبيه وأمه فنظر هل يهدى له أم لا؟ فو الذي نفس محمد بيده! لايغل أحدكم منها شيئا إلا جاء به يوم القيمة يحمله على عنقه, إن كان بعيرا جاء به رغاء, وإن كانت بقرة جاء بها لها خوار, وإن كانت شاة جاء به تيعر, فقد بلغت) فقل أبو حميد: ثم رفع رسول الله ص م يده حتى إن لننظر إلى عفرة إبطيه. أخرجه البخاري
Dari Abi Hamid as Sa’idi sesungguhnya Rasullah SAW. mengangkat seorang pegawai, lalu selesai melaksanakan tugas datang mendatangi Rasulullah dan berkata: “Ya Rasulullah, harta ini untukmu (bagian Negara) dan yang ini adalah hadiah yang aku terima”. Lalu Rasulullah bersabda kepadanya: “Mengapa engkau tidak duduk saja di rumah bapak dan ibumu, lalu engkau tunggu apakah engkau akan diberi hadiah ataukah tidak?!”. Kemudian selesai menunaikan shalat Isya’ bersabda Rasulullah SAW.: “Amma ba’du, Ada apa dengan pegawai yang telah aku angkat ini, ia datang menemui kita dan berkata: “Harta ini bagianmu (milik Negara), dan yang ini sebagai hadiah untukku”, Mengapa ia tidak duduk saja di rumah bapak dan ibunya, lalu ia menunggu apakah ada yang akan memberinya hadiah atau tidak?, Sungguh demi Dzat yang jiwa Muhammad ada dalam genggaman-Nya!, Janganlah salah seorang diantara kamu menyalahgunakan dari harta itu sedikitpun, kecuali ia akan datang pada hari kiamat dengan memikul harta itu, kalau harta itu berupa onta ia akan meringkik, kalau berupa sapi ia akan mengemoo, kalau ia berupa kambing, ia akan mengembek, aku telah menyampaikan berita ini”. Berkata Abu Hamid: Lalu Rasulullah menganglat tangannya, sehingga kami dapat melihat putih ketiaknya. (HR. Bukhari).
E. Kewajiban Rakyat Terhadap Pemimpin
Sebagai rakyat tugasnya adalah taat kepada perintah pemimpin sepanjang perintah itu dalam rangka mewujudkan tanggung jawabnya yang tertuang dalam kriteria disebutkan di atas tadi, yakni dalam upaya melaksanakan perintah Allah dan Rasul-Nya.
Allah SWT. Berfirman:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا
Hai orang-orang yang beriman, ta`atilah Allah dan ta`atilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (An-Nisa’: 59)
Batas ketaatan rakyat terhadap pemimpinnya adalah rakyat wajib mentaati semua perintah pemimpin selama pemimpin itu memerintahkan taqwa kepada Allah, sedangkan bila perintah itu untuk bermaksiat kepada Allah, maka gugurlah kewajiban untuk mentaatinya, dan muncul kewajiban baru yaitu nahi munkar ialah mencegah pemerintah dari menjalankan perbuatan maksiat tersebut.
Rasulullah SAW. bersabda:
حديث علي رضي الله عنه قال: بعث النبي ص م سرية وأمر عليهم رجلا من الانصار وأمرهم أن يطيعوه. فغضب عليهم, وقال: أليس قد أمر النبي ص م أن تطيعوني؟ قالوا بلي.قال:عزمت عليكم لما جمعتم حطبا وأوقدتم نارا ثم دخلتم فيها. فجمعوا حطبا,فأوقدوا. فلما هموا بالدخول, فقام ينظر بعضهم إلى بعض, قال بعضهم: إنما تبعنا النبي ص م فرارا من النار, أفندخلها؟ فبينما هم كذلك إذخمدت النار,وسكن خضبه. فذكرلنبي ص م, فقال: (لودخلوها ما خرجوا منها أبدا, أنما الطاعة في المعروف). أخرجه البخاري.
Allah berfirman:
وَلَا تُطِيعُوا أَمْرَ الْمُسْرِفِينَ
Dan janganlah kamu mentaati perintah orang-orang yang melewati batas, (asy-syuara: 151)
F. Petunjuk Allah Dalam Memilih Pemimpin
Karena alasan ini, kini saatnya kita berhati-hati untuk menentukan pilihan pemimpin yang dapat memenuhi kriteria di atas, dengan memperhatikan petunjuk Allah dalam memilih pemimpin, ialah:

