Assalamu'alaikum, selamat membaca semoga dapat memberi manfaat, amin.

Senin, 25 Agustus 2008

MENSYUKURI NIKMAT KEMERDEKAAN

MENSYUKURI NIKMAT KEMERDEKAAN
Oleh: Isa Ansori

Alhamdulillah puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah menganugerahkan beragam nikmat tak terhingga kepada bangsa Indonesia hingga saat ini, terutama nikmat kemerdekaan sejak 63 tahun yang lalu.

Kemerdekaan diperoleh dari perjuangan panjang para pahlawan yang mengorbankan segala yang mereka miliki harta, benda, bahkan nyawa untuk satu tujuan kesejahteraan hidup bagi seluruh warga bangsa dan seterusnya seperti tertuang dalam pembukaan UUD 45.

Satu fakta yang tidak dapat dibantah, bahwa mayoritas para pahlawan dan tokoh pejuang kemerdekaan adalah hamba-hamba Allah yang berjuang ikhlas dalam rangka mengabdi dan beribadah kepadaNya. Mereka berperang karena mereka telah didholimi dan diserang lebih dahulu, mereka mengusir penjajah karena mereka diusir dan diberlakukan sebagai budak di tanah sendiri. Perlawanan mereka terarah sebagaimana yang diajarkan Allah dan tidak melampui batas, karena pada dasarnya mereka mencintai perdamaian. Mereka menunaikan firman Allah:

وَقَاتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَكُمْ وَلَا تَعْتَدُوا إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ . وَاقْتُلُوهُمْ حَيْثُ ثَقِفْتُمُوهُمْ وَأَخْرِجُوهُمْ مِنْ حَيْثُ أَخْرَجُوكُمْ وَالْفِتْنَةُ أَشَدُّ مِنَ الْقَتْلِ وَلَا تُقَاتِلُوهُمْ عِنْدَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ حَتَّى يُقَاتِلُوكُمْ فِيهِ فَإِنْ قَاتَلُوكُمْ فَاقْتُلُوهُمْ كَذَلِكَ جَزَاءُ الْكَافِرِينَ. فَإِنِ انْتَهَوْا فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ .وَقَاتِلُوهُمْ حَتَّى لَا تَكُونَ فِتْنَةٌ وَيَكُونَ الدِّينُ لِلَّهِ فَإِنِ انْتَهَوْا فَلَا عُدْوَانَ إِلَّا عَلَى الظَّالِمِينَ

Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Dan bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kamu (Mekah); dan fitnah itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan, dan janganlah kamu memerangi mereka di Masjidil Haram, kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat itu. Jika mereka memerangi kamu (di tempat itu), maka bunuhlah mereka. Demikianlah balasan bagi orang-orang kafir. Kemudian jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) ketaatan itu hanya semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka tidak ada permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-orang yang zalim .( Al Baqarah: 190-193)

Mereka rela melepaskan kehidupan dan kesenangan dunia dengan berjuang melawan penjajah kafir, mencari syahid di jalan Allah daripada hidup di bawah kaki mereka, dan penuh harap bahwa Allah akan membalas usaha perjuangan mereka dengan keridhaanNya, sebagaimana janji Allah:

فَلْيُقَاتِلْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ الَّذِينَ يَشْرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا بِالْآخِرَةِ وَمَنْ يُقَاتِلْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَيُقْتَلْ أَوْ يَغْلِبْ فَسَوْفَ نُؤْتِيهِ أَجْرًا عَظِيمًا

Karena itu hendaklah orang-orang menukar kehidupan dunia dengan kehidupan akhirat berperang di jalan Allah. Barangsiapa yang berperang di jalan Allah, lalu gugur atau memperoleh kemenangan maka kelak akan Kami berikan kepadanya pahala yang besar. An-Nisa: 74

Mereka telah mendapatkan apa yang mereka inginkan. Ini sebagaimana firman Allah:
وَلَا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتًا بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ

Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezki. Ali Imron: 169

Selanjutnya, sebagai generasi yang saat ini menikmati hasil perjuangan mereka, tanyakan pada diri kita sendiri, apa yang sudah kita perbuat untuk mengisi kemerdekaan hasil perjuangan para pahlawan? Masing-masing kita akan menemukan jawabannya sendiri-sendiri.

Allah telah mengajarkan bagaimana seharusnya kita menyikapi anugerah nikmat dariNya yang tiada hingga, termasuk kemerdekaan bangsa Indonesia yang saat ini kita peringati, ialah dengan bersykur kepadaNya.

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu mema`lumkan: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni`mat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni`mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". Ibrahim: 7

Untuk dapat mensyukuri nikmat besar, mulailah dari mensyukuri nikmat yang kita pandang kecil, meski pada dasarnya semua nikmat Allah adalah besar. Bersyukur dan berterimakasihlah kepada para pahlawan dengan meneruskan perjuangan mereka mewujudkan warga bangsa sejahtera adil dan makmur, ini juga berarti kita bersyukur kepada Allah. Bersatulah untuk mewujudkan cita-cita bersama dan jangan bercerai-berai, sebab hanya dengan persatuan insyaAllah, keinginan bersama akan dapat diwujudkan. Ini sebagaimana disabdakan Rasulullah SAW:

عَنِ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيرٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى هَذِهِ الْأَعْوَادِ أَوْ عَلَى هَذَا الْمِنْبَرِ مَنْ لَمْ يَشْكُرْ الْقَلِيلَ لَمْ يَشْكُرْ الْكَثِيرَ وَمَنْ لَمْ يَشْكُرْ النَّاسَ لَمْ يَشْكُرْ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ وَالتَّحَدُّثُ بِنِعْمَةِ اللَّهِ شُكْرٌ وَتَرْكُهَا كُفْرٌ وَالْجَمَاعَةُ رَحْمَةٌ وَالْفُرْقَةُ عَذَابٌ. رواه احمد

Dari Nu’man bin Basyar berkata, Rasulullah SAW bersabda di atas mimbar: “Barangsiapa tidak dapat mensyukuri nikmat yang kecil, ia tidak akan dapat mensyukuri nikmat yang besar. Dan barangsiapa tidak bisa bersyukur (berterimakasih) kepada manusia, ia tidak bisa bersyukur kepada Allah Azza Wajalla. Menyebut-nyebut nikmat Allah adalah dengan bersyukur, dan meninggalkan menyebut nikmatNya dengan bersyukur adalah kufur. Berjamaah (bersatu) adalah rahmat, bercerai adalah adzab. HR: Ahmad

Allah SWT. juga menegaskan:

وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَى شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ ءَايَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ

Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan ni`mat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena ni`mat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. Ali Imron: 103

Selanjutnya marilah mengisi kemerdekaan dengan taqwa kepada Allah SWT. ialah dengan melaksanakan segala perintahNya dan menjauhi segala laranganNya. Sebab hanya dengan cara inilah seluruh nikmat Allah kepada bangsa kita, diantaranya negeri merdeka yang subur makmur akan tetap terjaga. Janganlah nikmat kemerdekaan memerdekakan pula nafsu kita untuk berbuat angkara murka dan bermaksiat kepadaNya. Karena hal itu akan menyebabkan murka Allah kepada bangsa kita dan tercabut nikmat-nikmatNya. Allah berfirman:

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى ءَامَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. Al’araf: 96

Berjuang keras membuat perubahan ke arah kehidupan yang lebih baik dan pantang berputus asa, karena Allah berfirman:

إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِقَوْمٍ سُوءًا فَلَا مَرَدَّ لَهُ وَمَا لَهُمْ مِنْ دُونِهِ مِنْ وَالٍ

Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia. Ar Rad: 11

وَلَا تَيْئَسُوا مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِنَّهُ لَا يَيْئَسُ مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ

“Dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir". Yusuf : 87

Mulailah dari diri sendiri saat ini melakukan perbuatan terbaik untuk hasil terbaik dan jangan pernah ditunda lagi. Berkerja dengan keras dan tidak menyerah dengan kesulitan-kesulitan yang ada, karena dibalik suatu kesulitan ada jalan keluarnya.

فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا .إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا . فَإِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْ . وَإِلَى رَبِّكَ فَارْغَبْ

Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap. Alam Nasyrah: 5-8.

Tentang bagaimana memanfaatkan waktu dengan baik dalam rangka mengisi kemerdekaan ini, jangan lupa baca tulisan lain kami tentang Hisablah Diri Anda Sebelum Diri Anda Dihisab.

Rabu, 13 Agustus 2008

IKHLAS ADALAH KUNCI SHALAT YANG BERMUTU

IKHLAS ADALAH KUNCI SHALAT YANG BERMUTU
(Sebuat Catatan Penting Dalam Memperingati Isro’ Wal Mi’roj Nabi Muhammad SAW.)

Oleh: Isa Ansori

Dalam rangka memperingati Isro’ wal Mi’roj Nabi Muhammad SAW., sejenak marilah kita kaji ibadah shalat yang selama ini telah kita kerjakan, karena shalat adalah oleh-oleh terpenting yang di dapat Rasulullah Muhammad SAW. dalam perjalanan Isro’ wal Mi’roj, sehingga diketahui sudahkah tercapai apa yang dikehendaki Allah dari shalat dalam kehidupan kita sehari-hari?.