1. Pilihlah Pemimpin Yang Seakidah dan Memenuhi Kriteria Pemimpin Tersebut di Atas.
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاءَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. (Al-Maidah: 51)
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الَّذِينَ اتَّخَذُوا دِينَكُمْ هُزُوًا وَلَعِبًا مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَالْكُفَّارَ أَوْلِيَاءَ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil jadi pemimpinmu, orang-orang yang membuat agamamu jadi buah ejekan dan permainan, (yaitu) di antara orang-orang yang telah diberi Kitab sebelummu, dan orang-orang yang kafir (orang-orang musyrik). Dan bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang-orang yang beriman. (Al-Maidah: 57)
2. Pilihlah Pemimpin Yang Mengajak Bertaqwa Kepada Allah dan Jangan Memilih Pemimpin Yang Mendorong Bermaksiat Kepada-Nya Meskipun Ia Keluarga Kita.
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لَا تَتَّخِذُوا ءَابَاءَكُمْ وَإِخْوَانَكُمْ أَوْلِيَاءَ إِنِ اسْتَحَبُّوا الْكُفْرَ عَلَى الْإِيمَانِ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu jadikan bapak-bapak dan saudara-saudaramu pemimpin-pemimpinmu, jika mereka lebih mengutamakan kekafiran atas keimanan dan siapa di antara kamu yang menjadikan mereka pemimpin-pemimpinmu, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. (At-Taubah: 23).
Kesalahan dalam memilih pemimpin dapat menyebabkan penyesalan dikemudian hari:
وَقَالُوا رَبَّنَا إِنَّا أَطَعْنَا سَادَتَنَا وَكُبَرَاءَنَا فَأَضَلُّونَا السَّبِيلَا
Dan mereka berkata: "Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah menta'ati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar). (al-Ahzab: 67)
Demikian, mudah-mudahan memberi manfaat buat kita semua.

Senin, 23 Februari 2009

TAFSIR AL-ANFAL: 17

TAFSIR SURAH AL-ANFAL: 17
Oleh: Isa Ansori

فَلَمْ تَقْتُلُوهُمْ وَلَكِنَّ اللَّهَ قَتَلَهُمْ وَمَا رَمَيْتَ إِذْ رَمَيْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ رَمَى وَلِيُبْلِيَ الْمُؤْمِنِينَ مِنْهُ بَلَاءً حَسَنًا إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allahlah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar. (Allah berbuat demikian untuk membinasakan mereka) dan untuk memberi kemenangan kepada orang-orang mukmin, dengan kemenangan yang baik. Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui. (al-Anfal: 17)

a. Asbabun Nuzul

Ada beberapa hadis yang dikatakan oleh para ulama tafsir sebagai asbabun nuzul dari ayat ini, ialah:
  1. Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa pada waktu peperangan Uhud, Ubay bin Khalaf (pihak musuh) bermaksud menyerang Nabi saw. - dan dibiarkan oleh kawan-kawannya yang pada waktu itu menyongsong pasukan Rasulullah - akan tetapi dihadang oleh Mush`ab bin'Umair. Rasulullah saw. melihat bagian dada Ubay yang terbuka antara baju dan topinya, lalu ditikam oleh Rasulullah saw. dengan tombaknya. Ubay jatuh rebah dari kudanya serta salah satu tulang rusuknya patah, akan tetapi tiada mengeluarkan darah. Teman-teman Ubay datang menge­rumuninya saat ia meraung-raung kesakitan. Mereka berkata: "Alang­kah pengecutnya engkau, bukankah itu hanya goresan sedikit saja?" Ubay mengatakan bahwa Rasulullah saw. telah menikamnya, seraya mengingatkan sabda Rasulullah yang bersumpah: "Seandainya yang terkena kepada Ubay itu terkena pula pada sekampung Dzilmajaz (nama suatu daerah), pasti mereka akan mati semuanya." Ubay bin Khalaf mati sebelum sampai ke Mekah. Turunnya ayat ini (al-Anfal: 17) berkenaan dengan peristiwa tersebut, sebagai penegasan bahwa sebenarnya Allah-lah yang membunuhnya.
    Diriwayatkan oleh al-Hakim dari Said bin al-Musayyab yang bersumber dari bapaknya. Isnad Hadits ini sahih, hanya saja gharib. [1]
  2. Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa pada peperangan Khaibar, Rasulullah saw. meminta panah, dan memanahkannya ke benteng. Anak panah tersebut mengenai Ibnu Abil Haqiq (pihak musuh) hingga ia pun terbunuh di tempat tidurnya. Allah menurunkan ayat ini (al-Anfal: 17) ber­kenaan dengan peristiwa tersebut, sebagai penegasan bahwa yang melempar panah itu adalah Allah swt..
    Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari `Abdurrah­man bin Zubair. Hadits ini mursal, sanadnya jayyid (baik), akan tetapi gharib.[2]
  3. Hadits yang masyhur berkenaan dengan turunnya ayat ini (al­Anfal: 17) adalah peristiwa yang tejadi dalam peperangan Badr, di waktu Rasulullah saw. melemparkan segenggam batu-batu kecil hingga menye­babkan banyak yang mati di kalangan musuh.
    Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa di waktu peperangan Badr, para shahabat mendengar suara gemuruh dari langit ke bumi, seperti suara batu-batu kecil jatuh ke dalam bejana. Rasulullah saw. melempari lawannya dengan batu-batu kecil tadi sehingga kaum Mus­limin pun menang. Ayat ini (al-Anfal: 17) turun berkenaan dengan peristiwa tersebut, yang menegaskan bahwa sesungguhnya yang melemparkan batu-batu itu adalah Allah di saat Nabi melemparkannya. Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, Ibnu Abi Hatim, dan ath-Thabara­ni, yang bersumber dari Hakim bin Hizam.Diriwayatkan pula oleh Abusy Syaikh yang bersumber dari Za­bir dan Ibnu 'Abbas. Dan diriwayakan pula oleh Ibnu Jarir dari sumber lain, tapi mursal.[3]
    Berkata Ali bin Abi Thalhah dari Ibn Abas: “Pada saat perang Badr, Rasulullah saw mengangkat kedua tangan beliau dan berdo’a: “Ya Allah , jika tidak Engkau binasakan mereka (para musuh), maka Engkau tidak akan disembah lagi di muka bumi selamanya!”, Lalu malaikat Jibril berkata kepada Rasul: “Hai Muhammad, ambillah segenggam debu lalu lemparkan kea rah wajah mereka!”. Lalu Rasul mengambil segenggam debu dan melemparkan kea rah wajah mereka, maka tak seorang pun dari kaum musyrikin kecuali matanya, lubang hidungnya, dan mulutnya terkena debu yang segenggam itu, lalu mereka melarikan diri..[4]
    Diriwayatkan sesungguhnya para sahabat Rasul saw. ketika telah selesai dari perang Badr, masing-masing dari mereka menceritakan perbuatan-perbuatan apa saja yang telah mereka kerjakan: “Aku telah membunuh dengan begini”; “Kalau aku begini”. Datang dari melakukan pekerjaan itu dengan bangga dan sejenisnya. Lalu diturunkan ayat itu (al-Anfal: 17) sebagai pemberitahuan bahwa Allah-lah yang telah membunuh mereka dan berkuasa atas segala sesuatu.[5]
  4. Ada yang mengatakan bahwa yang dimaksud dengan ar-ramyu (melempar, memanah) adalah lemparan Rasulullah pada waktu perang Hunain. Diriwayatkan oleh Ibn Wahab dari Malik.
    Malik berkata: “Tak seorangpun dari musuh yang tidak terkena lemparan Rasul pada waktu itu”. Ibn Qasim juga meriwayatkan hadis sejenis.[6]

b. Tema/Topik dari al-Anfal: 17

Surah al-Anfal: 17 ini memiliki satu tema pokok, dan tema lain yang merupakan penafsiran dari tema pokok.

  1. Tema/Topik utama dari al-Anfal: 17 ini adalah manusia harus berjuang dan bekerja keras untuk mencapai tujuannya, dalam rangka mengabdi kepada Allah. Sebagaimana Rasulullah dan para sahabat berusaha, berjuang dan berperang di jalan Allah, untuk menegakkan panji Islam dan beribadah mencapai ridla-Nya. Allah turut serta dalam perbuatan dan usaha kerasnya itu. Pada ayat ini, Allah menunjukkan kekuasaan-Nya dengan membantu Rasulullah dan kaum Muslimin mengalahkan musuh-musuh Allah dan Rasul-Nya serta kaum Muslimin.
  2. Tema/Topik yang merupakan penafsiran dari al-Anfal: 17 adalah sebagaimana diungkapkan oleh penganut faham Jabariah, yaitu Allah memiliki kekuasaan mutlak termasuk menciptakan perbuatan manusia.
    Pendapat seperti ini juga dikatakan oleh Ibn Katsir dalam tafsirnya:
    يبين تعالى أنه خالق أفعال العباد وأنه المحمود على جميع ما صدر منهم من خير لأنه هو الذي وفقهم لذلك وأعانهم
    Allah swt. menjelaskan bahwa Allahlah yang telah menciptakan perbuatan-perbuatan para hamba, dan sesungguhnya Dia maha terpuji atas segala apa yang disandarkan kepada para hamba dalam hal kebaikan, karena Dialah yang membantu dan memberi pertolongan kepada mereka.[7]