Tentang shalat sebagai oleh-oleh Rasul dalam Isra’ wal Mi’rojnya, tertuang dalam hadis beliau yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari:

قالَ ابْنُ حَزْمٍ وَأَنَسُ بْنُ مَالِكٍ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَفَرَضَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَى أُمَّتِي خَمْسِينَ صَلَاةً فَرَجَعْتُ بِذَلِكَ حَتَّى مَرَرْتُ عَلَى مُوسَى فَقَالَ مَا فَرَضَ اللَّهُ لَكَ عَلَى أُمَّتِكَ قُلْتُ فَرَضَ خَمْسِينَ صَلَاةً قَالَ فَارْجِعْ إِلَى رَبِّكَ فَإِنَّ أُمَّتَكَ لَا تُطِيقُ ذَلِكَ فَرَاجَعْتُ فَوَضَعَ شَطْرَهَا فَرَجَعْتُ إِلَى مُوسَى قُلْتُ وَضَعَ شَطْرَهَا فَقَالَ رَاجِعْ رَبَّكَ فَإِنَّ أُمَّتَكَ لَا تُطِيقُ فَرَاجَعْتُ فَوَضَعَ شَطْرَهَا فَرَجَعْتُ إِلَيْهِ فَقَالَ ارْجِعْ إِلَى رَبِّكَ فَإِنَّ أُمَّتَكَ لَا تُطِيقُ ذَلِكَ فَرَاجَعْتُهُ فَقَالَ هِيَ خَمْسٌ وَهِيَ خَمْسُونَ لَا يُبَدَّلُ الْقَوْلُ لَدَيَّ فَرَجَعْتُ إِلَى مُوسَى فَقَالَ رَاجِعْ رَبَّكَ فَقُلْتُ اسْتَحْيَيْتُ مِنْ رَبِّي ثُمَّ انْطَلَقَ بِي حَتَّى انْتَهَى بِي إِلَى سِدْرَةِ الْمُنْتَهَى وَغَشِيَهَا أَلْوَانٌ لَا أَدْرِي مَا هِيَ ثُمَّ أُدْخِلْتُ الْجَنَّةَ فَإِذَا فِيهَا حَبَايِلُ اللُّؤْلُؤِ وَإِذَا تُرَابُهَا الْمِسْكُ

"Berkata Ibn Hazm dan Anas bin Malik: Nabi SAW. bersabda: “Allah Azza wa Jalla telah memfardhukan umatku 50 shalat, lalu aku pulang dengan membawa kewajiban itu, sehingga ketika aku bertemu Musa AS. Beliau menanyaiku: “Allah telah mewajibkan apa kepada umatmu?” Aku menjawab Allah telah mewajibkan 50 shalat”. Musa berkata: “Kembalilah pada Tuhanmu, karena umatmu tidak akan mampu melaksanakan itu!”. Lalu aku kembali kepada Tuhanku dan Tuhanku memberikan pengurangan separonya, lalu aku kembali menemui Musa. Musa berkata lagi: “Kembali lagi kepada Tuhanmu, karena umatmu tidak akan mampu melaksanakan kewajiban itu!”. Lalu aku kembali lagi menemui Tuhanku, lalu Tuhanku berfirman: “baiklah kewajibannya 5 shalat saja dan itu setara dengan yang 50, jangan lagi diganti ucapanku!”. Lalu aku kembali menemui Musa. Dan Musa berkata: “Kembali lagi kepada Tuhanmu!”. Lalu aku menjawab: “Aku malu kepada Tuhanku”. Kemudian Jibril pergi bersamaku sehingga sampai di Sidratul Muntaha yang dilingkupi oleh beragam warna aku tak mengetahui apa itu, kemudian aku dimasukkan ke dalam surga, lalu aku dapati di dalamnya intan permata dengan debu dari minyak kesturi”. (HR. Bukhari)

Sungguh kekhawatiran nabi Musa bahwa umat nabi Muhammad akan merasa berat untuk melaksanakan ibadah shalat bukan tanpa alasan, Allah SWT. sendiri telah mengingatkan bahwa shalat adalah sesuatu yang berat untuk dilaksanakan. Hanya orang-orang yang ikhlas dalam mengabdi kepadaNya sajalah yang mampu melakukannya, sebagaimana firmanNya:

وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى الْخَاشِعِينَ

“Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu` (Al-Baqarah: 45).

Cobalah perhatikan, bukankah banyak diantara kita yang mengaku Muslim tapi tidak mendirikan shalat?. Apabila kita ajak mereka untuk menunaikan shalat, mereka enggan melaksanakannya, bahkan malah mengejek ajakan itu, seperti Allah sebutkan dalam firmannya:

وَإِذَا نَادَيْتُمْ إِلَى الصَّلَاةِ اتَّخَذُوهَا هُزُوًا وَلَعِبًا ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لَا يَعْقِلُونَ

“Dan apabila kamu menyeru (mereka) untuk (mengerjakan) shalat, mereka menjadikannya buah ejekan dan permainan. Yang demikian itu adalah karena mereka benar-benar kaum yang tidak mau mempergunakan akal”. (al-Maidah: 58)

فَخَلَفَ مِنْ بَعْدِهِمْ خَلْفٌ أَضَاعُوا الصَّلَاةَ وَاتَّبَعُوا الشَّهَوَاتِ فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ غَيًّا

“Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan”. (Maryam: 59)

Dan bagi kita yang merasa telah shalat, sekali lagi perhatikan, sudah benarkah shalat yang selama ini kita laksanakan?. Lihatlah, hawa nafsu angkara murka banyak menyebabkan kita tidak ikhlas dalam menyembah Allah Azza wa Jalla. Marilah kita berlindung kepada Allah dari perbuatan orang munafik seperti yang disebutkan Allah dalam firman ini:

إِنَّ الْمُنَافِقِينَ يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْ وَإِذَا قَامُوا إِلَى الصَّلَاةِ قَامُوا كُسَالَى يُرَاءُونَ النَّاسَ وَلَا يَذْكُرُونَ اللَّهَ إِلَّا قَلِيلًا

“Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali”. (An-Nisa: 142)

Padahal shalat adalah salah satu sendi agama Islam. Nilai-nilai ajaran Islam tak akan berdiri kokoh pada pribadi-pribadi yang meninggalkan salah satu dari sendi-sendi penopangnya. Ini akan berakibat pada mudahnya melanggar nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari. Rasul SAW. bersabda:

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بُنِيَ الْإِسْلَامُ عَلَى خَمْسٍ شَهَادَةِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ وَإِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ وَالْحَجِّ وَصَوْمِ رَمَضَانَ. رواه البخاري

“Rasulullah SAW. bersabda: “Islam dibangun di atas lima asas: Syahadat bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan kecuali Allah dan sesunggunya Muhammad adalah utusan Allah; Mendirikan shalat; Menunaikan zakat; Haji; dan puasa bulan Ramadhan”. (HR. Bukhari)

Shalat adalah pembada antara orang yang berhak mendapat sebutan Muslim dengan orang yang disebut kafir, sebagaimana sabda Rasulullah SAW.:

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْعَهْدُ الَّذِي بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ الصَّلَاةُ فَمَنْ تَرَكَهَا فَقَدْ كَفَرَ. رواه الترمذي

“Rasulullah SAW. bersabda: “Janji (yang membedakan) antara kita dan mereka (kafir) adalah shalat. Maka barangsiapa yang meninggalkan shalat, maka sungguh ia telah kafir. (HR. At-Turmudzi)

Mari kita kembali kepada satu kata kunci “Ikhlas”, untuk menghasilkan ibadah shalat yang terbaik. Allah SWT. telah mengingatkan agar kita senantiasa ikhlas dalam beribadah mengabdi kepadaNya, ialah dengan semata mengharapkan ‘keridhaan-Nya’.

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta`atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus. (al-Bayyinah:5)

Rabithah al Adawiyah telah menunjukkan kepada kita bagaimana seharusnya seorang Muslim ikhlas dalam mengabdi kepadaNya, seperti dalam inti ucapanya: “Ya Allah, andaikan aku dalam beribadah mengabdi kepadaMu, karena harapanku untuk mendapatkan sorgamu, jauhkanlah sorga itu dariku. Ya Allah, andaikan aku dalam beribadah mengabdi kepadaMu, karena takutku pada nerakaMu, masukkan saja aku ke dalamnya. Aku beribadah adalah ikhlas mengharapkan ridhaMu, maka pertemukanlah aku denganMu”.

Shalat yang dilaksanakan dengan ikhlas dan benar akan menimbulkan dampak ketaqwaan kepada Allah yang luar biasa, dengan semakin giat untuk melaksanakan segala apa yang Allah perintahkan dan menjauhi segala apa yang Allah larang yaitu perbuatan munkar, semuanya ikhlas lillahita’ala. Allah berfirman:

اتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ وَأَقِمِ الصَّلَاةَ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ

“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Qur'an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (al-Ankabut: 45)

Sehinga, betapapun tersibukkannya seseorang dengan kehidupan dunia, shalat takkan pernah terlalaikan:

رِجَالٌ لَا تُلْهِيهِمْ تِجَارَةٌ وَلَا بَيْعٌ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَإِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ يَخَافُونَ يَوْمًا تَتَقَلَّبُ فِيهِ الْقُلُوبُ وَالْأَبْصَارُ

“Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan shalat, dan (dari) membayarkan zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang”. (an-Nur:18)

Dan pekerjaan-pekerjaan dunia itu akan ia lanjutkan kembali setelah shalat usai dilaksanakan:

فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلَاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الْأَرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

“Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung”. (al-Jumuah: 10)

Selanjutnya, dalam melaksanakan segala aktivitas kehidupan dunia, sekejappun Allah tak terlupakan, hati tertambat kepadaNya, dipenuhi dengan dzikir dan mengingatNya, sehingga tak ada kesempatan untuk mendurhakaiNya dengan berbuat curang dalam segala aktivitas kehidupan. Allah berfirman:

فَإِذَا قَضَيْتُمُ الصَّلَاةَ فَاذْكُرُوا اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِكُمْ فَإِذَا اطْمَأْنَنْتُمْ فَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ إِنَّ الصَّلَاةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَوْقُوتًا

“Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat (mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman”. (an-Nisa’:103)

Jumat, 18 Juli 2008

MENCINTAI WANITA, HARTA DAN ANAK DALAM PANDANGAN ISLAM

MENCINTAI WANITA, HARTA DAN ANAK DALAM PANDANGAN ISLAM

(Refleksi Sikap Orang Tua Terhadap Pendidikan Anaknya)

Oleh : Isa Ansori

Allah menghiasi manusia dengan perasaan cinta kepada wanita, anak-anak dan harta benda. Dan kesemuanya itu diserahkan kepada manusia ke arah mana perasaan cintanya akan dibawa. Satu pesan penting dari ayat berikut adalah: Hendaklah perasaan cintamu itu engkau arahkan untuk berbakti dan mengabdi kepada-Nya.

زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ۗ ذَ‌ٰلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ

“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)”. (Ali Imron: 14)

Wanita, harta benda dan anak-anak adalah fitnah, yaitu sebagai sarana ujian dan cobaan yang Allah berikan kepada kita, untuk melihat bagaimana kita menyikapinya. Apakah cinta kita kepada meraka hanya berhenti sebatas mereka saja, atau mereka hanyalah sebagai sarana untuk merebut cinta sejati kita yaitu Allah SWT. Firman Allah:

وَاعْلَمُوا أَنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ وَأَنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ

“Dan Ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan Sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar”. (Al-Anfal: 28)

Satu contoh penting tentang gambaran perasaan cinta orang tua kepada anak-anaknya dapat kita lihat pada suasana tahun pelajaran baru sekolah seperti saat sekarang ini.

Saat tahun perlajaran baru tiba, bagi orang tua yang masih memiliki tanggungan untuk menyekolahkan anak, adalah salah satu saat yang cukup menegangkan. Betapa tidak, setiap anak akan menyebutkan besaran biaya yang harus dibayar oleh orang tuanya demi keberlangsungan pendidikannya. Dan setiap orang tua akan berusaha dengan segala upaya untuk memenuhi seluruh kebutuhan pendidikan buah hati kesayangannya. Ini didorong oleh suatu kesadaran dan keyakinan bahwa iman dan ilmu pengetahuanlah yang akan mengangkat derajat kehidupan manusia.

يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ ۚ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ

“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (Al-Mujadilah: 11)

Setiap usaha dan jerih payah orang tua termasuk menyekolahkan anak-anaknya pada sekolah terbaik dan kalau dapat mencapai jenjang pendidikan yang tertinggi, hanyalah untuk satu tujuan ialah kebahagian dan kesejahteraan diri, keluarga dan terutama anak keturunannya. Susah dan sulit jalan yang dilalui untuk mewujudkan impiannya itu, dipenuhi denga beragam cobaan, halangan dan rintangan yang senantiasa menghadang, menguji kesabaran, kesungguhan dan kebesaran jiwa.

Inilah tantangan hidup setiap orang tua, sebagaimana tersurat dalam firman Allah berikut:

وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافًا خَافُوا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللَّهَ وَلْيَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا

“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar”. (An-Nisa: 9)

Betapapun sulit jalan kehidupan yang ditempuh oleh orang tua untuk mewujudkan segala impian kebahagiaan dan kesejahteraan keluarga dan anak-anaknya, pesan Allah berikut hendaknya jangan dilupakan:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ ۚ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَ‌ٰلِكَ فَأُولَـٰئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ

“Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. barangsiapa yang berbuat demikian Maka mereka Itulah orang-orang yang merugi”. (Al-Munafiqun: 9)

Sebab, melalaikan Allah karena tersibukkan dengan perasaan cinta kepada harta dan anak-anak pada hakekatnya tidaklah merupakan usaha memberikan kesejahteraan dan kebahagiaan hidup kepada mereka, tapi justru menjerumuskan mereka ke jurang kesengsaraan dan kenistaan abadi di akhirat yaitu kepedihan siksa api neraka. Inilah perbuatan yang biasa dilakukan oleh orang-orang yang mengkufuri nikmat Allah sebagaimana dalam firman-Nya.

إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا لَنْ تُغْنِيَ عَنْهُمْ أَمْوَالُهُمْ وَلَا أَوْلَادُهُمْ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا ۖ وَأُولَـٰئِكَ هُمْ وَقُودُ النَّارِ

“Sesungguhnya orang-orang yang kafir, harta benda dan anak-anak mereka, sedikitpun tidak dapat menolak (siksa) Allah dari mereka. dan mereka itu adalah bahan bakar api neraka”. (Ali Imron: 10)

Tetapi sebaliknya, usaha keras kita dalam mengumpulkan harta benda adalah untuk kebahagiaan dan kesejahteraan abadi keluarga dan anak-anak kita. Seluruh rangakaian usaha adalah dalam rangka pengabdian kita kepada Allah SWT. Karenanya dalam berusaha, ketentuan halal dan thayib kita penuhi, dan setelah harta diperoleh, ditasarufkan harta itu di jalan yang diridhai-Nya, dengan mengeluarkan ibadah wajib dan sunnahnya seperti zakat, infak, shadaqah dan yang selainnya. Akan terpenuhilah perintah Allah dalam firman-Nya berikut:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”. (At-Tahrim: 6)

Dengan demikian harta benda yang kita usahakan dalam rangka kesejahteraan dan kebahagiaan hidup keluarga (yang di dalamnya ada anak-anak) akan menjadi perhiasan berharga di dunia dan di akhirat. Firman Allah:

الْمَالُ وَالْبَنُونَ زِينَةُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَالْبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ خَيْرٌ عِنْدَ رَبِّكَ ثَوَابًا وَخَيْرٌ أَمَلًا

“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan”. (Al-Kahfi: 46)

وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

“Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (Kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa”. (Al-Furqan: 74)

Nabi Ibrahim memberikan suri tauladan bagaimana hubungan cinta kasih orang tua terhadap anak dibangun dan dikemas dalam rangka mewujudkan cinta mereka kepada Allah SWT:

رَبَّنَا وَاجْعَلْنَا مُسْلِمَيْنِ لَكَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِنَا أُمَّةً مُسْلِمَةً لَكَ وَأَرِنَا مَنَاسِكَنَا وَتُبْ عَلَيْنَا ۖ إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ

“Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) di antara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadat haji kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang”. (Al-Baqarah: 128)

Keberhasilan Nabi Ibrahim dalam mendidik anak dan cucunya menjadi orang yang beriman dan taat kepada Allah, adalah sumber inspirasi bagi orang tua Muslim tentang bagaimana seharusnya mereka mendidik dan mengajar anak-anaknya untuk selalu tunduk dan patuh kepada Penciptanya. Orang tua adalah salah satu faktor penentu bagaimana anak-anak akan mereka wujudkan, sebagaimana sabda Rasul SAW.:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم ما من مولد يولد على الفطرة فأبواه يهودانه وينصرانه ويمجسانه. (رواه البخارى و مسلم و ابو داود و الترمذي واحمد ومالك)

“Bersabda Rasulullah SAW.: “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci), maka (terserah) kedua orang tuanya akan menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi. (HR. Bukhori, Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi, Ahmad dan Malik)

Satu lagi keuntungan bagi orang tua yang berhasil mendidik anak-anaknya menjadi anak yang sholeh, adalah sebagai sarana investasi amal yang pahalanya akan terus mengalir untuknya sampai hari kiamat, meskipun ia telah meninggal dunia. Sabda Rasulullah SAW.:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا ماتى الانسان انقطع عنه عمله الا من ثلاثة إلا من صدقة جارية او علم ينتفع به او ولد صالح يدع له (رواه مسلم, الترمذى, النسائى, ابو داود, احمد و الدرمى)

“Bersabda Rasulullah SAW.: “Apabila manusia telah meninggal dunia maka putuslah amal-amalnya kecuali tiga perkara: Shodaqoh jariah, atau ilmu yang bermanfaat, atau anak sholeh yang selalu mendo’akannya”. (HR. Muslim, At-Tirmidzi, An-Nasa’i, Abu Dawud, Ahmad, dan Ad-Daromi)

Lukman memberikan contoh kepada kita bagaimana mendidik anak dengan benar, seperti dalam firman Allah di surah Lukman:

وَلَقَدْ آتَيْنَا لُقْمَانَ الْحِكْمَةَ أَنِ اشْكُرْ لِلَّهِ ۚ وَمَنْ يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ ۖ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ حَمِيد

“Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmah kepada Luqman, yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji". (Lukman: 12)

وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ ۖ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ

“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah) sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". (Lukman: 13)

وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَىٰ وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ

“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu”. (Lukman: 14)

وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلَىٰ أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا ۖ وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا ۖ وَاتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ إِلَيَّ ۚ ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Ku-beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”. (Lukman: 15)

يَا بُنَيَّ إِنَّهَا إِنْ تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ فَتَكُنْ فِي صَخْرَةٍ أَوْ فِي السَّمَاوَاتِ أَوْ فِي الْأَرْضِ يَأْتِ بِهَا اللَّهُ ۚ إِنَّ اللَّهَ لَطِيفٌ خَبِيرٌ

“(Luqman berkata): "Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui”. (Lukman: 16)

يَا بُنَيَّ أَقِمِ الصَّلَاةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلَىٰ مَا أَصَابَكَ ۖ إِنَّ ذَ‌ٰلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ

“Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)”. (Lukman: 17)

وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ

“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri”. (Lukman: 18)

وَاقْصِدْ فِي مَشْيِكَ وَاغْضُضْ مِنْ صَوْتِكَ ۚ إِنَّ أَنْكَرَ الْأَصْوَاتِ لَصَوْتُ الْحَمِيرِ

“Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai”. (Lukman: 19)

َألَمْ تَرَوْا أَنَّ اللَّهَ سَخَّرَ لَكُمْ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَأَسْبَغَ عَلَيْكُمْ نِعَمَهُ ظَاهِرَةً وَبَاطِنَةً ۗ وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يُجَادِلُ فِي اللَّهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ وَلَا هُدًى وَلَا كِتَابٍ مُنِيرٍ

“Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan)mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu ni'mat-Nya lahir dan batin. Dan di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa Kitab yang memberi penerangan”. (Lukman: 20)

Rabu, 04 Juni 2008

KONSEP DASAR DA’WAH ISLAMIYAH

KONSEP DASAR DA’WAH ISLAMIYAH
(Menyikapi Aksi-Aksi Front Pembela Islam Dalam Berda’wah)

Oleh : Isa Ansori

A. Pendahuluan

Pada tanggal 1 Juni 2008 yang lalu, lasykar bentukan Front Pembela Islam terlibat bentrok fisik dengan sekelompok pendemo dari Aliansi Kebangsaan Untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan yang menyuarakan pandangan berbeda dengan FPI terkait menyikapi aliran Ahmadiyah. Dalam bentrok itu beberapa pendemo dari Aliansi Kebangsaan mengalami luka fisik yang sebagian diantaranya cukup serius sehingga mengakibatkan gegar otak.