c. Ayat-ayat Lain Yang Terkait/Satu Maksud Dengan al-Anfal: 17

Ayat-ayat yang senada dengan tema/topik utama seperti tersebut pada topik no. 1 di atas adalah:

1. Ali Imron: 123

وَلَقَدْ نَصَرَكُمُ اللَّهُ بِبَدْرٍ وَأَنْتُمْ أَذِلَّةٌ فَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُون

“Sungguh Allah telah menolong kamu dalam peperangan Badar, padahal kamu adalah (ketika itu) orang-orang yang lemah. Karena itu bertakwalah kepada Allah, supaya kamu mensyukuri-Nya.” (Ali-Imron: 123)

2. At-Taubah: 25

لَقَدْ نَصَرَكُمُ اللَّهُ فِي مَوَاطِنَ كَثِيرَةٍ وَيَوْمَ حُنَيْنٍ إِذْ أَعْجَبَتْكُمْ كَثْرَتُكُمْ فَلَمْ تُغْنِ عَنْكُمْ شَيْئًا وَضَاقَتْ عَلَيْكُمُ الْأَرْضُ بِمَا رَحُبَتْ ثُمَّ وَلَّيْتُمْ مُدْبِرِين

Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (hai para mu'minin) di medan peperangan yang banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu di waktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlahmu, maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfa`at kepadamu sedikitpun, dan bumi yang luas itu telah terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari ke belakang dengan bercerai-berai. (at-Taubah: 25)

3. al-Baqarah: 249

قَالَ الَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُمْ مُلَاقُو اللَّهِ كَمْ مِنْ فِئَةٍ قَلِيلَةٍ غَلَبَتْ فِئَةً كَثِيرَةً بِإِذْنِ اللَّهِقل وَاللَّهُ مَعَ الصَّابِرِينَ

"Orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah berkata: "Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar." (al-Baqarah: 249)

Sedangkan ayat-ayat lain yang terkait dengan topik no. 2 diantaranya adalah:

1. as-Saffat: 96

وَاللَّهُ خَلَقَكُمْ وَمَا تَعْمَلُونَ

“Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu". (as-Saffat: 96)

2. al-Insan: 30

وَمَا تَشَاءُونَ إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ

“Dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila dikehendaki Allah.” (al-Insan: 30)

3. al-An’am: 111

مَا كَانُوا لِيُؤْمِنُوا إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ

“Mereka tidak (juga) akan beriman, kecuali jika Allah menghendaki.” (al-An’am: 111)

4. al-Hadid: 22

مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا

“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya.” (al-Hadid: 22)

d. Ajaran Yang Terkandung Dalam al-Anfal: 17

Surah al-Anfal: 17 mengandung ajaran pokok bahwa:

  1. Manusia, lebih khusus setiap Muslim harus berusaha dan berjuang keras dalam segala aspek kehidupan untuk menggapai kesejehteraan hidup dalam rangka beribadah mengharapkan ridha Allah. Seperti dicontohkan Rasulullah saw. dalam asbabun nuzul ayat itu, yaitu dengan berperang di jalan Allah untuk mempertahankan keberlangsungan Islam, dalam rangka beribadah mengharap ridla Allah.
  2. Dalam usaha dan kerja kerasnya, manusia khususnya setiap Muslim harus meyakini bahwa ada qudrah dan iradah Allah di dalamnya. Ini juga berarti, bahwa setiap Muslim harus mengimani qadla dan qadar Allah. Dijelaskan oleh ayat itu, bahwa Allah-lah yang sejatinya melempar, memanah, membunuh musuh-musuh Allah ketika nabi saw. dan para sahabatnya melakukan peperangan.

e. Makna Kontekstual dari al-Anfal: 17

Surah al-Anfal: 17 mengandung ajaran pokok bahwa setiap Muslim harus berjuang dan bekerja keras di segala bidang (ekonomi, sosial, politik, hukum dll.) untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam rangka beribadah kepada Allah SWT. Ini seperti yang dicontohkan Rasulullah saw. dalam asbabun nuzul ayat tersebut, bahwa untuk menjaga agar Allah tetap disembah dan Islam tetap berjaya hingga hari qiyamah, Rasulullah saw. dan para sahabat pergi berjihad berperang di jalan Allah, mempertaruhkan jiwa dan raga karena Allah, meskipun menurut akal dan teori peperangan, mereka dalam kondisi sulit, dalam keterbatasan personil tentara dan persenjataan, hingga kecil sekali kemungkinan untuk dapat memenangkan peperangan.
Surah al-Anfal: 17 ini juga mengajarkan kepada setiap Muslim untuk meyakini bahwa setiap perbuatan yang ia lakukan, pada dasarnya adalah atas qudrah, iradah, seijin, dan ada andil Allah SWT di dalamnya. Oleh karenanya setiap Muslim hendaklah mengimani qada dan qadar Allah, bahwa Allah SWT. adalah Dzat Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu. Setiap siapa dan apa saja yang Allah menghendaki baik, maka akan menjadi baik, dan tidak ada kekuatan lain yang dapat menolaknya. Demikian pula sebaliknya, setiap siapa dan apa saja yang Allah menghendaki buruk, maka akan menjadi buruk, dan tidak ada kekuatan lain yang dapat menolaknya. Dan tidak ada kewajiban atas Allah untuk berbuat baik atau buruk, semuanya adalah dalam batas-batas kewenangan dan kekuasaan-Nya.
Allah berfirman:

مَنْ يَهْدِ اللَّهُ فَهُوَ الْمُهْتَدِ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَنْ تَجِدَ لَهُ وَلِيًّا مُرْشِدًا

“Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barangsiapa yang disesatkan-Nya, maka kamu tak akan mendapatkan seorang pemimpinpun yang dapat memberi petunjuk kepadanya.” (al-Kahfi: 17)

قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ بِيَدِكَ الْخَيْرُ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

“Katakanlah: "Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (ali Imron: 26)

Ini tidak berarti bahwa manusia tidak ada kuasa sama sekali atas perbuatannya, bagaimanapun manusia adalah makhluk, yang Allah telah menjadikannya sebagai khalifah di muka bumi, Allah memberinya akal dan pikiran untuk mendayagunakan bumi dan alam semesta untuk kesejahteraan bersama dalam rangka beribadah mengabdi kepada-Nya. Ini artinya bahwa Allah mendelegasikan kekuasaan-Nya kepada manusia, agar manusia bekerja dan berusaha keras untuk mencapai kesejahteraan dalam rangka berusaha dan beribadah mengharapkan ridla-Nya, sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rasulullah saw. dalam kehidupan kesehariannya.
Allah swt. berfirman:

وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ وَسَتُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

“Dan katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mu'min akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan". (At-Taubah: 105)

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا فَلِنَفْسِهِ وَمَنْ أَسَاءَ فَعَلَيْهَا وَمَا رَبُّكَ بِظَلَّامٍ لِلْعَبِيدِ

“Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barangsiapa yang berbuat jahat maka (dosanya) atas dirinya sendiri; dan sekali-kali tidaklah Tuhanmu menganiaya hamba-hamba (Nya).” (Fushilat: 46)

Meskipun demikian, dalam melakukan perbuatannya, manusia tidak sama sekali terlepas dari kekuasaan Allah, karena pada hakekatnya, manusia dan seluruh isi alam semesta adalah milik Allah. Manusia dan makhluk selainnya adalah berenang-renang dalam qudrah iradah-Nya, dan tidak ada kemampuan untuk melepaskan diri daripada-Nya. Bagaimana manusia dapat melepaskan diri dari kekuasaan Allah, jika jantungnya yang memompa secara otomatis peredaran darahnya digerakkan oleh Allah, dan kemampuannya untuk menggunakan akal pikiran dan seluruh panca indera dan anggota badan adalah dalam kuasa dan seijin-Nya, dan sekali lagi manusia tidak memiliki apa-apa, jiwa raganya dan seluruh alam semesta adalah milik-Nya yang pada akhirnya akan kembali kepada-Nya.
Allah swt. berfirman:


الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ

“(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, "Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun" (al-Baqarah: 156)