Dapatkah atas nama da’wah Islam tindakan FPI tersebut dibenarkan?

B. Dasar Perintah Da’wah Islamiyah

Da’wah Islamiyah adalah perintah langsung dari Allah SWT kepada setiap Muslim seperti termaktub dalam beberapa ayat berikut:

وَلْتَكُن مِّنكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَأُوْلَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

"Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang mungkar; merekalah orang-orang yang beruntung". (Ali Imron: 104)

كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللّهِ وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُم مِّنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ

"Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik". (Ali Imron: 110)

وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاَةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَيُطِيعُونَ اللّهَ وَرَسُولَهُ أُوْلَئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللّهُ إِنَّ اللّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

"Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan mereka ta'at kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana". (At Taubah: 71)

Hadis Rasulullah SAW:

عن أبي سعيد الخدرى رضي الله عنه قال: سمعت رسول الله ص م يقول: من راى منكم منكرا فليغيربيده,فإن لم يستطع فبلسنه,فإن لم يستطع فبقلبه,وذلك اضعف الايمان. رواه مسلم.

Dari Abi Sa’id Al-Hudri r.a. berkata: Aku mendengar Rasulullah SAW. Bersabda: “Barangsiapa diantara kamu semua melihat kemungkaran maka rubahlah dengan tangannya, apabila tidak mampu dengan tangan maka dengan lisannya, bila tidak mampu dengan lisan maka dengan hatinya, dan yang demikian itu adalah selemah-lemahnya iman". (HR. Muslim).

Sebagian ulama berpendapat bahwa yang berhak merubah kemungkaran dengan tangan adalah aparat yang diberi wewenang untuk itu oleh Negara, dalam hal ini adalah polisi, jaksa dan hakim.

Ketidak tegasan aparat yang berwenang dalam mengubah kemungkaran yang disebabkan banyak hal seperti kasus suap, kolusi dan nepotisme serta pandang bulu, akan mengakibatkan ketidak puasan di tengah masyarakat yang berujung pada prilaku main hakim sendiri oleh anggota masyarakat atau sekelompok masyarakat terhadap pihak-pihak yang dianggap mungkar. Hal ini akan berakibat pada ketidak tentraman dan nyaman seluruh masyarakat sehingga akan memunculkan kelompok-kelompok seperti FPI yang mencegah kemungkaran langsung dengan tangan mereka sendiri.

C. Prinsip-Prinsip Dasar Dalam Berda’wah

1. Berdakwah Dengan Hikmah, Memberi Nasihat Yang Baik Dan Berdebat Dengan Argumentasi Yang Baik

ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُم بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ

"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk". (An-Nahl: 125)

2. Berdakwah Dengan Lemah Lembut Baik Dakwah Bil Qoul (Dengan Ucapan) Ataupun Bihal (Perbuatan)

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّهِ لِنتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لاَنفَضُّواْ مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الأَمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّهِ إِنَّ اللّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ

"Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu . Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya". (Ali Imron: 159)

3. Jangan menghina atau mengolok pihak yang didakwahi

وَلاَ تَسُبُّواْ الَّذِينَ يَدْعُونَ مِن دُونِ اللّهِ فَيَسُبُّواْ اللّهَ عَدْوًا بِغَيْرِ عِلْمٍ كَذَلِكَ زَيَّنَّا لِكُلِّ أُمَّةٍ عَمَلَهُمْ ثُمَّ إِلَى رَبِّهِم مَّرْجِعُهُمْ فَيُنَبِّئُهُم بِمَا كَانُواْ يَعْمَلُونَ

"Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan merekalah kembali mereka, lalu Dia memberitakan kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan". (Al-An’am: 108)

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَومٌ مِّن قَوْمٍ عَسَى أَن يَكُونُوا خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلَا نِسَاءٌ مِّن نِّسَاءٍ عَسَى أَن يَكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّ وَلَا تَلْمِزُوا أَنفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ بِئْسَ الاِسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ وَمَن لَّمْ يَتُبْ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ

"Hai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olok) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim". (Al-Hujurat: 11)

4. Jauhi Berburuk Sangka Kepada Pihak Lain Termasuk Obyek Da’wah Kita

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِّنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَّحِيمٌ

"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang". (Al-Hujurat: 12)

5. Berlaku Adil Kepada Semua Pihak, Janganlah Kebencian Kita Pada Sesuatu Kebatilan Menjadikan Kita Tidak Berlaku Adil Pada Pelaku Batil itu.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ كُونُواْ قَوَّامِينَ لِلّهِ شُهَدَاءَ بِالْقِسْطِ وَلاَ يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَى أَلاَّ تَعْدِلُواْ اعْدِلُواْ هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى وَاتَّقُواْ اللّهَ إِنَّ اللّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

"Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan". (Al-Ma’idah: 8)

6. Apabila Ada Berita Yang Bersifat Mengadudomba, Klarifikasi berita tersebut

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِن جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَأٍ فَتَبَيَّنُوا أَن تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ

"Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu". (Al-Hujurat: 6)

7. Jika Terjadi Perselisihan dan Perbedaan Pemahaman Antar Mu’min Yang Mengarah Kepada Pertengkaran Maka Damaikanlah

وَإِن طَائِفَتَانِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ اقْتَتَلُوا فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا فَإِن بَغَتْ إِحْدَاهُمَا عَلَى الْأُخْرَى فَقَاتِلُوا الَّتِي تَبْغِي حَتَّى تَفِيءَ إِلَى أَمْرِ اللَّهِ فَإِن فَاءَتْ فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا بِالْعَدْلِ وَأَقْسِطُوا إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ

"Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mu'min berperang maka damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari kedua golongan itu berbuat aniaya terhadap golongan yang lain maka perangilah golongan yang berbuat aniaya itu sehingga golongan itu kembali kepada perintah Allah; jika golongan itu telah kembali (kepada perintah Allah), maka damaikanlah antara keduanya dengan adil dan berlaku adillah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil". (Al-Hujurat: 9)

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

"Sesungguhnya orang-orang mu'min adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat". (Al-Hujurat: 10)

8. Bersatu Padu Untuk Kemajuan Islam dan Da’wah Islam

وَاعْتَصِمُواْ بِحَبْلِ اللّهِ جَمِيعًا وَلاَ تَفَرَّقُواْ وَاذْكُرُواْ نِعْمَةَ اللّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنتُمْ عَلَى شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ

"Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan ni'mat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena ni'mat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk". (Ali Imron: 104)

9. Da’wah Dibina Dalam Rangka Menjalin Tali Silaturahmi Untuk Bertaqwa Kepada-Nya

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal". (Al-Hujurat: 13)

D. Aksi Kekerasan FPI Dalam Menegakkan Da’wah Islamiyah

Berdasarkan uraian di atas, kekerasan yang dilakukan oleh FPI dalam menegakkan da’wah adalah bertentangan dengan Prinsip-Prinsip Dasar Da’wah Islmaiyah. Metode da’wah seperti ini hanya akan mencitrakan Islam sebagai sebuah agama yang penuh kekerasan. Benar bahwa setiap Muslim harus berprinsip tegas dalam menolak kemaksiatan, akan tetapi proses dalam penolakan itu, tidak dibenarkan apabila dilakukan dengan kekerasan, karena cara ini tidak dicontohkan oleh perilaku Rasulullah SAW dalam berda’wah.

Kamis, 10 April 2008

Merespon Film Fitna Sebagai Fitnah Menjijikkan

MENYIKAPI ISLAMOPHOBIA YANG BERLEBIHAN
(Merespon Film Fitna Sebagai Fitnah Menjijikkan)
Oleh: Isa Ansori

Akhir-akhir ini gerakan yang mencitrakan Islam sebagai ajaran yang ganas, garang dan inspirator terorisme gencar dikumandangkan oleh mereka yang tidak menyukai Islam terutama dari kalangan non Muslim. Seperti menghina Rasulullah SAW dengan membuat kartun yang dikatakan sebagai Rasulullah SAW mengenakan surban begelantung bom, kemudian munculnya beragam faham dan aliran sesat, dan terakhir beredarnya film karya Geert Wilders seorang senator pemimpin Partai Kebebasan (Freedom Party) di Belanda yang mengutip surah Al-Anfal: 60, lalu menuduh Al-Qur’an menyuruh penganutnya untuk berbuat teror. Pencitraan ini tidak lebih merupakan satu bentuk kekhawatiran berlebih akan kebangkitan peradaban Islam di seluruh dunia yang makin hari menampakkan kemajuan sebagai agama sempurna yang mengajak pemeluknya pada kedamaian, keadilan, kemakmuran dan kesejahteraan bersama dalam upaya beribadah mengabdi kepada Allah SWT.