Manusia dan seluruh mahluk lainnya dalam qudrah iradah Allah dapat diibaratkan seperti ikan-ikan yang berenang di lautan luas, (ikan-ikan itu adalah manusia dan seluruh makhluk lainnya, sedangkan lautan luas adalah qudrah iradah Allah yang tidak terbatas). Ikan itu bebas bergerak kemanapun dan berbuat apapun dalam usaha mendapatkan makanan dan melindungi diri dari ancaman dan bahaya, apabila ia ingin hidup dan melangsungkan kehidupannya. Tapi ikan itu tidak akan bisa lepas dari air di lautan, ia tetap berada di dalamnya.
Ini berarti kebebasan berbuat manusia seperti faham qodariah, menurut pendapat saya masih dalam bingkai qudrah iradah Allah. Allah mendelegasikan qudrah iradah-Nya kepada manusia, sehingga manusia dapat menentukan sendiri perbuatan yang ia lakukan. Setiap kali manusia berbuat, maka perbuatannya itu ada dalam bingkai qudrah iradah-Nya. Jadi pada dasarnya ketika manusia bebas menentukan perbuatan, artinya ia berpindah dari satu qudrah iradah Allah menuju qudrah iradah lainya.

Allah memberikan kebebasan manusia untuk berbuat, ini seperti tertuang dalam firman Allah pada surah at-Taubah: 105, Fushilat: 46 tersebut di atas, serta banyak lagi ayat lainnya. Allah mendorong manusia untuk selalu bekerja keras dalam usaha memperbaiki kehidupannya, yang semuanya masih dalam qudrah iradah-Nya sebagai rangkaian ibadah menggapai ridla-Nya. Seperti firman Allah:

لَهُ مُعَقِّبَاتٌ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ يَحْفَظُونَهُ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِقَوْمٍ سُوءًا فَلَا مَرَدَّ لَهُ وَمَا لَهُمْ مِنْ دُونِهِ مِنْ وَالٍ

“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” (Ar-Ra’d: 11)

Selanjutnya Allah sebagai penilai setiap amal perbuatan, dan akan membalasnya sesuai dengan apa yang dikerjakan.

Allah berfirman:

مَنْ عَمِلَ سَيِّئَةً فَلَا يُجْزَى إِلَّا مِثْلَهَا وَمَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَئِكَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ يُرْزَقُونَ فِيهَا بِغَيْرِ حِسَابٍ

“Barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, maka dia tidak akan dibalas melainkan sebanding dengan kejahatan itu. Dan barangsiapa mengerjakan amal yang saleh baik laki-laki maupun perempuan sedang ia dalam keadaan beriman, maka mereka akan masuk surga, mereka diberi rezki di dalamnya tanpa hisab.” (al-Mu’min: 40)

Rasulullah bersabda:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنْ الْأَجْرِ مِثْلُ أُجُورِ مَنْ تَبِعَهُ لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا وَمَنْ دَعَا إِلَى ضَلَالَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنْ الْإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا. رواه مسلم و أبي داود و أحمد و الدارمي

Dari Abi Hurairah, sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa mengajak/mempelopori kepada petunjuk (kebaikan), maka ia akan mendapatkan pahala semisal pahala orang-orang yang mengikutinya, tidak sedikitpun berkurang pahalanya itu. Dan barang siapa mengajak/mempelopori kepada kesesatan, maka ia akan mendapatkan dosa semisal dosa orang-orang yang mengikutinya, tidak sedikitpun berkurang dosanya itu.” (HR. Muslim, Abu Dawud, Ahmad dan Daromi).


Catatan Kaki
[1] Asbabun Nuzul: Latar Belakang Historis Turunnya Ayat-ayat al-Qur’an. Edisi ke 2. Tim Editor: H.A.A. Dahlan, M. Zaka Alfarisi. Bandung: Penerbit Diponegoro, 2004. hal. 236.
[2] Ibid.
[3] Ibid.
[4] Ibn Katsir. Tafsir Ibn Katsir. Dalam CD Holy Qur’an.
[5] al-Qurthubi. Tafsir al-Qurthubi. Dalam CD Holy Qur’an.
[6] Ibid.
[7] Ibnu Katsir. Ibid.

Menampilkan Al-Qur'an

Mencari Kata Dalam Al-Qur'an

Search in the Quran
Search in the Quran:
in
Download Islamic Softwares FREE | Free Code/td>
Powered by www.SearchTruth.com

Mencari Kata (in English) Hadis Nabi SAW

Search in the Hadith
Search: in
Download Islamic Softwares FREE | Free Code
Powered by www.SearchTruth.com

Mengkonversi Tanggal Masehi - Hijriah - Masehi

Alamat Rumahku


View Lokasi Rumahku in a larger map