A. Allah Mengingatkan Orang Muslim Adanya Kelompok Yang Membenci Islam

وَلَن تَرْضَى عَنكَ الْيَهُودُ وَلاَ النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ قُلْ إِنَّ هُدَى اللّهِ هُوَ الْهُدَى وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءَهُم بَعْدَ الَّذِي جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ مَا لَكَ مِنَ اللّهِ مِن وَلِيٍّ وَلاَ نَصِيرٍ

"Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)". Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu". (Al-Baqarah: 120)

لَتَجِدَنَّ أَشَدَّ النَّاسِ عَدَاوَةً لِّلَّذِينَ آمَنُواْ الْيَهُودَ وَالَّذِينَ أَشْرَكُواْ وَلَتَجِدَنَّ أَقْرَبَهُمْ مَّوَدَّةً لِّلَّذِينَ آمَنُواْ الَّذِينَ قَالُواْ إِنَّا نَصَارَى ذَلِكَ بِأَنَّ مِنْهُمْ قِسِّيسِينَ وَرُهْبَانًا وَأَنَّهُمْ لاَ يَسْتَكْبِرُونَ

"Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik. Dan sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat persabahatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya kami ini orang Nasrani". Yang demikian itu disebabkan karena di antara mereka itu (orang-orang Nasrani) terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib, (juga) karena sesungguhnya mereka tidak menyombongkan diri". (Al-Maidah: 82)

وَتَرَى كَثِيرًا مِّنْهُمْ يُسَارِعُونَ فِي الإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَأَكْلِهِمُ السُّحْتَ لَبِئْسَ مَا كَانُواْ يَعْمَلُونَ


"Dan kamu akan melihat kebanyakan dari mereka (orang-orang Yahudi) bersegera membuat dosa, permusuhan dan memakan yang haram. Sesungguhnya amat buruk apa yang mereka telah kerjakan itu". (Al-Maidah: 62)

B. Karenanya Jangan Menjadikan Orang Yahudi, Nasrani dan Orang yang Suka Menghina Islam Sebagai Pemimpin

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ لاَ تَتَّخِذُواْ الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاءَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَمَن يَتَوَلَّهُم مِّنكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ إِنَّ اللّهَ لاَ يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim". (Al-Maidah: 51)

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ لاَ تَتَّخِذُواْ الَّذِينَ اتَّخَذُواْ دِينَكُمْ هُزُوًا وَلَعِبًا مِّنَ الَّذِينَ أُوتُواْ الْكِتَابَ مِن قَبْلِكُمْ وَالْكُفَّارَ أَوْلِيَاءَ وَاتَّقُواْ اللّهَ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil jadi pemimpinmu, orang-orang yang membuat agamamu jadi buah ejekan dan permainan, (yaitu) di antara orang-orang yang telah diberi Kitab sebelummu, dan orang-orang yang kafir (orang-orang musyrik). Dan bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang-orang yang beriman". (Al-Maeda: 57)

c. Film Fitna Karangan Geert Wilders adalah Fitnah yang menjijikkan

Dalam film itu Geert Wilders mengutip Al-Qur’an Surah Al-Anfal ayat 60 yang artinya sebagai berikut: “Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan)”.
Geert Wilders menuduh ayat Al-Qur’an ini telah memerintahkan orang yang mengimaninya untuk berbuat teror dan kerusakan. Tuduhan ini jelas tidak benar sebab dia hanya mengutip satu ayat tanpa mengutip ayat sebelum dan sesudahnya dalam satu rangkaian. Kalau kita lihat rangkaian ayat secara menyeluruh fakta yang benar adalah, orang Muslim yang telah membuat perjanjian damai dengan orang non Muslim haruslah berpegang teguh pada perjanjian itu. Jika orang non Muslim menghianati perjanjian, maka Allah memerintahkan orang Muslim untuk tidak tinggal diam tetapi memerangi mereka sebagai penghianat agar mereka mau dan bersedia kembali mematuhi perjanjian yang telah disepakati
Mr. Gert pembuat film fitna, jelas sebagai tukang fitnah, karena dia hanya mengutip salah satu ayat yang memerintahkan orang Islam untuk berjihad tanpa menjelaskan mengapa mereka harus berjihad. Jelas pada ayat sebelum dan sesudahnya menjelaskan mereka harus berjihad kalau dihianati oleh musuh.
Berikut ini kami kutipkan lebih lengkap surah Al-Maidah: 55-64, dari kutipan ini, akan kita ketahui bahwa pembuat film fitna Gert Wilder telah memutar balikkan fakta.

إِنَّ شَرَّ الدَّوَابِّ عِندَ اللّهِ الَّذِينَ كَفَرُواْ فَهُمْ لاَ يُؤْمِنُونَ

"Sesungguhnya binatang (makhluk) yang paling buruk di sisi Allah ialah orang-orang yang kafir, karena mereka itu tidak beriman". (55)

الَّذِينَ عَاهَدتَّ مِنْهُمْ ثُمَّ يَنقُضُونَ عَهْدَهُمْ فِي كُلِّ مَرَّةٍ وَهُمْ لاَ يَتَّقُونَ

"(Yaitu) orang-orang yang kamu telah mengambil perjanjian dari mereka, sesudah itu mereka mengkhianati janjinya pada setiap kalinya, dan mereka tidak takut (akibat-akibatnya)". (56)

فَإِمَّا تَثْقَفَنَّهُمْ فِي الْحَرْبِ فَشَرِّدْ بِهِم مَّنْ خَلْفَهُمْ لَعَلَّهُمْ يَذَّكَّرُونَ

"Jika kamu menemui mereka dalam peperangan, maka cerai beraikanlah orang-orang yang di belakang mereka dengan (menumpas) mereka, supaya mereka mengambil pelajaran". (57)

وَإِمَّا تَخَافَنَّ مِن قَوْمٍ خِيَانَةً فَانبِذْ إِلَيْهِمْ عَلَى سَوَاءٍ إِنَّ اللّهَ لاَ يُحِبُّ الخَائِنِينَ

"Dan jika kamu khawatir akan (terjadinya) pengkhianatan dari suatu golongan, maka kembalikanlah perjanjian itu kepada mereka dengan cara yang jujur. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berkhianat". (58)

وَلاَ يَحْسَبَنَّ الَّذِينَ كَفَرُواْ سَبَقُواْ إِنَّهُمْ لاَ يُعْجِزُونَ

"Dan janganlah orang-orang yang kafir itu mengira, bahwa mereka akan dapat lolos (dari kekuasaan Allah). Sesungguhnya mereka tidak dapat melemahkan (Allah)". (59)

وَأَعِدُّواْ لَهُم مَّا اسْتَطَعْتُم مِّن قُوَّةٍ وَمِن رِّبَاطِ الْخَيْلِ تُرْهِبُونَ بِهِ عَدُوَّ اللّهِ وَعَدُوَّكُمْ وَآخَرِينَ مِن دُونِهِمْ لاَ تَعْلَمُونَهُمُ اللّهُ يَعْلَمُهُمْ وَمَا تُنفِقُواْ مِن شَيْءٍ فِي سَبِيلِ اللّهِ يُوَفَّ إِلَيْكُمْ وَأَنتُمْ لاَ تُظْلَمُونَ
وَأَعِدُّواْ لَهُم مَّا اسْتَطَعْتُم مِّن قُوَّةٍ وَمِن رِّبَاطِ الْخَيْلِ تُرْهِبُونَ بِهِ عَدُوَّ اللّهِ وَعَدُوَّكُمْ وَآخَرِينَ مِن دُونِهِمْ لاَ تَعْلَمُونَهُمُ اللّهُ يَعْلَمُهُمْ وَمَا تُنفِقُواْ مِن شَيْءٍ فِي سَبِيلِ اللّهِ يُوَفَّ إِلَيْكُمْ وَأَنتُمْ لاَ تُظْلَمُونَ

"Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan)". (60)

وَإِن جَنَحُواْ لِلسَّلْمِ فَاجْنَحْ لَهَا وَتَوَكَّلْ عَلَى اللّهِ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

"Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya dan bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui". (61)

وَإِن يُرِيدُواْ أَن يَخْدَعُوكَ فَإِنَّ حَسْبَكَ اللّهُ هُوَ الَّذِي أَيَّدَكَ بِنَصْرِهِ وَبِالْمُؤْمِنِينَ

"Dan jika mereka bermaksud hendak menipumu, maka sesungguhnya cukuplah Allah (menjadi pelindungmu). Dialah yang memperkuatmu dengan pertolongan-Nya dan dengan para mu'min," (62)

وَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ لَوْ أَنفَقْتَ مَا فِي الأَرْضِ جَمِيعاً مَّا أَلَّفْتَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ وَلَكِنَّ اللّهَ أَلَّفَ بَيْنَهُمْ إِنَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

"dan Yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana". (63)

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ حَسْبُكَ اللّهُ وَمَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ

"Hai Nabi, cukuplah Allah (menjadi Pelindung) bagimu dan bagi orang-orang mu'min yang mengikutimu". (64)

D. Sikap Muslim Menghadapi Orang Yang Memusuhi Islam

1. Bersatu dengan berpegang teguh pada agama Allah dan jangan bercerai berai:

وَاعْتَصِمُواْ بِحَبْلِ اللّهِ جَمِيعًا وَلاَ تَفَرَّقُواْ وَاذْكُرُواْ نِعْمَةَ اللّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنتُمْ عَلَى شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ

"Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan ni'mat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena ni'mat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk". (Ali Imron: 103)

2. Bersabar

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ لاَ تَتَّخِذُواْ بِطَانَةً مِّن دُونِكُمْ لاَ يَأْلُونَكُمْ خَبَالاً وَدُّواْ مَا عَنِتُّمْ قَدْ بَدَتِ الْبَغْضَاءُ مِنْ أَفْوَاهِهِمْ وَمَا تُخْفِي صُدُورُهُمْ أَكْبَرُ قَدْ بَيَّنَّا لَكُمُ الآيَاتِ إِن كُنتُمْ تَعْقِلُونَ

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya". (Ali Imron: 118)

هَاأَنتُمْ أُوْلاءِ تُحِبُّونَهُمْ وَلاَ يُحِبُّونَكُمْ وَتُؤْمِنُونَ بِالْكِتَابِ كُلِّهِ وَإِذَا لَقُوكُمْ قَالُواْ آمَنَّا وَإِذَا خَلَوْاْ عَضُّواْ عَلَيْكُمُ الأَنَامِلَ مِنَ الْغَيْظِ قُلْ مُوتُواْ بِغَيْظِكُمْ إِنَّ اللّهَ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ

"Beginilah kamu, kamu menyukai mereka, padahal mereka tidak menyukai kamu, dan kamu beriman kepada kitab-kitab semuanya. Apabila mereka menjumpai kamu, mereka berkata: "Kami beriman"; dan apabila mereka menyendiri, mereka menggigit ujung jari lantaran marah bercampur benci terhadap kamu. Katakanlah (kepada mereka): "Matilah kamu karena kemarahanmu itu". Sesungguhnya Allah mengetahui segala isi hati". (Ali Imron: 119)

إِن تَمْسَسْكُمْ حَسَنَةٌ تَسُؤْهُمْ وَإِن تُصِبْكُمْ سَيِّئَةٌ يَفْرَحُواْ بِهَا وَإِن تَصْبِرُواْ وَتَتَّقُواْ لاَ يَضُرُّكُمْ كَيْدُهُمْ شَيْئًا إِنَّ اللّهَ بِمَا يَعْمَلُونَ مُحِيطٌ

"Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi jika kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya. Jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan". (Ali Imron: 120)

3. Jangan balas mengolok-olok mereka, karena nanti mereka akan membalas kembali dengan mengolok-olok Allah.

وَلاَ تَسُبُّواْ الَّذِينَ يَدْعُونَ مِن دُونِ اللّهِ فَيَسُبُّواْ اللّهَ عَدْوًا بِغَيْرِ عِلْمٍ كَذَلِكَ زَيَّنَّا لِكُلِّ أُمَّةٍ عَمَلَهُمْ ثُمَّ إِلَى رَبِّهِم مَّرْجِعُهُمْ فَيُنَبِّئُهُم بِمَا كَانُواْ يَعْمَلُونَ

"Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan merekalah kembali mereka, lalu Dia memberitakan kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan". (Al-An'am: 108)

4. Berdakwah dengan hikmah dan dibantah dengan argumentasi yang baik

ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُم بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ

"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk". (An-Nahl: 125)

5. Berdakwah dengan lemah lembut baik dakwah bil qoul (dengan ucapan) ataupun bihal (perbuatan)

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّهِ لِنتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لاَنفَضُّواْ مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الأَمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّهِ إِنَّ اللّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ

"Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu . Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya". (Ali Imron: 159)

Rabu, 26 Maret 2008

Hawa Nafsu Manusia

HAWA NAFSU MANUSIA
Oleh: Isa Ansori


Allah SWT. menciptakan manusia sebagai khalifah yang menguasai dan mendayagunakan bumi dan alam sekitarnya untuk kesejahteraan manusia.

وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلاَئِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الأَرْضِ خَلِيفَةً قَالُواْ أَتَجْعَلُ فِيهَا مَن يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لاَ تَعْلَمُونَ

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui". (Al-Baqarah: 30)

هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُم مَّا فِي الأَرْضِ جَمِيعاً ثُمَّ اسْتَوَى إِلَى السَّمَاءِ فَسَوَّاهُنَّ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ

“Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak menuju langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu”. (Al-Baqarah: 29)

Kesemuanya itu dalam rangka ikhlas beribadah mengabdi kepada-Nya.

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku”. (Adzariyat: 56)

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ

“Mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta'atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus”. (Al-Bayyinah: 5).

Agar misi sebagai khalifah dapat berjalan, Allah memberi nafsu pada diri manusia sebagai sumber pendorong perubahan dan perkembangan selama manusia masih hidup. Pada nafsu itu diberi ilham tentang manakah keinginan-keinginan baik yang dibenarkan dan diridhai oleh Allah SWT. sehingga setiap proses mewujudkan keinginan-keinginan itu dapat bernilai ibadah dan mengabdi kepada Allah SWT. Serta manakah keinginan-keinginan buruk yang apabila diperturutkan maka proses mewujudkannya adalah maksiat kepada Allah SWT. Firman Allah:

وَنَفْسٍ وَمَا سَوَّاهَا. فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا. قَدْ أَفْلَحَ مَن زَكَّاهَا. وَقَدْ خَابَ مَن دَسَّاهَا

“dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya). maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya”. (As-Syams: 7-10).

Selain nafsu, Allah SWT. juga menciptakan akal pikiran pada diri manusia, yang berfungsi sebagai pembantu nafsu dalam mempertimbangkan suatu keinginan, apakah mungkin atau tidak mungkin, logis atau tidak logis, bermanfaat atau tidak bermanfaat, baik atau buruk, diridhoi Allah atau dimurkai, dan seterusnya sekaligus mencarikan alternatif cara dan proses apabila ia diwujudkan. Dan sebagai standar penilaian itu adalah Al-Qur’an, wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.


يُؤتِي الْحِكْمَةَ مَن يَشَاءُ وَمَن يُؤْتَ الْحِكْمَةَ فَقَدْ أُوتِيَ خَيْرًا كَثِيرًا وَمَا يَذَّكَّرُ إِلاَّ أُوْلُواْ الأَلْبَابِ

“Allah menganugerahkan al hikmah (kepahaman yang dalam tentang Al Qur'an dan As Sunnah) kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barangsiapa yang dianugerahi al hikmah itu, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah)”. (Al-Baqarah: 269)

Hawa nafsu sebagai sumber dan pendorong segala keinginan pada diri manusia, dalam proses memunculkan suatu keinginan dan usaha untuk mewujudkannya, ada yang mendapat rahmat Allah sehingga mengikuti ilham dari Allah untuk selalu bertaqwa kepada-Nya. Ia bersedia dengan ikhlas mengikuti jalan Allah yang lurus, dan tidak berani untuk mendustai-Nya. Ia merasa aman dan tentram selalu berada dalam keridhaan-Nya dan menolak untuk bermaksiat kepada-Nya. Inilah nafsu yang disebut dengan “Nafsu Mutmainnah” yang akan dipanggil oleh Allah untuk menghadap dan bersemayam dengan tentram di sisi-Nya, seperti dalam firman Allah:

يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ. ارْجِعِي إِلَى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً. فَادْخُلِي فِي عِبَادِي. وَادْخُلِي جَنَّتِي

“Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku”. (Al-Fajr: 27-30)

Namun ada pula yang sebaliknya. Nafsu yang merasa puas dan tentram jika bermaksiat kepada Allah, menolak dengan keras segala seruan untuk mengabdi kepada Allah. Ia lebih suka mengikuti seruan syaithan. Ini seperti pada saat iblis raja syaithan menolak perintah Allah untuk bersujud kepada Adam. Iblis saat itu mengikuti hawa nafsu sombongnya yang menganggap bahwa dia lebih mulia dari pada Adam sebaba ia diciptakan oleh Allah dari api sedangkan Adam dari tanah. Firman Allah:

وَلَقَدْ خَلَقْنَاكُمْ ثُمَّ صَوَّرْنَاكُمْ ثُمَّ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُواْ لِآدَمَ فَسَجَدُواْ إِلاَّ إِبْلِيسَ لَمْ يَكُن مِّنَ السَّاجِدِينَ. قَالَ مَا مَنَعَكَ أَلاَّ تَسْجُدَ إِذْ أَمَرْتُكَ قَالَ أَنَاْ خَيْرٌ مِّنْهُ خَلَقْتَنِي مِن نَّارٍ وَخَلَقْتَهُ مِن طِينٍ

“Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu Kami bentuk tubuhmu, kemudian Kami katakan kepada para malaikat: "Bersujudlah kamu kepada Adam"; maka merekapun bersujud kecuali iblis. Dia tidak termasuk mereka yang bersujud. Allah berfirman: "Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?" Menjawab iblis: "Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah". (Al-A’raf: 11-12).

Hawa nafsu yang senang bermaksiat dan mendurhakai Allah ini disebut dengan “Nafsu Amarah bi Su’” (Nafsu yang menyuruh kepada kejelekan), sebagaimana yang disebutkan oleh Nabi Yusuf dalam firman Allah:

وَمَا أُبَرِّىءُ نَفْسِي إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلاَّ مَا رَحِمَ رَبِّي إِنَّ رَبِّي غَفُورٌ رَّحِيمٌ

“Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (Yusuf: 53)

Kemudian, nafsu itu juga mempunyai sifat tidak pernah puas terhadap segala keinginan yang telah terwujud atau dalam proses perwujudannya. Jika nafsu mendorong untuk berbuat suatu kebajikan lalu berhasil mewujudkannya, maka ia akan menyesal mengapa tidak lebih banyak lagi kebajikan dapat ia wujudkan. Dalam posisi ini, sifat nafsu ini adalah baik dan mulia. Namun jika sebaliknya, nafsu amarah bi su’ yang mendorong kepada kejelekan dan berhasil mewujudkannya, maka ia pun tidak merasa puas, bahkan menyesali mengapa tidak lebih banyak lagi kemaksiatan ia wujudkan sehingga tercapai kepuasan, meskipun pada hakekatnya kepuasan yang ia kehendaki tidak mungkin akan tercapai. Rasulullah SAW. bersabda:

لوكان لإبن أدم واد من مال لابتغى اليه ثانيا ولو كان له واديان لابتغى لهما ثالثا ولايملأ جوف ابن أدم الا الترب ويتوب الله من تاب.

“Andaikata anak Adam memiliki satu lembah berisi harta pasti dia berharap untuk mendapatkan lembah yang kedua. Dan seandainya ia telah memiliki dua lembah berisi harta, pastilah dia berharap lembah yang ke tiga. Tidak ada yang dapat memenuhi keinginan perut anak Adam kecuali tanah (mati dikubur). Allah menerima taubat setiap orang yang bertaubat kepada-Nya”. (HR: Ahmad, Bukhari, Muslim dan Tirmizi).

Sifat nafsu ini disebut dengan “Nafsu Lawwamah”, sebagaimana firman Allah:

وَلَا أُقْسِمُ بِالنَّفْسِ اللَّوَّامَةِ

“Dan aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri)”. (Al-Qiyamah: 2)

Dalam penyesalan karena ketidak puasannya, nafsu lawwamah yang mengikuti nafsu amarah bi su’ berkeluh kesah seperti dalam Firman Allah:

إِنَّ الْإِنسَانَ خُلِقَ هَلُوعًا. إِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ جَزُوعًا. وَإِذَا مَسَّهُ الْخَيْرُ مَنُوعًا

“Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir,

فَأَمَّا الْإِنسَانُ إِذَا مَا ابْتَلَاهُ رَبُّهُ فَأَكْرَمَهُ وَنَعَّمَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَكْرَمَنِ. وَأَمَّا إِذَا مَا ابْتَلَاهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَهَانَنِ

“Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia berkata: "Tuhanku telah memuliakanku". Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rezkinya maka dia berkata: "Tuhanku menghinakanku". (Al-Fajr: 15-16)

Inilah sekelumit hawa nafsu manusia. Hawa nafsu ini bersemayam dalam hati. Hati bukan dalam arti fisik berupa segumpal daging dalam tubuh yang terletak di dada kiri, tapi hati dalam arti yang lebih lembut dan abstrak yang disebut oleh Allah dan Rasulullah sebagai pusat pengendali baik dan buruk amal manusia. (Sekelumit tentang hati kami tulis di bawah. Insha Allah bahasan lebih lanjut pada tulisan lain).

Di dalam hati, hawa nafsu mutmainnah dan amarah bi su’ saling berebut pengaruh untuk menjadi sumber pendorong dalam setiap keinginan yang akan diwujudkan oleh manusia. Seluruh panca indera dan anggauta badan yang lain adalah sumber informasi untuk terwujudnya suatu kegiatan sekaligus sebagai pelaksana dalam mewujudkan keinginan itu.

Allah Maha Mengetahui, oleh sebab seluruh panca indera dan anggauta badan adalah sumber informasi dan sekaligus pelaksana hawa nafsu, maka Allah menurunkan tata aturan bagaimana mendayagunakan seluruh panca indera dan anggauta badan yang benar dan diridhai-Nya sehingga setiap perbuatan yang dihasilkan maka akan bernilai ibadah kepada-Nya.

Manusia dihiasi syahwat cinta kepada wanita, anak-anak, dan harta benda dunia lainnya, sehingga seluruh panca indera dan anggauta badan lainnya pun bekerja memberikan informasi kepada hati tentang apa yang ia lihat dan ingin rasakan, dan Allah pun menunjukkan bagaimana syahwat cinta kepada semuanya itu dimulai dari proses pemberian informasi sampai proses perwujudan kenikmatan dapat bernilai ibadah kepada-Nya.

زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللّهُ عِندَهُ حُسْنُ الْمَآبِ

“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan syahwat kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)”. (Ali-Imron: 14)

Sedikit contoh kami berikan, ketika mata seorang lelaki jatuh menatap wanita cantik di hadapannya, informasi ini dikirim ke dalam hati, lalu hiasan syahwat cinta kepada wanita yang diberikan Allah kepada manusia mendorong hawa nafsu merespon dengan beragam keinginan. Lalu Allah memberikan bimbingan kepada nafsu seperti dalam hadis Rasul SAW. bahwa: Pandangan pertama kepada segala sesuatu adalah memang pekerjaan mata, akan tetapi pandangan berikutnya adalah respon nafsu terhadap apa yang ia lihat, maka berhati-hatilah, kalau nafsu amarah bi su’ yang menguasai, maka pandangan yang berikutnya itu akan dikenai hisab oleh Allah. Dan Allah-pun mengajarkan bagaimana memandang yang dibenarkan, ialah pandangan ketika berta’aruf dan meminang untuk dijadikan isteri sah dalam rangka beribadah kepada-Nya saja yang dibenarkan.

Untuk ini Rasulullah SAW. bersabda:

قال رسول الله صلىالله عليه وسلم: لا يؤمن أحدكم جتى يكون هواه تبعا لما جئت به.

Rasulullah SAW. bersabda: “Tidak beriman salah seorang diantara kamu sehingga hawa nafsunya mengikuti ajaran yang aku bawa” .

Rasulullah SAW. Juga memberi petunjuk kepada hati ketika nafsu mutmainnah dan amarah bi su’ saling berebut pengaruh:

عن وابصة بن معبد رضىالله عنه قال أتيت رسول الله صلى الله عليه وسلم فقال جئت تسأل عن البر؟. قلت نعم. قال استفت قلبك البر مااطمأنت اليه النفس واطمأن إليه القلب. والإثم ماحاك فى النفس وتردد فى الصدر وإن افتاك الناس وأفتوك

“Wabishah bin Ma’bad r.a berkata: Aku mendatangi Rasulullah SAW, lalau beliau bertanya: “Engkau datang hendak menanyakan tentang kebaikan?”. Aku menjawab: “Ya!”. Nabi bersabda: “Mintalah fatwa pada hatimu. Kebaikan adalah apa-apa yang jiwa/nafsu dan hatimu merasa aman dan tentram. Sedangkan dosa adalah apa-apa yang menimbulkan keraguan dalam jiwa/nafsu dan hatimu meski kau meminta pendapat atau diberi pendapat oleh orang lain”. (HR. Ahmad bin Hambal dan Ad-Darimi)

Tulisan ini masih ada kaitannya dengan tulisan kami sebelumnya. Silakan baca kembali tulisan kami yang berjudul: "Muhammad Diutus Untuk Menyempurnakan Akhlak Mulia".

Senin, 17 Maret 2008

Muhammad Diutus Untuk Menyempurnakan Akhlak Mulia

MUHAMMAD DIUTUS UNTUK MENYEMPURNAKAN AKHLAK MULIA
(Memperingati Maulid Nabi S.A.W.)
Oleh: Isa Ansori

Pada bulan Rabiul Awal lebih dari 14 Abad yang lalu, Allah telah menurunkan seorang hamba IstimewaNya ke dunia. Dia adalah Muhammad Rasulullah SAW. yang mengemban misi penting untuk membentuk akhlak umat manusia mulya dan sempurna sebagaimana yang Allah kehendaki.

Allah SWT. memiliki maksud tertentu menciptakan umat manusia, yaitu sebagai khalifah (penguasa, pengatur) bumi dalam rangka ikhlas beribadah kepadaNya. Manusia adalah makhluk yang diciptakan dengan memiliki hawa nafsu. Hawa nafsu inilah yang mendorong manusia untuk selalu dinamis berubah ke segala arah. Dengan hawa nafsu manusia dapat memrubah dunia ke zaman modern seperti saat ini dan akan terus berkembang ke masa yang lebih modern di masa yang akan datang. Dan hawa nafsu pula jika tanpa dikendalikan sebagai pendorong kuat untuk memunculkan perbuatan-perbuatan tercela dan kerusakan-kerusakan di muka bumi. Inilah hawa nafsu manusia yang diucapkan oleh Nabi Yusuf dalam firman Allah:

وَمَا أُبَرِّىءُ نَفْسِي إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلاَّ مَا رَحِمَ رَبِّي إِنَّ رَبِّي غَفُورٌ رَّحِيمٌ

“Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (Yusuf: 53)

Kecenderungan hawa nafsu yang tak terkontrol sehingga banyak melahirkan perbuatan-perbuatan maksiat dan kerusakan-kerusakan di muka bumi telah lama dikhawatirkan oleh para malaikat ketika Allah mengutarakan maksudnya kepada para malaikat bahwa Allah akan menciptakan makhluk manusia sebagai khalifah (penguasa, pengatur) di muka bumi. Firman Allah:

وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلاَئِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الأَرْضِ خَلِيفَةً قَالُواْ أَتَجْعَلُ فِيهَا مَن يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لاَ تَعْلَمُونَ

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui". (Al-Baqarah: 30)

Dan kekhawatiran malaikat ini telah terbukti, betapa kita saksikan, berapa banyak manusia tanpa dosa terbunuh baik oleh pribadi-prabadi atau perang yang menghancurkan sendi-sendi kemanusiaan. Berapa banyak kemaksiatan terjadi disekitar kita, dikerjakan dengan terang-terangan tanpa malu-malu: berjudi, mabuk-mabukan, berzina, merampas harta orang lain tanpa hak dari pencurian kelas teri hingga korupsi yang menelan harta masyarakat trilyunan rupiah dan beragam kemaksiatan lainnya hingga mengganggu sendi-sendi kehidupan normal di masyarakat, kesemuanya terus menerus terjadi hingga saat ini. (Lebih jauh tentang nafsu manusia akan kami bahas dalam tulisan tersendiri, insya Allah).

Kerusakan akhlak terus terjadi merajalela. Akankah nafsu angkaramurka akan terus kita perturutkan? Jawabnya tanyakanlah pada diri sendiri. Jangan mudah menyalahkan pihak lain, karena setiap kita adalah bernafsu.

Dan ini adalah salah satu alasan mengapa Allah menurunkan Muhammad SAW. di tengah-tengah manusia. Tiada lain untuk membimbing nafsu manusia bagaimana seharusnya ia dibimbing, dikendalikan dan diarahkan. Rasulullah SAW. bersabda:

إنما بعثت لأتم صالح الاخلق

”Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang sholeh”. (HR: Bukhari dalam shahih Bukhari kitab adab, Baihaqi dalam kitab syu’bil Iman dan Hakim).

Hadis dari Anas dia menyatakan:

كان احسن الناس خلقا

“Nabi SAW. adalah manusia dengan akhlak yang terbaik”. (HR: Muslim dan Abu Dawud).

Aisyah menyebut akhlak Rasulullah SAW. adalah Al-Qur’an.

Allah sendiri memuji akhlak Rasulullah SAW dengan menyebut:

وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ

“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”. (Al-Qalam: 4).

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. (Al-Ahzab: 21)

Jelaslah siapa saja yang menginginkan kehidupan di dunia hingga akhirat berjalan normal sebagaimana yang dikehendaki Allah SWT. tiada jalan lain kecuali kembali mengamalkan ajaran Al-Qur’an dan Hadis dalam kehidupannya sehari-hari. Sebab Al-Qur’an diturunkan adalah sebagai petunjuk bagi orang yang bertakwa, dan dengan ketakwaan inilah kehidupan dunia hingga akhirat akan berlangsung normal. Tentang hal ini silakan Anda baca tulisan kami lainnya di: “Musibah: Antara Azab dan Ujian”.
Firman Allah:

الم. ذَلِكَ الْكِتَابُ لاَ رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِّلْمُتَّقِينَ

“Alif laam miim . Kitab (Al Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa”. (Al-Baqarah: 1-2)

Rasulullah SAW. sendiri menyebutkan:

تركت فيكم شيئين لن تضلوا بعدهما كتاب الله وسنتى

“Aku Tinggalkan padamu dua perkara, kamu semua tidak akan sesat selamanya (dengan berpegang teguh kepada keduanya) ialah Kitab Allah dan Sunnahku”.

Dan bagi siapa saja yang mengabaikan Al-Qur’an dengan memperturutkan nafsu angkaramurkanya maka kehidupan dunia akan menjadi tidak normal. Dan pada hari kiamat azab Allah yang pedih telah menanti. Firman Allah:

وَمَنْ أَعْرَضَ عَن ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى. قَالَ رَبِّ لِمَ حَشَرْتَنِي أَعْمَى وَقَدْ كُنتُ بَصِيرًا. قَالَ كَذَلِكَ أَتَتْكَ آيَاتُنَا فَنَسِيتَهَا وَكَذَلِكَ الْيَوْمَ تُنسَى. وَكَذَلِكَ نَجْزِي مَنْ أَسْرَفَ وَلَمْ يُؤْمِن بِآيَاتِ رَبِّهِ وَلَعَذَابُ الْآخِرَةِ أَشَدُّ وَأَبْقَى

“Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta. Berkatalah ia: "Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat?”. Allah berfirman: "Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamupun dilupakan". Dan demikianlah Kami membalas orang yang melampaui batas dan tidak percaya kepada ayat-ayat Tuhannya. Dan sesungguhnya azab di akhirat itu lebih berat dan lebih kekal”. (Thaha: 124-127)
Tujuan akhir dari diutusnya Muhammad adalah terciptanya ketentraman, kebahagian dan kesejahteraan hidup seluruh makhluk di seluruh dunia hingga akhirat. Firman Allah:
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَالَمِينَ
"Dan tiadalah Kami mengutus kamu Muhammad, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam". (Al-Anbiya': 107)

Jumat, 22 Februari 2008

MUSIBAH: ANTARA AZAB DAN UJIAN

MUSIBAH: ANTARA AZAB DAN UJIAN
Oleh : Isa Ansori

Dalam satu dekade terakhir, beragam musibah mendera bangsa Indonesia. Dimulai dari krisis moneter sekitar tahun 1997 yang mendorong naiknya harga semua kebutuhan hidup primer dan skunder sehingga mayoritas masyarakat menjadi miskin dan sulit memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Penyebab keadaan ini sangat komplek, yang banyak disebut adalah karena kuatnya korupsi, kolusi dan nepotisme yang seakan membudaya pada rezim Orde Baru (dan sepertinya terus berlanjut hingga saat ini meski usaha untuk memberantasnya digalakkan), sehingga memaksa rezim ini runtuh dan digantikan oleh penguasa era reformasi. Belum lama pemerintah era reformasi membenahi Indonesia untuk lebih baik, beragam musibah kembali mendera, bencana alam datang silih berganti dari gempa bumi dan tsunami yang meluluhlantahkan ujung pulau Sumatera Aceh dan sekitarnya menelan ratusan ribu korban jiwa dan harta benda yang tak ternilai, hingga gunung meletus, banjir, angin puting beliung, kebakaran hutan, lumpur, beragam kecelakaan sarana transportasi baik darat, laut maupun udara dan masih banyak lagi sederat musibah yang terjadi hingga saat ini terus menghampiri seolah tak pernah berhenti.

Bertanyalah kita mengapa semua ini terjadi? Dan Bagaimanakah seorang Muslim menyikapi?

Menjawab pertanyaan ini, kita mulai dari maksud dan tujuan Allah menciptakan manusia sebagai khalifah di muka bumi. Allah menciptakan jin dan manusia tiada lain adalah untuk semata beribadah dan mengabdi dengan ikhlas kepadaNya.
Untuk menuntun umat manusia agar selalu berada pada jalan lurus yang diridhaiNya, Allah telah menurunkan Al-Qur’an melalui RasulNya Muhammad SAW. Al-Qur’an adalah petunjuk bagi orang yang bertaqwa. Firman Allah:

الم. ذَلِكَ الْكِتَابُ لاَ رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِّلْمُتَّقِينَ. البقرة:1-2
“Alif laam miim. Kitab (Al Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa”. (Al-Baqarah: 1-2)

Al-Quran menjelaskan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan oleh manusia dan juga yang harus di jauhi untuk menggapai kesuksesan dan kebahagiaan hidup di dunia hingga akhirat. Inilah jalan yang lurus yang harus dilewati manusia jika menginginkan keselamatan, keberuntungan dan kesuksesan di dunia hingga setelah masa kematiannya. Jika tidak maka kekakacauan sosial dan bencana akan menimpa manusia di dunia dan setelah kematiannya. Adanya kehidupan dunia yang bersambung terus ke alam setelah kematian adalah suatu ujian adakah manusia telah menyembah dan beribadah sesuai dengan kehendakNya. Firman Allah:

تَبَارَكَ الَّذِي بِيَدِهِ الْمُلْكُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ. الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ. الملك:1-2
“Maha Suci Allah Yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun”. (Al-Mulk: 1-2)

Allah Maha Adil dalam menilai dan membalas amal perbuatan manusia. Barang siapa berbuat baik dengan sesamanya dan alam lingkungan sekitarnya maka balasan kebaikan diterima berupa ketentraman dan kesejahteraan hidup di dunia hingga akhirat dan sebaliknya siapa yang membuat kerusakan dan kekacauan pada sesama dan alam lingkungan sekitarnya, maka kekakacauan hidup dan bencana akan ia terima di dunia dan akhirat. Manusia adalah makhluk sosial, setiap tindakan individu akan berimplikasi pada individu yang lain. Dan setiap individu akan dimintai pertanggungjawaban terhadap setiap apa yang ia kerjakan. Firman Allah:

فَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ. وَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ. الزلزلة: 1-2
“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula”. (Al-Zalzalah: 1-2)

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ. الروم: 41

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”. (Ar-Rum: 41)

Dengan demikian beragam musibah baik berupa kesulitan hidup atau bencana alam bila kita lihat dari kaca mata ini dapat berarti:

1. Azab atau murka Allah kepada mahluknya karena telah melanggar kewajiban untuk selalu menyembah dan mengabdi kepadaNya dalam seluruh tindakan, baik dalam pergaulan dengan sesama atau alam sekitar. Korupsi, kolusi, nepotisme tak berdasar, riba, judi, zina, mencuri dan beragam maksiat lain yang dilarang Allah akan mengakibatkan kekacauan tatanan kehidupan manusia. Sementara perusakan alam akan mengakibatkan rusaknya ekosistem dan keteraturan alam. Semua kesulitan hidup dan bencana itu tidak hanya ditanggung oleh si pelaku tetapi juga semua orang di sekitarnya. Firman Allah:

وَاتَّقُواْ فِتْنَةً لاَّ تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُواْ مِنكُمْ خَاصَّةً وَاعْلَمُواْ أَنَّ اللّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ . ألأنفال: 25

“Dan peliharalah dirimu daripada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya”. (Al-Anfal: 25).

وَمَا أَرْسَلْنَا فِي قَرْيَةٍ مِّن نَّبِيٍّ إِلاَّ أَخَذْنَا أَهْلَهَا بِالْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ لَعَلَّهُمْ يَضَّرَّعُونَ . ثُمَّ بَدَّلْنَا مَكَانَ السَّيِّئَةِ الْحَسَنَةَ حَتَّى عَفَواْ وَّقَالُواْ قَدْ مَسَّ آبَاءَنَا الضَّرَّاءُ وَالسَّرَّاءُ فَأَخَذْنَاهُم بَغْتَةً وَهُمْ لاَ يَشْعُرُونَ . وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُواْ وَاتَّقَوْاْ لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ وَلَكِن كَذَّبُواْ فَأَخَذْنَاهُم بِمَا كَانُواْ يَكْسِبُونَ . الأعراف: 95-97
“Kami tidaklah mengutus seseorang nabipun kepada sesuatu negeri, (lalu penduduknya mendustakan nabi itu), melainkan Kami timpakan kepada penduduknya kesempitan dan penderitaan supaya mereka tunduk dengan merendahkan diri. Kemudian Kami ganti kesusahan itu dengan kesenangan hingga keturunan dan harta mereka bertambah banyak, dan mereka berkata: "Sesungguhnya nenek moyang kamipun telah merasai penderitaan dan kesenangan", maka Kami timpakan siksaan atas mereka dengan sekonyong-konyong sedang mereka tidak menyadarinya. Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya”. (Al-A’raf: 95-97)

2. Ujian bagi orang yang beriman untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT.


وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الأَمْوَالِ وَالأنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ . الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُواْ إِنَّا لِلّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعونَ . أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِّن رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ. البقرة: 155-157

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, "Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun". Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk”. (Al-Baqarah: 155-157)

Rasulullah SAW. bersabda:


عن آنس رضىالله عنه قال قال رسول الله صلىالله عليه وسلم: إذا اراد الله بعبده الشر امسك عنه بذنبه حتى يوفى به يوم القيمة و قال النبى صلىالله عليه وسلم إن عظم الجزاء مع عظم البلاء وان الله تعلى إذا احب قوما ابتلاهم فمن رضى فله الرضا ومن سخط فله السخط. رواه ترمذى

"Dari Anas RA berkata telah bersabda Rasulullah SAW: “Jika Allah menghendaki pada seorang hambanya dengan suatu kejelakan maka Allah akan menahan dosa-dosanya sehingga dia dibalas pada hari kiamat”, Nabi SAW bersabda: “Sesungguhnya pahala yang besar itu disertai besarnya ujian, dan sesungguhnya Allah Ta’ala apabila Dia mencintai suatu kaum maka Allah akan menguji mereka maka barangsiapa yang ridha dengan ujian itu maka ia mendapatkan ridha Allah dan barangsiapa yang murka dengan ujian itu, maka murka Allah atas dia”. (HR. Tirmidzi).

Menampilkan Al-Qur'an

Mencari Kata Dalam Al-Qur'an

Search in the Quran
Search in the Quran:
in
Download Islamic Softwares FREE | Free Code/td>
Powered by www.SearchTruth.com

Mencari Kata (in English) Hadis Nabi SAW

Search in the Hadith
Search: in
Download Islamic Softwares FREE | Free Code
Powered by www.SearchTruth.com

Mengkonversi Tanggal Masehi - Hijriah - Masehi

Alamat Rumahku


View Lokasi Rumahku in a larger map